Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Sabtu, 24 Januari 2009

Info Tanah

Kami Menjual Tanah Pekarangan: Tempat Strategis : Ketitang, Kec. Juwiring, Kab. Klaten, Prop. Jawa Tengah Luas : 1200 meter persegi Jika Anda tertarik silakan hubungi : Edi Suparno, ST +6281226008970 atau +6285642229560

Kamis, 22 Januari 2009

Sawang Si Nawang

Wong urip iku mung sawang si nawang. Begitulah kehidupan ini, orang akan saling melihat dan apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan. Lihat saja banyak oranng yang punya harta yang banyak, rumah mewah, mobil mewah, jabatan yang tinggi atau istri yang cantik. Setelah kita tanyakan pada kehidupan mereka, banyak diantara mereka yang tak menemukan kebahagiaan. Kabahagiaan tidak kita temukan dalam harta, rumah mewah, mobil mewah, jabatan tinggi atau istri yang cantik.

Meski kita tahu kita akan senang ketika kita memiliki semua itu namun tidak mutlak. Kebahagiaan adalah sikap diri, datangnya dari dalam bukan dari luar diri kita, harta, rumah, mobil semua itu berasal dari luar. Apa yang kita lihat pada orang lain belum tentu membuat kita bahagia, banyak orang masih mengeluh dengan rumah mewahnya. Banyak pula orang mengeluh dengan mobil yang mereka miliku, mengeluh dengan pekerjaan pada jabatan sekarang, mengeluh karena istrinya. Sifat kurang/mengeluh ini membuat kita lupa bahwa hidup kita ditentukan dengan barang-barang itu semua. Kita secara tak sadar dikendalikan oleh rumah, mobil, dan jabatan. Bukan kita mengendalikan mereka.

Kita tahu masih ada orang yang bahagia ketika hanya punya rumah sederhana. Banyak orang bahagia meski hanya memiliki mobil tua, jabatan rendahan atau istri yang tak cantik. Jadi mengapa ketika kita telah memiki sebagian dari itu tak bahagia, masihkah kita perlu mencari alasan lain untuk bahagia?

I Can Do Nothing

Ketika seorang ibu tetangga sebelah ditahan polisi karena sebuah permasalahan yang ringan, banyak komentar miring yang beredar di masyarakat. Semua mulai menyalahkan, menghujat dan memaki, berbagai masalah yang dulu pernah adapun diungkit kembali. Meski banyak diluar sana banyak para pejabat yang korup pada uang negara dengan bebas bisa berkeliaran. Meski pun banyak para aparat hukum yang melanggar hukum, namun mereka tidak terlihat langsung oleh mata. Masyarakat tidak tahu langsung apa yang para pejabat lakukan dengan uang negara/rakyat. Sedangkan apa yang dilakukan seorang ibu ini hanyalah permasalahan yang kecil dibandingkan apa yang dilakukan pejabat/aparat negara. Seorang anak harus menangis ketika ejekan mulai datang dari para teman sekolah. Seorang anak lagi harus pingsan saat mendengar sang ibu yang dulu pernah mengandung dan merawatnya harus masuk penjara.

Sebuah dilema, seorang ibu dengan anak kecil yang masih sekolah dasar kelas v berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sang ibu harus menanggung kebutuhan hidup sendiri, pekerjaan pasti tak ada, sedangkan untuk urusan makan dan biaya sekolah adalah pasti ada. Aku tidak tahu bagaimana membayangkan, bagaimana kehidupan mereka. Meskipun begitu aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tak punya sesuatu untuk aku berikan untuk membantu mereka. Aku hanya berharap suatu saat aku bisa melakukan sesuatu yang bernilai bagi mereka.

Adalah wajar ketika seseorang dengan keterbatasan ekonomi, ketika jalan hidupnya menemui kebuntuan, kemudian melakukan hal yang menyimpang dari norma masyarakat. Siapapun yang mengalami akan terlintas pemikiran seperti itu, darimanapun kasta mereka. Yang terjadi pada tetangga sebelah adalah hal biasa bagiku, ketika orang lain menyalahkan aku justru merasa bersalah. Aku tak bisa melakukan apapun untuk mencegah semuanya sebelum terjadi dan masalah terbesar adalah dia tinggal disebelah rumah.

I can do nothing

I am so lucky

I am so lucky. Every good things come to me million times. And I wonder.......!

Rabu, 21 Januari 2009

Permainanku Mengagumkan

Beberapa hari lalu adalah suatu hal yang pertama kali aku lakukan dalam seumur hidupku, memohon dan meminta pada seseorang. Bersama tim aku harus berperan dalam sebuah permainan, aku tak punya pilihan lain selain ikut dalam permainan. Sama juga, ketika aku tak ikut, mungkin beberapa saat kemudian aku juga akan terlihat di dalamnya. Menarik juga aku saat itu jadi pemeran utama dalam sebuah permainan, satu persatu aku mainkan kartu, di saat pertama memang agak sulit, kartu yang aku mainkan tak sesuai harapan. Saat satu kartu aku jatuhkan tidak sesuai harapan, aku tak tahu lagi apa yang aku lakukan berikutnya. Dua dan tiga kartu yang aku mainkan tak juga membuahkan hasil, sempat bingung juga, kartu apalagi yang harus aku mainkan. Mengalami kebuntuan dan stagnan, kemudian aku rehat sejenak dan menenangkan diri dari puzzle yang harus aku selesaikan. Mendadak aku dapat kartu lain yang ternyata hasilnya sangat mengagumkan, dimana sebelumnya tak terpikir olehku meski sempat terlintas. Tidak seperti kartu yang lain, aku hanya perlu sedikit waktu untuk memainkan kartu ini. Demikian juga satu kartu lain yang tidak aku perhitungkan ternyata juga membuahkan hasil, sebelumnya aku hampir putus asa. Seakan melengkapi keberhasilan kartu pertama. Meski di permainan kartu sebelumnya aku sempat putus asa dan yang kudapat adalah kekecewaan namun aku cukup puas pada hasil akhir permainan. Kekecewaan yang pernah ada dalam permainan telah terbayar dengan keberhasilan itu. Memang demikian sering kita mendapatkan keberhasilan dari suatu arah yang tidak kita duga sebelumnya. Aku tahu bahwa aku tak dapat memperoleh poin yang ditentukan pada waktunya. Tapi aku kehabisan waktu, meski begitu aku beranikan diri untuk mengakhiri sebuah permainan ini apapun yang terjadi aku ke sana. Dan hasilnya sungguh menajubkan, diluar dugaan, apa yang aku dan tim lakukan tidaklah sia-sia. Setelah kami berjuang segenap tenaga dan pikiran kami berhasil memenangkan permainan. Kami dapat bonus hari itu, dan kamipun akhirnya bisa tidur nyenyak. Kami tahu masih ada lagi permainan berikut yang harus kami selesaikan, dan kami sudah siapkan beberapa kartu untuk dimainkan. Aku berharap hasilnya akan lebih mengaggumkan lagi..........! Thanks to God!

Harus Memilih

Kadang kita terjebak dalam suatu situasi dan tidak punya pilihan lain, maju dengan segala resiko dan juga harapan atau mundur dengan konsekuensi akan seperti adanya. Seperti dalam peperangan, ditengah medan perang kita bisa saja menyerah dengan resiko mati atau tersiksa. Atau siap bertempur, memaksimalkan daya upaya, pikiran dan kemampuan untuk memperoleh kemenangan, dan kemenangan adalah hasil yang kita harapkan. Disaat yang sama sering menghadapi dua persoalan yang datang bersama sama lagi tak terduga. Sebagian ada yang bisa kita kerjakan keduanya, kadang kita harus memilih salah satu. Satu pilihan yang menurut kita bisa kerjakan dan hasilnya optimal dan kadang kita harus meletakkan persoalan yang lain sejenak atau meninggalkannya sama sekali.

Minggu, 18 Januari 2009

Pasti

Cintailah siapapun, namun suatu saat akan berpisah. Hiduplah sesukamu, namun suatu saat pasti mati. Setiap perjumpaan adan perpisahan

Jiwa

Jiwa itu seperti anak kecil
Jika kita biarkan, setelah dewasapun akan tetap menyusu
Namun jika kita menyapihnya dia akan berhenti menyusu.

Dua Hal Yang Datang Bersamaan

Dua persoalan datang bersamaan, datang beriringan kepadaku. Seseuatu yang aku tidak menyangka aku terlibat didalamnya. Tapi setelah aku pikir-pikir langsung atau tidak terlibat juga didalamnya. Yang kami perlukan saat ini adalah persoalan, meski akupun juga tahu menyelesaikan keduanya dengan hasil yang bagus adalah sesuatu yang diluar jangkauan. Aku telah melakukan sesuatu yang belum pernah ku lakukan, menghilangkan sedikit rasa malu dan perasaan. Yang kubutuhkan adalah saat ini aku bisa membantu seseorang yang aku cintai lepas dari persoalan.

Sebelumnya aku belum pernah memainkan kartu ini, dan tak ada pilihan lain, lima kartu telah aku mainkan. Kedua kartu berhasil, namun kartu utama yang aku harapkan sekali belum bisa dimainkan saat ini, kartu keempat masih ragu untuk dimainkan, kartu kelima belum ada kepastian. Aku berusaha menyelesaikan keduanya, menghadapinya tanpa lari dari masalah.

Aku telah melakukan beberapa hal, sampai tahap ini masih belum selesai. Dan aku juga tidak tahu apakah bisa selesai secepatnya. Aku telah menempuh beberapa jalan, sesuatu jalan yang aku harapkan sekali menemui kendala. Dan aku memainkan kartu yang lain meski hasilnya masih jauh, tapi aku sudah maksimal. Tak ada pilihan lain untuk saat ini adalah menunggu hari esok, biarlah bola berputar, kemudian aku bisa tentukan kira-kira kemana arahku menendang.

Rabu, 14 Januari 2009

Menentukan Pilihan

Beberapa hari lalu aku membaca buku seorang Nobelis Fisika, semacam cerita kehidupan yang pernah dia alami, waktu masih kecil mahasiswa dan ketika menjadi seorang dosen. Mungkin semacam buku biogragi juga. Mr Feyman dari Amerika, yang paling memberi kesan pada diriku dari buku itu adalah prinsip dalam memilih keputusan. Meski pada kasusnya beliau ini adalah kasus yang simpel namun bisa menjadikannya sebuah pelajaran diriku. Mr. Feyman ini tiap kali pergi restoran untuk makan selalu dibingungkan dengan menu hidangan penutup. Tiap kali datang dia harus memilih satu dari sekian macam menu yang ditawarkan restoran, yang sering membingungkan. Mulai dari es krim, es ...,es..., dan es lainnya, kejadian yang berulang ini memberikan beliau sebuah pelajaran. Mengapa tinggal memilih makan penutup saja justru membuat bingung, padahal dia sudah punya uang untuk membelinya. Dari kejadian yang berulang kali kemudian dia mulai memutuskan, tiap kali masuk restoran dia menentukan satu hidangan penutupnya yaitu es krim. Sejak itu tiap kali makan di restoran dia memesan es krim sebagai hidangan penutup. Setelah dia memutuskan hal tersebut dia terhindar dari rasa bingung, karena dia sudah punya jawabannya. Dia tidak ingin pilihan lain, yang lain tidak menarik lagi. Ketika ditawari diperbutkan oleh dua universitas untuk mengajar di kampus mereka, beliau juga dihadapkan pada dilema, bingung. Tiap kali dia menentukan keputusan A ada pihak B kemudian menawarkan gaji yang lebih tinggi. Dan akhirnya beliau memutuskan untuk mengajar di perguruan tinggi A, kali ini sudah keputusan final. Ketika satu tahun berlalu, seseorang bermaksud menanyakan tentang tawaran terakhir dari perguruan tinggi B. Dan ketika mengetahui bahwa gaji yang ditawarkan perguruan tinggi B ternyata 3 kali lipat dari perguruan tinggi A. Saat itu juga beliau mengatakan pada staf perguruan tinggi B bahwa inilah yang beliau tidak suka. Perguruan tinggi B menawarkan gaji yang terlalu tinggi, sehingga tak lagi menarik bagi beliau.
Tangga Pertama
Ketika kita sudah mempunyai jawaban atas sebuah pertanyaan, maka kita tidak lagi memikirkan segala sesuatu yang berada diluar. Sering terjadi ketika kita ingin memutuskan tentang sesuatu, berbagai godaan dan gangguan datang yang membuat kita menjadi ragu. Pilih keputusan dan kita jalani keputusan itu, meski dengan sedikit resiko, daripada kita dalam keadaan yang tak jelas /abu-abu. Ketika kita sudah mengambil sebuah keputusan, benar atau salah kita telah melewati anak tangga pertama, berikutnya kita langkahkan kaki ke tangga kedua, ketiga... sampai ke puncak.
Menentukan Untuk Menikah
Seseorang ingin menikah, namun karena menurutnya keadaan belum memungkinkan akhirnya ditunda. Berbagai alasanpun muncul saat itu, alasan belum punya pekerjaan tetap, belum punya rumah, belum punya mobil atau belum cukup tabungan. Kita tahu bahwa kondisi real dimana kita menentukan waktu yang pas untuk menikah tidak seperti yang kita rencanakan. Apa saja datang dan terjadi sehingga apa yang kita rencanakan tidak sesuai. Akan berulang seperti itu, dan waktu demi waktupun berlalu. Atau ketika kondisi real itu tercapai kita akan cenderung memberi batasan lagi tingkat yang lebih tinggi untuk kemudian menikah. Hingga di saat ulang terkejut ketika mengetahui sudah sekian tahun masih sendiri. Jika kita berkutat pada alasan seperti itu kita tak akan pernah tahu kapan akan menikah. Ketika Bapak Proklamor dulu berjuang untuk segera memproklamirkan berdirinya republik Indonesia tercinta ini. Saat berpidato di depan rakyat Indonesia, beliau menganalogikan kemerdekaan bangsa Indonesia ini ibarat pernikahan. Di saat pendudukan Jepang terdapat dua pemikiran merdeka sekarang atau menunggu setelah situasi memungkinkan (semua telah siap, misal Undang Undang ada, dasar negara ada, ekonomi bagus, dsb). Jika kita analisa ketika saat itu tidak ada orang tokoh yang nekat seperti Soekarno dan sahabat beliau yang satu pendapat, barang kali Indonesia belum merdeka di tahun 1945. Sama halnya ketika seseorang akan menikah, ada orang yang menikah ketika sudah punya rumah dan mobil, ada yang baru punya rumah tapi belum punya mobil. Ada orang yang menikah ketika baru memiliki sepeda, ada yang baru memiliki perabot rumah tangga sederhana, atau bahkan baru saja mendapatkan pekerjaan. Bahkan ada orang yang menikah meskipun belum punya pekerjaan! Jadi kenapa banyak alasan untuk menunda sebuah pernikahan...?

Tiap kali makan diwarung aku dulu juga sering bingung, mengenai menu pilihan yang akan kumakan, atau minuman yang akan kupesan. Untuk soal minuman saat ini aku sudah tentukan, kemanapun aku makan di warung aku sudah punya jawaban awal es teh. Bahkan meski waktu hujan, malam yang dingin, atau pagipun aku telah tentukan es teh sebagai minuman. Ketika minuman itu tak tersedia, lalu aku baru pilih minuman yang lain.

Cerita Sahabat

Seorang sahabat bercerita sewaktu masih kuliah, harus bekerja ekstra keras. Mencari biaya untuk kuliah dan untuk hidup sehari-hari dengan mengandalkan diri sendiri. Lepas dari orang tua sejak tahun pertama masuk kuliah, karena memang kondisi orang tua yang pas-pasan. Selain kuliah di universitas negeri di kota Surakarta mengambil jurusan Matematika FMIPA. Dia juga mengajar di sebuah pondok pesantren Banyuanyar Banjarsari Surakarta dan juga memberikan les privat pada anak sekolah untuk tambahan penghasilan.
Naik Sepeda Onthel
Untuk menuju ke pondok tempat mengajar dia menggunakan sepeda onthelnya, satu-satunya transportasi yang baru dia miliki. Tidak seperti kawan sekampusnya yang lain yang tiap kuliah naik sepeda motor. Tiap kali ngajar di Pondok dia harus menempuh setengah jam perjalanan (sekitar 7 km) dengan mengayuh sepeda onthel, di jaman itu sebuah perjuangan yang berat. Belum lagi kalo musim hujan tiba, atau banjir melanda, basah kuyub dan kelelahan sering melanda, rasanya berat sekali hidup saat itu. Ketika melihat orang lain menggunakan sepeda motor/ mobil sedangkan dia harus bersusah-susah mengayuh sepeda rasa nyali menjadi ciut.
Tinggal di Masjid di daerah Pucang Sawit bersama beberapa orang yang sudah berkeluarga untuk mengurangi biaya pengeluaran, suatu pilihan yang bagus menurutnya saat itu. Konsekuensinya bersama teman yang lain tersebut bersama-sama memelihara kesejahteraan masjid tiap hari.
Sedikit Waktu Istirahat
Menyapu, mengepel serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pengajian adalah pekerjaan rutin yang dia harus jalani. Tiap hari Jumat kerjaan jadi tambah banyak, apalagi di saat bulan puasa. Kegiatan di bulan puasa intensitas sangat tinggi pengajian dari sore hari sampai malam hari bahkan sampai pagi sehingga banyak sekali waktu kuliah yang tersita, sedikit sekali waktu untuk istirahat. Selain itu juga banyak tenaga terporsir di bulan itu, tak bisa tidur cukup. Tambahan lagi dia juga harus membagi waktunya untuk mengajar dan kuliah, sedangkan waktu untuk rekreasi sepertinya tak ada lagi.
Kehilangan Motivasi
Karena banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan untuk memenuhi biaya kuliah dan hidup sehari-hari, kuliahnya menjadi berantakan. IPK dibawah Standar, hampir tiap semester menghantui dirinya. Di akhir-akhir semester sahabat ini hampir putus asa, depresi dan lebih tertekan. Di saat itu rasanya menyelesaikan studi atau mengikuti kuliah adalah prioritas yang terakhir. Sahabat ini merasa tertekan dengan kehidupannya, kehilangan semangat dan motivasi. Apalagi di lingkungan masjid keadaan tidak mendukung agar dia berkembang. Merasakan bahwa dunia ini terlalu sempit untuk dirinya, padahal disaat-saat seperti ini yang dia perlukan adalah suasana dan pemikiran baru.

Pernah suatu kali meminta saran pada seorang teman, apakah mengakhiri kuliahnya dengan konsekuensinya DO atau melanjutkan. Temannya menyarankan untuk menyelesaiakan studinya meski dalam situasi apapun, apalagi tinggal skripsi saja. Mata kuliah penentu yang sering menjadi momok bagi seorang mahasiswa. Akhirnya dengan usaha gigih, meskipun berjalan lambat skripsi dapat ia selesaikan, dan gelar sarjanapun dia peroleh. Meski dengan IPK pas-pasan akhirnya lulus juga dan dapat gelar sarjana.

Kuliah Lagi
Kehidupan masih berlanjut, ketika sudah mengantongi ijazah sarjana belum cukup dilanjutkan mengikuti kulian Akta IV agar bisa resmi mengajar di sekolah. Selama dua semester di UNISRI akhirnya bisa dia selesaikan, kali ini kuliah berjalan normal. Mungkin karena sudah yakin dengan jalan hidupnya yaitu ingin mengajar seperti para guru yang lain. Dan mengajar di Pondok masih dia lakukan saat ini, dan saat ini lain.
Kali Ini Sepeda Motor
Ketika dulu tiap kali mengajar ke pondok dengan mengayuh sepeda onthel, beberapa tahun ini atas kebaikan saudaranya bisa menggunakan sepeda motor. Sepeda onthelnya dulu dia jual dan berbekal uang tabungan tiap bulan dan tunjangan honorer yang dia dapat dari pemerintah dia mengajukan kredit sepeda motor Kharisma. Sebuah impian yang dia nantikan, namun tak seindah sebelumnya, ternyata sesuatu yang dipaksakan akan membuat kesulitan sendiri. Tiap bulan harus terbebani dengan angsuran yang harus dia setor ke BMT, meski akhirnya dengan bantuan dari dana orang tuanya bisa juga dan tidak dibingungkan dengan angsuran tiap bulan lagi.
Kehidupan Terus Berlanjut
Kawanku saat ini masih mengajar di Pondok masih seperti dulu. Kali ini tinggalnya tak di Masjid yang dulu, pulang di rumah orang tuanya, mencoba sesuatu yang baru. Berusaha untuk mencari kehidupan di luar yang lebih baik. Dan kehidupan kawanku masih terus berlanjut.............!
L.P.S,S.Si

Sabtu, 10 Januari 2009

Mau Rp 8 Juta Cash ?

Mau uang Rp 8 Juta, cash? Potong rambut bapak dulu!
Seorang anak pulang ke rumah orang tuanya, ada sedikit masalah keuangan. Beberapa hari sebelumnya tiga orang datang untuk mengkonformasi masalah angsuran sudah beberapa bulan ini tak dibayar. Untung saja sang bapak memiliki sejumlah uang untuk membayar meski sebenarnya uang segitu belum menuntaskan permasalahan, masih bebarapa juta lagi baru mungkin baru lunas. Yang menarik sebelum sang bapak memberikan uang tersebut, anak tersebut diminta memotong rambutnya yang sudah memutih. Meski rambut sang bapak belum terlihat panjang, kebiasaan orang tua dulu kalo agak panjang sedikit saja rasanya gerah kata mereka. Juga untuk rambut adiknya yang memang sudah panjang.
Sang anak melaksanakan amanat bapaknya, dan hari itu juga pertama memotong rambut sang bapak kemudian dilanjutkan rambut sang adik. Selesai juga pekerjaan yang diminta sang bapak pada anaknya, dan akhirnya sang anak mendapatkan hadiah Rp. 8.000.000,-. Namun uang itu untuk membayar cicilan yang sudah jatuh tempo belum terbayarkan, untuk sementara masalah bisa teratasi. Ada seorang muda yang tahu permasalahan apa yang mereka hadapi antara bapak dan anaknya. Anak muda tersebut tersenyum dan mengatakan, "Untuk ongkos potong rambut Anda membayar anakmu delapan juta". Sang bapakpun tersenyum juga, menandakan ketulusannya dengan kehilangan uang Rp. 8.000.000,-.
Padahal sang bapak sebelumnya sudah merencanakan untuk memperbaiki rumahnya yang belum selesai. Tak seperti sebelumnya, saat ini sang bapak ikhlas memberikan uang itu. Padahal itu bukan kali pertama membantu keuangan sang anak, semua orang juga akan tahu. Ketulusan orang tua pada sang anak, akan selalu diingat sepanjang masa hidup sang anak.

Aku Berada di Belakangmu

Apapun yang kau pikir dan kerjakan jangan takut, disaat orang lain semua pergi dan meninggalkanmu sendirian masih ada diriku didekatmu. Aku masih di belakangmu, mengawasi, meyetirmu atau bahkan akan menjewermu hingga kau berada di jalur yang benar.

End there is A God with us.......!

Dari perjalanan sejauh ini, ada sesuatu rahasia Allah diantara kita, hanya sang waktu yang akan menjawabnya. Mari kita songsong, kita buktikan pada dunia, mereka dan orang-orang terkasih yang berada diantara kita. Selangkah demi selangkah maju hingga aku dan kau sampai di puncak gemilang .........!

We shake them all...!

Jumat, 09 Januari 2009

I can see more clearly right now. Why...!

I can see more clearly right now. After all, that's happened to us I know why. I afraid that's all will make you sad. You wish me too much but everything didn't really like what we want.

Masjid Agung Surakarta

Tadi pagi ke Masjid Agung Surakarta, sampai di sana jam 11.30 lalu aku sms mas Edi memberitahu bahwa aku sudah di sana. Masuk Masjid dan mengikuti shalat Jumat, aku senang sekali dengan masjid itu, tempatnya luas dan indah. Dibanding masjid yang pernah aku kunjungi masjid itu paling berkesan padaku. Ada pendapa, ruang utama dan banyak pintu dari depan dan samping, aku membayangkan pintu-pintu itu sebagai pintu untuk masuk surga. Di ruang utama aku terkesan dengan tiang penyangga yang besar dan tinggi, bagian atas kayu jati yang diberi hiasan dan ukiran. Dalam hati bertanya, bagaimana bangunan itu dibuat pasti mereka perancangnya orang hebat. Biasanya aku ambil shaf paling depan bagian kiri, kali ini aku ambil yang paling kanan dekat jendela.

Selesai shalat Jumat, aku buka hanphone dan dapat pesan mas Edi sudah di Masjid juga bahkan beberapa saat sebelum shalat jumat. Aku cari diruang utama belum aku temukan, lalu pergi ke ruang samping tak ada dan di pintu aku lihat keluar ke pendapa dimana banyak orang disana. Aku tak melihat keberadaannya, lalu aku masuk lagi dan bermaksud kasih pesan lewat sms. Baru mau tulis pesan, aku menoleh ke kanan dan aku lihat mas Edi dan kamipun mencari tempat di Masjid yang nyaman untuk ngobrol. Kami masuk ke ruang utama dan mencari tempat yang agak tenang, dekat tembok.

Kemudian kami membicarakan masalah keluarga sampai beberap jam, lagi di luar hujan sangat deras. Sehingga percakapan kami jadi lebih bermakna, terbawa suasana, kami saling bertukar pikiran, berkeluh kesah dan berusaha mencari jalan keluar bersama. Aku memainkan peranku, memberi dukungan dan nasehat padanya, meski kadang aku juga adu argumen dengannya. Memang kami dulu kecil masih ingat tumbuh bersama, dalam keluarga, satu kamar kos, dan juga satu kampus. Membantu pekerjaan bapak di sawah adalah hal biasa namun saat itu aku belum bisa menikmati, aku melakukannya dengan terpaksa, hingga mas Edi sekolah jauh dari rumah. Tinggal aku dan adik Aku bersama adik Aku dan Mas Edi adalah dua orang yang saling berlawanan, kami adalah ibarat api dan air, Krisna dan Arjuna dalam pewayangan. Kepribadian maupun sifat kami berdua saling bertolak belakang, mas Edi adalah orang yang optimis sedang aku cenderung pesimis. Mas Edi pandai bicara, mudah mengemukakan pendapat, sementara aku cenderung diam dan banyak berpikir dalam hati. Ketika kami kuliah, mas Edi suka organisasi, namun aku tak ikut. Meski aku tahu banyak orang orang hebat lahir dari sana, namun aku saat itu tidak tertarik. Aku melihat banyak sekali biaya untuk itu, sedang kondisi keluarga kami saat itu pas-pasan.

Waktu kecil mas Edi suka sekali memabantu bapak ke sawah padahal baru masuk TK, lalu minta bapak dibuatkan peralatan yang sama untuknya. Banyak sekali para tetangga yang heran melihat kelakuannya, kecil-kecil suka membantu bapak di sawah. Bahkan aku dengar dulu pernah minta sama bapak untuk mengganti namanya yang menurutnya tidak bagus. Namanya sebelumnya Suparno, kemudian merengek minta ditambah Edi di depannya. Aku mengetahuinya baru-baru ini, andai saja saat itu ganti nama itu bisa dilakukan tentu aku juga ingin ganti nama yang lebih bagus, biar terlihat keren. Ya nama sangat membawa dampak psikologis bagi pemilik, meski kadang nama yang bagus belum tentu sebagus orangnya, baik fisik maupun pribadi di dalamnya. Banyak para pelaku tindak kriminal, korupsi memiliki nama yang bagus sehingga banyak orang kemudian mulai berkomentar "perilaku tidak sesuai dengan namanya".

Jadi teringat kisah Parikesit dalam pewayangan, ketika perang baratayudha telah selesai. dan Pandawa memenangkan perang baratayudha, Parikesit cucu Arjuna lahir dan saat itu sang Parikesit kecil menangis terus. Tak ada seorangpun di lingkungan keputren yang tidak mampu membuat tangisnya mereda. Hingga kemudian para pandawa satu persatu berusaha membuat tangisnya mereda. Bahkan sang Kresna juga tak mampu meredakan tangisnya, diantara para tokoh disitu belum bisa meredakan tangis sang Parikesit. Hingga terakhir Puntadewa yang direncanakan naik tahta di Astina berujar, "Cup ngger menenga, yen gelem meneng kwe mbesok tak wenehi keprabon Astina". Bersamaan itu diikuti suara guntur, juga disaksikan para satria pandawa beserta sahabat manca dan Parikesitpun diam. Kelak besar sang Parikesit cucu Arjuna menjadi raja di Astina, dimana semestinya yang berhak naik tahta adalah putera Puntadewa. Janji seorang raja Puntadewa pun ditepati dan jadilah sang Parikesit sebagai raja Astina.

Ketika hujan mereda, kami berkemas untuk pulang, tapi motorku gak mau jalan setelah kehujanan bebrapa jam. Seperti biasa, kalo masuk air di mesin lalu motor ngadat, meski kuperbaiki sebentar tetap tak mau jalan. Aku tahu permasalahan seperti itu biasa di karburasi yang kemasukan air, namun aku juga membongkar busi, untuk memastikan bahwa busi itu masih bagus. Lagi bebrapa orang yang aku temui disitu menyarankan demikian, akhirnya aku menyerah. Aku mengalir dengan suasana, apa yang dikatakan mas Edi aku ikut, meski dalam hati aku mencari sebuah bengkel terdekat. Masalahnya disekitar masjid Agung tak ada bengkel motor, hingga kami haru jalan beberapa kilo meter mencari bengkel. Di tengah perjalanan ke bengkel kami juga masih berusaha stater, namun hasilnya masih nihil. Lalu mas Edi yang berjalan didepan lihat bengkel dan motorpun aku bawa kesana. Kulihat montirnya pake baju PDI membongkar karburasi, aku melihat apa yang dia lakukan untuk memastikan bahwa air benar-benar masuk disana. Memang demikian, saat dipasang balik dan di stater, mesin bisa jalan, aku pikir wah kebetulan. Sudah lama tak servis karburasi, dalam hati pasti nanti tarikan lebih baik lagi. Setelah membayar ongkos lalu aku coba keluar ke jalan, aku menunggu seorang ibu yang sedang mengayuh sepeda. Aku bermaksud menunggu sehingga dia berlalu kemudian aku baru berjalan, namun yang terjadi adalah aku maju sedikit dan sang ibu lurus saja tanpa membelokan sepedanya sedikit ke kana. Dan kresss, sang ibu jatuh ruji sepeda depan sangkut di rem kaki motor hingga sang montir membantu untuk melepaskan. Aku memohon maaf pada sang ibu, kesalahanku saat itu aku kurang sabar menunggu sang ibu melintas. Sedangkan sang ibu tak mampu membelokkan sepedanya sedikit ke kanan, untung saja sepeda melaju pelan. Aku juga memaklumi, ibu itu sudah usia tua sehingga respon untuk menghindarnya jadi lambat atau mungkin juga karena dia seorang wanita. Tabrak saja tak usah belok! Meski ibu sedikit marah aku tahu dia juga baik, jadi urusan kami selesai dan saat mendahului dia yang sudah di depan duluan aku menyapa seraya tersenyum. Dari raut mukanya aku tahu beliau memaafkan kesalahanku tadi.

When I Try to Forget

When I try to forget someone, almost I did it ! Suddenly I meet someone's that remind me about her. I still have her in my mind. I dream her and wish her near me, even she was away. Deep in my heart, Did everything happened on us is a clue? Is that all true........? What should I do........? Should I wait when the moment comes, that's all I can do now. I am flowing the moment to come, then I will find which place I have to go. With all the risk that I should take, it's no matter. Every decision have a risk, I will take that risk. Don't bother anybody think and say, if I see nothing wrong, then goes on!

Kamis, 08 Januari 2009

Ke Solo

Pagi hari mulai jam 10 mandi dan berangkat ke Klaten SAMSAT, selesaikan urusan kemarin yang belum kelar. Sampai di SAMSAT Klaten yang mas Agung, orang aku cari tak ada, aku tanya mas Sumadi seseorang di SAMSAT yang pertama kali aku kenal setahun lalu. Mas Sumadi, aku masih ingat waktu ketemu rumah di Ngawen dan sudah lama kerja di SAMSAT sebagai tukang parkir. Kehidupan selain disitu aku tak begitu tahu dan mungkin tak akan pernah tahu. Aku hanya berpikir bahwa dunia diantara kami berbeda, aku hanya minta tolong sebuah urusan di tempat itu. Apapun yang dia pikir dan kerjakan aku tak tahu, aku berpikir positif saja. Beberapa hari lalu aku sempat menghubungi handphone namun nomor tak terdaftar lagi. Saat hal tersebut aku tanyakan, mas Sumadi menjawab hpnya dicuri orang, yang tak lain adalah kawannya sendiri. Aku berpikir begitu ya jika seseorang/sahabat yang kita percayai ingin memiliki apa yang kita punya dengan jalan yang tak wajar /mencuri/mengabil. Dari informasi Mas Sumadi ternyata mas Agung sedang dirumah beberapa meter dari kantor SAMSAT dibelakang BCA sebelah selatan masjid katanya. Langsung saja aku berpamitan, dan baru beberapa meter motorku berjalan seseorang memanggilku, akupun berhenti, dan memutar balik. Aku perhatikan seseorang yang kukenal memanggilku, meski memakai helm aku bisa memperkirakan siapa beliau. Wah kaget juga, mas Ripto rupanya diantar seseorang lalu berhenti didepan sebuah rumah bagus. Dalam hati bertanya apa yang beliau lakukan disitu, kok diantar orang pake motor kemudian yang ngantar pergi. Beliau bertanya padaku sedang ada urusan apa kok lewat di situ, aku jawab jujur ingin selesaikan urusan pajak motor yang belum selesai kemarin. Waktu aku tanyakan tentang kepentingan beliau dirumah itu, ternyata sedang nunggu anaknya dik Sayekti yang ternyata memang kos di rumah itu. Saat itu dik Sayekti sakit kalo tak salah dengar lupa minum obat, mungkin beliau mau ketemu untuk diajak pulang atau ke dokter. Aku kira rumah disitu rumah seorang dokter atau apa ternyata kos-kosan. Sesaat lalu aku mohon diri dan kerumah mas Agung seperti yang dikatakan mas Sumadi rumahnya diselatan masjid. Aku berhenti dipertigaan dekat masjid dan menanyakan dimana rumah mas Agung. Perempuan yang kutanya ternyata kakak perempuan mas Agung yang juga tinggal disitu. Setelah selesai urusan dengan mas Agung dimana sebelumnya dapat minuman es teh dan ketemu dengan anak dan istri beliau. Istrinya masih saudara sama mbak Prapti, istrinya Pakde Junaedi tetanggaku. Aku pun baru tahu pertama kali dengannya, dulu aku tak mengira juga kalau mereka masih ada hubungan kerabat. Setelah mohon diri aku ke Solo, ingin ketemu mas Edi mengenai sebuah urusan yang harus kami bicarakan bersama. Namun waktu sampai di Solo aku tak ketemu mas Edi, meski aku telepon dan sms tak ada jawaban. Beruntung ada pegawainya sehingga aku bisa menunggu dengan nyaman. Namun setelah beberapa menit dan jam berlalu tak kunjung pulang dan hujan pun mulai turun deras. Aku coba nikmati suasana dengan mengambil sebuah buku untuk kubaca. Kutunggu sampai jam 3 mas Edi belum terlihat juga, sehingga aku putuskan untuk pulang, meski hujan juga belum reda. Tujuan utama yang aku rencanakan belum terwujud, jadi aku rencanakan lagi besok pagi ke Solo.

Rabu, 07 Januari 2009

Ikut Menuai Meski Tak Menanam

Kadang kita harus ikut menuai meskipun kita tidak pernah menanam, baik dalam kasus yang menyenangkan maupun yang tidak. Kita tak pernah melakukan kesalahan, tiba-tiba kita ikut menanggung resiko atas perilaku seorang kawan misalnya. Apa yang terjadi sangat mengejutkan kita, sekonyong-konyong datang begitu saja tanpa permisi. Kejadian itu membuat kita jadi linglung dan tak percaya, kita belum mengantisipasi sebelumnya. Jika hati tidak sabar bisa saja kita menyalahkan kawan kita sebagai biang keladinya. Lain kalo kita ikut menuai tapi yang menyenangkan misalnya kesuksesan seorang sahabat/saudara atau orang tua lalu kita ikut bagian di dalamnya. Ini yang banyak orang inginkan, mereka ingin ikut kesuksesan orang lain namun enggan menerima konsekuensi ketika orang disekitar melibatkan kita dalam permasalahan. Kita cenderung untuk melarikan diri atau cuci tangan, mencari kambing hitam dan kadang justru mentertawakan mereka.

Di Atas Langit Masih Ada Langit

Beberapa hari lalu Pak Warsito minta padaku untuk mencetak sebuah dokumen, dimana sebelumnya telah minta seorang sahabatku namun tidak sesuai dengan yang beliau minta . Sahabat tersebut memang belum paham tentang settingan itu, maklum masih baru belajar. Ketika Pak Warsito meminta padaku lalu kukerjakan sehingga hasilnya sesuai dengan permintaan beliau.

Setelah itu bapak ini mengatakan bahwa 'di atas langit masih ada langit' yang membuatku terkejut. Pernyataan itu selalu terngiang di telingaku memaksaku untuk mengingat dan memahaminya. Peribahasa tersebut benar bahwa mengetahui seseorang pandai ternyata masih ada orang yang lebih pandai lagi. Benar saja aku membandingkan dengan sahabatku, meski aku lebih tau dari pada sahabatku dalam kasus itu, aku merasa masih ada yang lebih mahir lagi dariku.

Keahlianku masih jauh dibawah jika dibandingkan dengan para blogger yang lain. Akupun tahu karena belajar dari tulisan mereka, tanpa mereka aku tak tahu dari mana aku harus mulai belajar. Dimanapun peribahasa ini berlaku, sehingga kita terhindar dari sifat sombong dan congkak. Kita tak boleh merasa paling pandai, paling tampan atau paling kaya, perasaan ini harus kita eliminasi. Peribahasa 'di atas langit masih ada langit' sangat bagus untuk mengingatkan kita ketika dalam kesuksesan untuk selalu waspada dan tidak sombong.

Sabtu, 03 Januari 2009

Doni Kecil dan Jeruk Kecil

Seperti hari biasa Doni datang lagi ke warnet, masuk dan bermain sendiri. Kadang juga ngganggu aku yang sedang pake komputer. Aku dengar dari Mas Daryono tadi siang muntah karena masuk angin, meski aku lihat tidak menunjukkan bahwa dia sakit. Hari ini tidak merengek minta fanta lagi, setelah keluar beberapa saat kemudian datang bersama anak kecil mungkin masih kerabat. Bermain sebentar di dalam, datang seorang ibu yang belum pernah kulihat mencari anak kecil yang bersama Doni kecil. Sesaat mereka keluar, aku lihat sedang membeli buah di seberang jalan dan aku terkejut ketika datang membawa dua jeruk kecil diberikan padaku. Aku bilang taruh saja disitu /piring, kulihat dia makan jeruk yang ukurannya lebih besar, aku minta padanya dikasih. Doni kecil tahu balas budi, pernah merengek minta jeruk dariku, hari yang lain minta kacang. Waktu minta kerupuk, sama bapaknya marah terus dikembalikan. Dan hari ini Doni kecil memberiku dua jeruk kecil, waktu coba cicipi jeruknya manis memang ada sedikit rasa kecutnya. Doni kecil pulang awal baru jam 9 aku lihat orang tuanya sudah berkemas.

My Card

I have many cards to play, eventhough I have to consider which card should be played

Hidup

Hidup adalah mencari jawaban atas sebuah pertanyaan! Why, What, When, Who, Whom

Kamis, 01 Januari 2009

Ali Alatas Bermain Kartu

Aku teringat kata kata bijak almarhum Menteri Ali alatas, sebagai orang deplomat dia mengatakan bahwa berdiplomasi ibarat main kartu. Kita harus pandai menyembunyikan semua kartu yang kita dari orang sekitar dan musuh kita lalu menjatuhkannya / memainkannya satu persatu. Beliau mengatakan : “Diplomasi itu seperti bermain kartu. Jangan tunjukkan semua kartu kepada orang lain. Dan jatuhkan kartu itu satu per satu,”

In My Dream

Aku naik anak tangga yang tinggi mirip di pegunungan, aku melihat Bude Harto Kemi dan mengatakan sesuatu seperti ada orang meninggal aku tak yakin, sampai di puncak aku bertemu Deddy dan mengatakan bahwa aku tak ikut tawarannya. Aku mengucapkan terima kasih karena telah mengajakku ke dalam timnya , meski aku menolak. Kemudian di depan ada pintu dari seng, kulihat dibawah semacam jurang dan aku tutup pintu itu. Kemarin sore aku lihat Bude Harto di samping rumah, mengatakan seseorang meninggal jatuh ketika memanjat kelapa. Beberapa hari lalu tanggal 30 Des 09, aku sms Deddy tentang tawaran kerja bersamanya, tapi sms tak sampai, mungkin handphone tak aktif. Aku sms nomor Abangnya bisa masuk, tak ada balasan hingga kini. Pagi hari aku mendapat pesan yang kukirim ke Deddy gagal. Aku ibarat hanya pemeran dalam film yang disutradari atau layaknya wayang yang dikendalikan sang Dalang. Aku hanya berharap hari besok hari terindah di awal tahun 2009 kemudian diikuti dengan hari-hari indah lainnya bersama seseorang dimana kami saling mencintai. Special moment start to our family..! Wish us all the best for us! Aku melihat sekeliling, ada banyak wayang disitu, aku bersama kakakku mas Edi berjalan berkeliling kulihat wayang -wayang yang bergelimpangan. Aku melihat wayang Kresna dan aku ingin mengambilnya, bersamaan itu seseorang memakai seragam mengambil gambar kami. Kemudian aku lihat semacam jembatan, aku dan mas Edi berbeda haluan, dia seperti ke barat agak utara aku bagian selatan. Aku di rumah bersama seseorang mengabarkan kepadaku, bahwa aku diterima di Indonesia Power bersama Koirudin Ruzi T. Mesin 96' aku lihat Lanjar disitu. Sembari menyodorkan kertas yang ada namaku dan Ruzi. After all it's only Allah knows........! I just can wait and follow life until I find the truth

Selamat Tahun Baru 2009

Di awal tahun 2009 aku mengalami beberapa kejadian, semalam Mbak Uwik, istri seorang kawan (Tri Hagsoro) mengirim sebuah sms yang mengatakan bahwa suaminya masuk ruang ICU RS di Klaten. Aku coba sms kawanku yang lain Pakde Hari rencanakan untuk berkunjung hari ini, kasihan juga kawanku ini tahun baru dirayakan dirumah sakit. Akhirnya sore hari kami berangkat bertiga bersama Basit dan setelah setengah jam perjalanan motor akhirnya sampai juga . Waktu sampai rumah sakit, kawan yang bersamaku dapat sms kalo sudah dipindah ke ruang lain. Sehingga kami berusaha menemukan ruangan mereka. Pertama kali masuk dan lihat kondisi kawanku kasihan juga, masih terbaring lemas, tapi saat itu kondisinya sudah membaik. Di situ kawanku ditemani istrinya, kakak tertua Mas Eko dan kerabat keluarganya mungkin om dan tantenya. Aku termasuk beruntung juga ketemu mas Eko, ingat waktu ikut UMPTN nginap di kost beliau sekaligus mengantarkan kami. Saat itu mas Eko masih kuliah di IKIP N Yogyakarta semester akhir. Aku tahu dia juga masih ingat padaku, dari kawanku mungkin hanya aku yang dia kenal. Sudah sekian lama aku tak bertemu beliau, sekarang sudah tinggal di Salatiga mengajar SMK N 2 Salatiga. Semenjak dulu aku salut dengan mas Eko, aku mendengar dia pandai elektronika sewaktu masih sekolah SMA juga diperguruan tinggi. Kebetulan saat masih SMP/SMA aku juga suka elektronika, sehingga ini menjadi alasan aku mengagumi beliau. Pertemuan dengan mas Eko aku anggap sebagai bonus untukku di awal tahun, meski bagi kawanku mengalami musibah di awal tahun. Waktu di warnet datang Pak Sadiman guru privat Matematika adik Febrian datang ke warnet, mau ngecek kelulusan sertifikasi guru bagi teman-temannya. Waktu itu lagi hujan, dia mampir sebentar lalu menunjukkan sertifikat kelulusannya yang sudah diberikan 31 Desember 2008, disertai beberapa lembar fotokopinya. Waktu coba cek kelulusan aku jadi teringat sama guruku Pak ST Widada beserta P Fx Sugeng Purwanto, yang dua hari lalu pernah kesini. Waktu itu beliau juga melihat pengumuman kelulusan namun masih gagal. Dan aku dengar dari guru lain yang kemari bahwa ujian susulan telah diadakan dan hari ini kesempatan terakhir. Aku coba cek beliau berdua dan aku turut senang ketika beliau berdua bisa lulus. Soalnya aku ikut sedih waktu dua hari lalu mereka terlihat tak lulus. Awal tahun yang bagus buat beliau berdua juga dengan para guru yang lain. Aku tak tahu apakah sertifikasi nanti membawa perubahan di bidang pendidikan di Indonesia juga perbaikan taraf hidup para guru, mudah-mudahan demikian! Aku hidup dalam mimpi, beberapa tahun lalu, bulan lalu, seminggu lalu sebagian aku sudah diberitahu lewat mimpi. Orang lain percaya atau tidak, aku mempercayainya, meski dalam hati aku tahu bahwa kebenarannya semua ada di kekuasaan Allah. Aku hanya mencoba kreatif, mengambil keputusan dari petunjuk sekitar termasuk dalam mimpi. Ketika aku mendengar sesorang menyebut nama seseorang, aku jadi teringat orang yang mirip dengan nama itu yang pernah baik padaku, misal Guru, Sahabat, Kerabat. Aku jadi teringat kebaikan, sifat, kelebihan dan kekurangan, teringat peristiwa ketika kami dulu bersama. Barusan aku lihat Pak Sunarto beli soto disamping warnet, orang pintar, kepala desa Barepan, aku jadi teringat pesan yang beliau katakan dulu waktu kerumah. Saat aku menemani simbok mencari kesembuhan untuk bapak yang sedang sakit, beliau menatap wajahku sembari mengatakan "Ojo melu-melu" kira kira seperti yang aku ingat. Saat itu aku masih mahasiswa semester 2 di Surabaya, dari kata-kata beliau aku terus berpikir dan berpikir apa maksudnya. Aku memang cenderung mengikuti seseoarang, kurang berprinsip dan mudah menyerah. Semenjak itu aku coba untuk mengatakan 'tidak' ketika orang lain memaksa atau menginginkanku berkata 'ya'.

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas