Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Selasa, 26 Agustus 2008

Tokoh Pandawa Dalam Pewayangan

Beberapa lama aku berpikir tentang yang ada dalam pewayangan, tokoh Pandawa, Kurawa atau Kresna, Sengkuni. Aku ingin mengetahui kira-kira sang penggagas wayang dalam hal ini Sunan Kalijaga dalam menggubah kesenian ini. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada masyarakat khususnya masyarakat Jawa dalam pementasan wayang. Ada banyak hal yang tidak diperhatikan oleh para penikmat wayang pada umumnya. Tentang kepahlawanan, keunggulan dari para tokoh Pandawa dari pada Kurawa. Juga tentang Kresna dan Sengkuni yang memang sangat berperan dalam kehidupan kedua kubu baik dan jahat tersebut. Wayang dan Islam Menurut ku tokoh Pandawa yang bersenjatakan utama Jimat Jamus Kalimasada yang dipegang oleh Yudistira. Menurut beberapa pemerhati wayang merupakan cara yang bagus yang dilakukan oleh kanjeng Sunan Kalijaga untuk mensyiarkan agama Islam di Pulau Jawa. Dia menggunakan sarana hiburan untuk melakukkan dakwah, beberapa kitab dalam pewayangan telah dibuat untuk melengkapi dakwahnya. Se Antara Pandawa -Nabi Muhammad SAW dan Sahabat. Kita lihat dalam tokoh Pandawa adalah Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa. Dari kelima tokoh bersaudara tersebut masing masing mempunyai kelebihan sendiri sendiri. Dimana Yudistira adalah seorang yang taat agama, bijaksana, tidak mau membunuh/perang dan bersenjatakan jimat Kalimasada. Lain halnya dengan Bima, seorang yang kuat, gagah dan perkasa, mempunyai senjata kuku pancanaka dan gada rujak polo. Arjuna seorang satria yang tampan, dan cerdik trengginas, banyak wanita yang jatuh hati padanya, mempunyai senjata andalan pasopati. Sedangkan tokoh Nakula dan Sadewa adalah saudara kembar sebagai pelengkap Pandawa yang berjumlah lima orang. Keduanya tidak banyak diceritakan dalam pewayangan, tidak ada cerita khusus yang menceritakan kehidupannya. Menurutku jika kita lihat dalam sejarah lahirnya Islam, dimana ada tokoh Nabi Muhhamad sebagai sentral, Abu Bakar, Umar Bin Kathab, Usman dan Ali ada kemiripan dalam tokoh Pandawa tersebut. Dimana Nabi Muhammad sebagai penerima wahyu Al Qur'an di simbolkan sebagai seorang Yudhistira dengan Senjata jimat Kalimasadanya. Yang menurut pemerhati wayang Kalimasada sebetunya berasal dari kata Dua Kalimat Syahadat, termasuk rukun Islam yang pertama. Sedangkan sosok Abu Bakar yang cerdik dan pandai disimbolkan sebagai sang Arjuna,. Abu Bakar adalah kawan Nabi yang pertama masuk Islam, dia termasuk orang yang mempercayai apa yang dikatakan oleh Nabi. Dan hijrah bersama Nabi dan bersenbunyi di Gua Hira. Dan untuk tokoh Umar adalah seorang Bima dimana keduanya mempunyai kemiripan yang sama. Umar adalah tokoh yang mempunyai watak tegas, keras dan tubuh yang kekar. Dia adalah seorang petarung yang hebat yang sering bertarung di Pasar Ukad, dan akhirnya masuk Islam dan mengakui Nabi Muhammad sebagai Rasul. Ada kemiripan dengan kisah Bima bungkus saat terlahir bungkus dan diletakkan di hutan. Pada saat keluarnya dari bungkus Bima menjadi bulan2 seekor gajah yang akhirnya dibunuhnya gajah tersebut oleh Bima. Bisa kita lihat bahwa Nabi Muhammad-Abu Bakae-Umar, mereka bertiga layaknya tiga bersaudara dan di makamkan di tempat yang sama. Sebagaimana dalam pewayangan tokoh pandawa bahwa Yudistira-Bima-Arjuna adalah saudara satu Ibu (Kunti).
Sedangkan tokoh Usman dan Ali, keduanya adalah sahabat Nabi setelah Abu Bakar dan Umar. Dalam pewayangan Usman dan Ali disimbolkan dengan tokoh Nakula dan Sadewa.
Mereka berlima adalah saudara yang selallu bersama baik dalam duka maupun duka., emi kepentingan bersama. Berjuang bersama sama, dan bahagia juga bersama, ibarat jika salah satu tokoh mati dulu dalam pertempuran yang lain akan membela. Yang satu mukti yang lain juga ikut mukti. Sementara kota Mekkah dalam pewayangan adalah negeri Astinapura dan Kota Madinah identik dengan Negeri Amarta. Sedangkan tokoh Kurawa adalah kaum musyrik penduduk Qurais yang menempati kota Mekkah, sperti Abu Lahab dan kawan-kawannya yang jumlahnya sangat banyak. Dimana di sana Nabi, para sahabat dan kaum muslim di usir dan hijrah ke Madinah. Perjuangan di Madinah selama 13 tahun sebelum akhirnya menguasai kembali kota Mekkah. Hampir sama dengan kisah pembuangan Pandawa selama 13 tahun harus hidup di hutan setelah kalah dalam permainan dadu. Di pihak Pandawa di dalangi oleh Sri Batara Kresna sebagai team kreator, orang yang pandai, alhi strategi, bijak, berpengetahuan dan wawasan luas, dia juga titisan dewa Wisnu. Di pihak Kurawa didalangi/ team kreatifnya adalah Patih Sengkuni yang mempunyai sifat kesetanan, iri dengki, dan licik selalu menghalalkan segala cara dalam setiap perbuatan. Tokoh Kresna mirip dengan penjelmaan dari Malaikat Jibril yang memberikan petunjuk dan wahyu pada sang Nabi Muhhamad. Sebagaimana Kresna memberikan wejangan, kepada para pandawa. Sedangkan Patih Sengkuni adalah penjelmaan dari sifat setan yang senantiasa mengganggu kehidupan manusia. Wayang, sungguh suatu karya yang agung yang patut kita lestarikan, termasuk kebudayaan nasional yang adiluhung. Namun banyak dari kita pewarisnya tidak paham akan nilai nilai yang tersirat di dalamnya. Bahkan kita mengabaikannya, kita banyak perkiblat pada kebudayaaan barat yang belum tentu bermakna, sementara kita melupakan kebudayaan kita sendiri. Bagai mempertaruhkan sesuatu yang tidak pasti namun sudah kehilangan harta benda dan tenaga. Seperti juga pepatah rumput tetangga nampak lebih hijau! Pandangan kita telah tertipu, kita harus sadar akan hal itu.

Senin, 25 Agustus 2008

Rencana Hidupku

Minggu kemarin aku lihat pertunjukkan wayang kulit di rumah kerabat di Bengkalan Karangasem, Cawas Klaten. Dalangnya adalah KI Gandung, menurut informasi adalah penduduk setempat. Aku melihat sang dalang lumayan bagus jika dibandingkan dengan dalang senior laiinnya, seperti Klelur Jaka Edan, Warsena Slank atau Anom Suroto.
Aku menikmati pertunjukan sang dalang namun tidak sampai kelar, karena saat itu sudah ngantuk. Saat itu sekitar jam 2 malam dan aku nonton mulai jam 11, waktunya limbukan. Dan kebetulan saat itu Om Hardi yang tinggal di Semarang menyempatkan untuk pulang kampung halaman. Pertemuan itu aku tidak menduga, Om Hardi duduk di belakang krue karawitan, aku tak membiarkannya sampai beberapa lama. Aku takut mengganggunya karena aku lihat dia sangat antusias menikmati pertunjukkan. Aku mengetahui hal itu karena dia adalah seorang seniman, sering pegang kendang dalam karawitan. Kegemarannya itu waktu masih muda, itu menurut keterangan simbok (kakaknya).
Tiba-tiba dia menoleh ke belakang dan a melihatku dan akupun menghampirinya. Aku juga katakan bahwa aku sudah lama datang, namun takut mengganggunya. Ternyata saat itu dia adalah orang yang digeser dari tempat duduk semula, karena kedatangan beberapa orang pejabat pemerintahan, Camat atau DPRD katanya. Jadi dia merasa tersisihkan saat itu, dan menemukan tempat yang dekat di karawitan. Aku baru tahu! Setelah berbincang sebentar menanyakan keadaanku dan kenapa aku masih di rumah dengan berat hati menjawabnya. Dia berharap aku di Semarang dan bekerja di sana, sebagaimana kami dulu sering main kesana. Dan terakhir main adalah setahun yang lalu, aku bilang sama Om Hardi bahwa aku harus membantu kakakku Edi S di Solo. Aku merasa bahwa kakakku masih memerlukan keberadaanku di dekat, aku bisa ke Solo kapanpun karena jaraknya dekat. Om Hardi juga menanyakan rencana hidup aku kedepan, karena sudah saatnya bagiku untuk menikah, dan sebuah menikah memerlukan harta benda untuk modal kehidupan mendatang. Aku menjawabnya dengan berat hati juga, dan aku juga tidak tahu siapa istriku kelak. Pacar aku juga belum punya, meski ada satu dua orang yang menurutku suka padaku. Namun aku tidak memperjelas hubungan kami, dalam arti mengambang, status tidak jelas. Aku takut kena makan omonganku sendiri! Aku dulu pernah menyarankan seorang teman karena pacaran dengan seseorang yang masih kerabat. Meski dalam agama diperbolehkan tapi menurutku tidak bagus buat anak dan keturunannya (genetik terlalu dekat). Saat itu memang temenku lagi ada masalah dengan pacarnya jadi aku berani mengatakan hal itu. Beberapa bulan yang lalu ada seseorang yang menurutku mendekatiku, meski aku juga menyimpan rasa suka padanya tapi aku lebih pasif. Karena masih kerabat jadi aku tidak berani mengungkapkan perasaan itu. Jika ada orang lain mungkin aku tidak akan memilihnya. Aku mengamatinya sejak dia SMP dan tiap kali lebaran datang ke rumah membawa bingkisan lebaran saat itu aku masih kuliah di Surabaya. Aku kira biasa saja saat itu, hingga saat handphoneku berdering di malam mingguan. Saat itu aku baru ngobrol sama seorang kawan baik, jadi gak perhatikan. Nomor baru yang belum aku kenal masuk, aku diamkan saja hingga sampai rumah aku coba hubungi balik. Waktu diangkat kok ada suara cewek, tapi aku gak respon aku diam dan terus aku matikan. Pagi hari hp bunyi lagi nomor yang sama! Akhirnya aku tahu siapa dia, seseorang yang istimewa dan kami saling menanyakan keadaan dan tentang kuliahnya. Beberapa hari lagi akan berangkat ke Jakarta masuk kuliah! Waktu mau menelponnya tidak bisa nyambung, aku takut jika kukatakan rasa itu akan membuat kuliahnya tidak lancar. Jadi aku ambil jarak saja, lagipula aku juga belum bekerja lagi setelah pulang dari Batam. Jadi mau persiapan dulu keuangan sebelum menikah! Sebelumnya saat lebaran memang dia dan keluarga silaturahmi ke rumah, maklum bapak/simbok adalah orang yang dituakan dalam kerabat kami. Aku menyambut mereka di depan pintu dan pengamatanku tak lepas dari nya. Aku merasakan ada yang lain darinya tambah cakep aja dan saat itu memakai kacamata. Menurutku terasa sesuai sekali meski berat badannya saat itu agak naik. Aku jadi bingung juga, dan saat itu ada keluarga yang lain datang dan kebetulan satu angkatan dengan dia. Anak itu cowok, aku coba pancing jodohin sama dia saja. Ternyata anaknya tidak mau meski bapaknya setuju! Beberapa lama kami tidak berkomunikasi dan aku pikir saat itu ada alasan untuk melupakannya. Aku saat itu cuma tambah percaya diri saja ternyata ada seseorang istimewa yang respek padaku, dimana sebelumnya aku tak yakin, kukira tampangku biasa saja. Namun aku juga tidak bisa dengan mudah melupakannya, aku berharap kami bisa menyatu dalam ikatan perkawinan. Meski aku belum tahu bagaimana caranya bahkan sampai saat ini, seperti rumit saja menurutku. Beberapa saat memang aku bisa melupakannya hingga dia menghubungiku lagi minggu lalu bahwa dia pusing mikir judul skripsinya yang belum dapat. Aku pun juga tidak tahu kasih solusinya, karena kami memang beda jurusan jadi ya tidak nyambung. Aku berharap dia dapat judul saja namun bukan berarti solusi nya dari ku, aku hanya memberi motivasi.atau doa Mungkin hanya itu yang bisa aku lakukan untuknya! Perbah ada seseorang meminta nomor hp nya padaku karna butuh informasi dari kampusnya. Saat itu aku merasakan rasa tidak rela atau mungkin cemburu, karena dia juga kuliah di Jakarta meskipun beda kampus. Dalam hatiku berharap dia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan baik, itu saja. Mengenai hubunganku dengannya kelak aku tak banyak berharap banyak, jika memang jodoh mau lari kemana. Kasihan orang tuanya yang telah mengeluarkan banyak biaya kuliahnya, dan aku tidak mau sesuatu terjadi padanya karena aku. Aku menunggu sampai tidak tahu kapan mengutarakan hal ini padanya. Pernah suatu hari aku berencana menanyakan padanya tentang perasaanku, namun niat iku aku urungkan saja mengingat dia masih kuliah. Pikirku, jika telah ada seseorang yang lain di hatinya, biarkan dia bahagia!

Rabu, 20 Agustus 2008

Kue Pernikahan Islami

Beberapa saat yang lalu kau mendapat undangan pernikahan dari seorang teman dari Pucang MIliran Tulung Klaten. Kami ketemu di Batam, dan saat dia pulang ke Jawa untuh menikah dia mengundangku untuk datang. Yang aku heran surat undangannya sangat kreatif, lain dari layaknya undangan pernikahan dan menurutku itu bagus. Aku tanya sama temenku, yang desain kakaknya sendiri. Pada undangan disertai tambahan tulisan semacam artikel tentang pernikahan, yang ditempel di dalam undangan. Ada beberapa lembar artikel disitu dan yang paling menarik perhatianku adalah tulisan seperti pada menu resep masakan seperti dibawah ini.
Kue Pernikahan Islami
Bahan :
  • 1 lelaki sehat
  • 100% komitmen
  • 2 pasang restu orang tua
  • 1 botol kasih sayang murni
Bumbu :
  • 1 potong besar humor
  • 25 gr rekreasi
  • 1 bungkus doa
  • 2 sdt saling telpon
  • 5 kali ibadah/hari
Semua di aduk hingga merata dan mengembang! Cara memasak :
  1. Laki-laki dan perempuan dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni
  2. Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata
  3. Masukkan niat murni ke dalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit di depan penghulu
  4. Biarkan di dalam loyang tadi dan siram dengan bumbunya
  5. Kue siap dinikmati
Tips Menarik :
  1. Pilih lelaki dan perempuan yang benar-benar matang dan seimbang
  2. Jangan satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatannya. (Sebaiknya dibeli di TOSERBA bernama TEMPAT IBADAH walaupun agak jual mahal mutunya terjamin)
  3. Jangan beli dipasar yang bernama diskotik atau party karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang merusak kelezatan.
Menurutku tulisan ini unik dan kreatif, aku baru menemukannya saat itu. Sebuah pernikahan adalah sesuatu yang suci dan sakral, bukan untuk permainan, seperti banyak kita lihat saat ini! Berita kawin cerai para artis yang disajikan oleh media televisi dan elektronik. Sepertinya mereka para artis dengan mudahnya untuk melakukan hal itu, baru beberapa saat melaksanakan pernikahan dengan pesta yang meriah, namun tak bertahan lama mereka memutuskan tali ikatan perkawinanmereka. Mereka datang ke KUA (Kantor Urusan Agama- Pernikahan) tidak hanya sekali namun berkali kali. Kedatangan pertama untuk menikah dan kedatangan kedua untuk bercerai........! Dst.......
Datang ke KUA sekali saja seumur hidup ya........................! Yaitu untuk menikah, setelah itu jangan berharap lagi kesana.......ha......h......h.....h

Selasa, 19 Agustus 2008

Detik Jarum Jam Yang Berdetak

Pernahakah kita perhatikan suara detik jam dinding yang berdetak di rumah kita?
Dia selalu berdetak setiap saat baik pagi, siang, sore dan malam hari. Kita bisa mendengarnya dengan jelas di tengah malam hari dari pada waktu lainnya. Di saat semua orang yang tinggal serumah terlelap, tanpa ada gangguan dari suara dari luar. Dan detak jarumnya bisa kita dengar dari setiap sudut ruangan dengan jelas, tanpa harus kita mendekat.
Lain halnya diwaktu siang hari dimana suara dari TV, radio, atau ketika banyak gangguan suara dari luar rumah. Atau ketika saat itu kita banyak bicara, kita tidak bisa mendengarnya detak dengan jelas bahkan sama sekali tidak terdengar.
Bukan berarti jarum jam tersebut berhenti berdetak. Jarum jam terus berdetak, tapi kita sendirilah yang tidak mendengarnya. Saat itu terlalu banyak suara yang kita dengar sehingga detak dari jam dinding seolah tereliminasi dengan suara lain.
Ketika kita banyak bicara tanpa pernah mendengar
Ketika kita terlalu sibuk dengan segala urusan keduniaan
Di saat itu kita jarang mendapatkan petunjuk!
Kita menemukan banyak ide, solusi, inspirasi dalam ketenangan.
Pada saat itu kita banyak mendengar suara-suara yang muncul dan murni dari dalam hati!
Tempat: pegunungan yang sejuk!
Waktu : Malam yang sunyi

Aku dan Kau

Wahai Sahabat :

Aku melihat apa yang Kau tidak lihat

Aku mendengar apa yang tidak Kau dengar

Aku menyukai apa yang tidak Kau sukai

Aku merasakan apa yang tidak Kau rasakan

Sahabat,

Aku pernah berguru pada orang yang tidak Kau kenali

Aku pernah berkunjung ke tempat yang tidak pernah kau kunjungi

Aku telah belajar sesuatu yang tidak Kau pelajari

Aku telah paham sesuatu yang tidak Kau pahami

Sahabat ,

Meski Kau dan Aku berbeda

Meski Kau tidak mengenaliku

Dan Aku lebih mengenalmu

Itu sudah cukup bagiku

Keinginan

Keinginan adalah sebuah doa

Keinginan adalah sebuah harapan

Maka, buat lah satu keinginan

dan Allah yang akan mewujudkan keinginan itu

Teori Kuantum, Telepati, dan Teleportasi

Teori Kuantum, Telepati, dan Teleportasi Sebagai rumusan dasar dalam ilmu sains, rumusan Newton, F=m.a, memberikan pengaruh dan kegunaan yang cukup besar. Kehadiran rumusan hukum kekekalan energi dan momentum, misalnya, tidak lain dikembangkan dari rumus dasar Newton.
Berdasarkan rumusan Newton pula maka berkembang ilmu optika klasik, mekanika, dan mesin-mesin. Buah dari karya besar Newton itu antara lain termanifestasi dalam peradaban mesin-mesin industri. Sir Issac Newton dapat diakui sebagai ilmuwan besar abad 17 hingga abad 20.
Akan tetapi, dengan berawal dari ketidakpuasan para ilmuwan terhadap rumusan Newton untuk menjelaskan dinamika elektron-struktur atomik-maka berkembanglah teori baru. Berawal dari tesis Albert Einstein melalui rumusan E= mc2, lebih lanjut menjadi arahan bagi para ilmuwan untuk dapat memodelkan dinamika elektron dengan lebih tepat. Dari rumusan Einstein, ternyata terbukti bahwa rumusan Newton pada dasarnya merupakan pendekatan dari rumusan E=mc2. Hal ini terjadi karena dinamika gerak partikel masif adalah << (baca: jauh lebih kecil dari) kecepatan cahaya, c. Dengan kata lain, rumusan F=m.a adalah pendekatan dari E=mc2. Namun, kehadiran rumusan Einstein tidak secara otomatis meniadakan hukum-hukum yang dikembangkan berdasarkan Newton. Seiring dengan pembuktian Einstein dan kawan-kawan dalam bidang fisika ini, maka berkembanglah cabang ilmu Fisika Kuantum. Dari namanya kuantum diambil dari kuanta-energi yang dipancarkan oleh loncatan elektron. Lebih lanjut, Scrodinger berhasil memberikan rumusan peluang elektron untuk dapat melakukan terobosan pada suatu dinding penghalang. Lebih lanjut, kuantum ini dimodelkan melalui sumur-sumur kuantum. Pada sumur itu digambarkan elektron yang hendak menembus dinding sumur pembatas dengan probabilitas tertentu. Telepati dan teleportasi Jika 14 abad yang lalu umat Islam meyakini peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad, maka teori kuantum memberikan arahan yang berarti untuk menjelaskan fenomena aneh itu. Bahkan untuk fenomena telepati, sihir, pengobatan jarak jauh, dan teleportasi. Meditasi Anand Krisna, misalnya, jika kita perhatikan tidak lain mengikuti konsep kuantum. Dengan melakukan penenangan batin serta diikuti ritme goyangan tubuh berirama, seseorang akan mengalami "kepuasan" tertentu. Teknik ini juga sering dilakukan pada penyembuhan alternatif dengan menggunakan energi prana, chi. Jika kita melihat sebentar pada pondok-pondok salaf, kita perhatikan para santri yang berzikir sambil goyang kepala. Juga dikisahkan, para waliullah dan kiai dapat terbang dengan kecepatan kilat. Apa sesungguhnya yang sedang terjadi? Di manakah kuantum itu terjadi? Teori kuantum menjelaskan fenomena loncatan elektron (kuanta-kuanta energi) suatu partikel yang mengalami eksitasi, yang diakibatkan oleh pengaruh getaran, pemanasan, atau pemancaran. Efek fotolistrik dan Compton menjelaskan hal ini. Pada kasus logam yang dipanasi, ia dapat memancarkan elektron. Logam yang disinari, terjadi kuantum. Hal ini menyebabkan perubahan struktur atomik suatu partikel tertentu. Perubahan itu melibatkan pemindahan elektron yang sekaligus memancarkan energi foton. Pendek kata, fenomena di atas terjadi karena transfer energi elektromagnetik. Richard Feyman, ilmuwan Amerika Serikat yang berhasil memenangkan Nobel Fisika atas temuannya, membuktikan bahwa suatu partikel masih dapat dipindahkan menembus batas dinding partikel tanpa mengalami kerusakan. Pada kesempatan yang lain, Dr Ivan Geiver (pemenang Nobel Fisika) dari Amerika juga semakin menguatkan khazanah ilmu kuantum ini. Temuan Feyman dan Geiver ini memberikan pengertian kepada kita bahwa teleportasi-perpindahan fisik seseorang yang menembus ruang pembatas-adalah rasional. Begitu pula dengan Isra' Mi'raj. Jika seseorang sudah dapat melakukan suatu perlakuan khusus terhadap dirinya sampai batas energi ambang, maka orang tersebut memungkinkan mengalami derajat emanasi, eksitasi, atau kuantum. Sama persis dengan energi ambang yang dibutuhkan suatu logam untuk dapat melakukan kuantum. Manifestasi dari kuantum ini adalah memungkinkan seseorang ini mengirimkan sinyal jarak jauh, sinyal yang berupa medan elektromagnetik. Jika dapat mengubah partikel diri seolah menjadi susunan-susunan elektron yang tereksitasi, maka terjadilah loncatan secepat cahaya. Maka, tukar informasi-telepati-terjadi. Lihat juga peristiwa kirim energi melalui televisi pada acara mingguan Dedy Corbuzier. Jika kejadian ini sampai melibatkan pemindahan fisik tubuhnya, maka orang ini mencapai derajat teleportasi. Dari sudut pandang teori kuantum ini maka jelaslah bahwa tabir Isra' Mi'raj, telepati, teleportasi; sudah mendapatkan penjelasan fisik. Artinya, sebagian besar orang yang tidak mengakui fenomena ini-karena alasan tidak ada bukti fisiknya-dewasa ini sudah terbantahkan. Hal yang dulu dianggap metafisika dan gaib, berdasarkan teori kuantum telah mendapatkan pembenaran fisik. Senada dengan teori kuantum, maka teknik goyang ritmis berirama pada ritual meditasi, zikir, serta pengobatan alternatif. Teknik goyangan tubuh berirama pada dasarnya merupakan cara untuk memicu eksitasi eletron tubuh kita agar dapat memancarkan gelombang cahaya dengan frekuensi tertentu. Jika teknik goyangan ini cukup kuat dan kontinu sampai derajad energi ambang terlampui. Dari sudut pandang ilmiah, maka kita semakin meyakini bahwa ilmu-ilmu fisik (fisika) dewasa ini sudah menyatu dengan dimensi gaib dan spiritualitas. Jika kita sempat membaca tulisan Frictof Capra pada bukunya Titik Balik Peradaban, terang sudah bahwasanya khazanah ilmu barat dan timur dewasa ini sudah dalam tahap penyatuan. Khazanah barat yang unggul dalam riset, eksperimentasi, dan rasionalitas; serta timur yang lebih dominan dalam aspek spiritualitas. Oleh karena itu, era pasca-Einstein telah menjadi pembuka tabir penyatuan paradigma timur dan barat. Dan, kuantum adalah laksana jembatan antara peradaban timur dan barat. Kuantum yang secara empiris ditemukan pada abad 20, maka di dunia timur sudah mengakar cukup kuat sejak peradaban Cina Kuno dan India Kuno, 25 abad yang lalu. Dunia timur mengenal hukum paradoks lebih awal. Kita tahu, salah satu hukum dalam teori kuantum adalah hukum paradoks.
Edi Suparno Alumni Teknik Fisika ITS, Surabaya. Di kutip dari http://www.kompas.com Senin, 26 Agustus 2002
Surat Terbuka untuk Rektor dan Diknas: Limbah Pendidikan dan Limbah Sosial
01 Januari 2006 12:50:04
Soal krusial dan mendesak bagi pemerintahan nasional (dan Propinsi Jawa Timur khususnya) adalah limbah pendidikan tinggi yang dari tahun ke tahun tidak dapat dielakkan. Pendidikan tinggi tidak otomatis jaminan mendapatkan pekerjaan. Apalagi lulusan di bawah itu bukan? Mereka-usia-usia angkatan kerja itu-tanggung jawab siapakah? Menampung setiap lulusan melalui kebijakan langsung pemerintah membuka lapangan kerja itu tidak mudah. Berapa lowongan penerimaan di instansi pemerintah dan badan usaha milik pemerintah? Berapa besar lowongan di sektor swasta yang dapat menyerap tenaga terdidik tersebut?
Surabaya - Soal krusial dan mendesak bagi pemerintahan nasional (dan Propinsi Jawa Timur khususnya) adalah limbah pendidikan tinggi yang dari tahun ke tahun tidak dapat dielakkan. Pendidikan tinggi tidak otomatis jaminan mendapatkan pekerjaan. Apalagi lulusan di bawah itu bukan? Mereka-usia-usia angkatan kerja itu-tanggung jawab siapakah? Menampung setiap lulusan melalui kebijakan langsung pemerintah membuka lapangan kerja itu tidak mudah. Berapa lowongan penerimaan di instansi pemerintah dan badan usaha milik pemerintah? Berapa besar lowongan di sektor swasta yang dapat menyerap tenaga terdidik tersebut?
Maka perlu ada upaya baru pemerintah menyiapkan usaha jangka jauh agar anak didik tidak semata-mata dididik mencari lowongan kerja. Tetapi sebisa mungkin membantu pemerintah dalam menciptakan kegiatan ekonomi dan lapangan pekerjaan. Masyarakat kewiraswastaan idealnya menjadi ide program pemerintahan dan pendidikan. Artinya, sekolah-sekolah dan kampus-kampus perlu ditekankan arah orientasinya tidak semata-mata melahirkan pencari kerja. Namun juga ajang penyadaran penyiapan sumber daya insani yang siap mempekerjakan dirinya sendiri.
Artinya, setiap angkatan usia kerja sudah disiapkan sejak dini untuk dapat mengatasi kemandirian ekonominya melalui beberapa alternative, sebagai pekerja atau sebagai pencipta lapangan kerja. Sistem pendidikan yang dapat menyadarkan ruang publik (siswa khususnya), bahwa ijazah dan pemerintah tidak menjamin tersedianya lowongan pekerjaan. Justru, melalui pendidikan itu, sesungguhnya diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menciptakan lahan dan kegiatan ekonomi.
Mental Kuli, Mental Inlander
Kemana anak-anak kita itu? Kemana anak-anak lulusan SLTA, dan perguruan tinggi itu? Secara alamiah adalah keniscayaan mereka membutuhkan lahan untuk mengais dan buat kelanjutan hidup. Keniscayaan tersedianya pencaharian. Bahwa secara sosial dan sistemik, anak-anak terdidik ini kecil kemungkinan kembali ke desa mengupayakan kegiatan ekonomi konvensional di desanya. Mayoritas mereka menjadi masyarakat urban di perkotaan untuk mendapatkan kerja di sektor modern (industri).
Mental kuli, mental inlander. Itulah yang menghadirkan soal rumit di kalangan pemerintahan. Bahkan juga asosiasi bisnis dan pengusaha, terutama jika terjadi isu UMR dan PHK. Soal-soal buruh menjadi soal yang penting bagi suatu bangsa. Bahkan, dalam kajian ekonomi, soal buruh menjadi kajian dalam merumuskan teori-teori okonomi. Ekonomi Adam Smith, dan juga Marx-Ian, tidak lain menempatkan buruh sebagai bahasan tersendiri.
Namun, menjadi persoalan jika semua orang dididik menjadi masyarakat buruh. Sehingga menyebabkan nilai (tambah) buruh menjadi relatif rendah. Pada titik ekstrim, membanjirnya tenaga buruh, dan mengecilnya peluang penciptaan lapangan ekonomi dan pelaku wiraswasta, cenderung menimbulkan perbudakan sosial ekonomi, baik terselubung maupun sistematis terang-terangan. Harga buruh yang dikonstruksi melalui UMR menjadi kian murah dan murah, yang pada aspek manusiawi tidak cukup manusiawi, apalagi hal itu berdampak massal. Namun, mengupayakan harga buruh UMR lebih tinggi juga soal yang rumit bagi wiraswasta. Seperti terlukis dalam kejadian akhir tahun 2005 ini, soal kenaikan UMR yang selalu menjadi polemik hangat.
Hal tersebut menandakan bahwa, sediaan lapangan kerja/lowongan wiraswasta tidak cukup memadai dengan membanjirnya angkatan kerja (buruh). Menyalahkan masyarakat buruh yang menuntut hak agar dapat hidup cukup tidak tepat. Tetapi, mengorbankan kalangan pengusaha dan investor dengan menaikkan UMR yang tidak rasional secara bisnis, sama saja pembunuh massal, tidak saja soal investasinya tetapi juga konsekuensi PHK massal.
Lingkaran setan kemiskinan ini seolah buah simalakama. Dipotong sini, di situ marah, begitu sebaliknya. Rumit bagi pemerintah, masyarakat buruh (SPSI), asosiasi bisnis (KADIN), dan wiraswastawan. Namun tentunya harus ada kebijakan yang smart and smooth, dalam pengertian, memecahkan masalah tanpa mengorbankan pihak-pihak terkait namun dapat memberikan suatu jaminan harapan yang lebih kredibel dan kontinyu. Apakah kebijakan smart and smooth itu? Adalah keniscayaan hari ini untuk mengikis mentalitas kuli dan inlander melalui pendidikan nasional.
Reorientasi Visi Misi Pendidikan
Bahwa ujung pangkal dari angkatan kerja mayoritas merupakan pasokan dari sistem pendidikan nasional. Sadar atau tidak, sistem pendidikan nasional kita masih sekedar menyiapkan kebutuhan memenuhi pasaran lowongan pekerja, alias secara mental dididik menjadi buruh-buruh (kuli). Visi lulusan siap latih, pada dasarnya adalah kapasitas calon kuli, yang nasibnya sangat ditentukan dengan sediaan lowongan kerja.
Dengan demikian, pendidikan nasional kita hari ini, secara tidak sadar adalah suatu mindset pendidikan lanjutan era kolonial. Politik etis di negeri Hindia Belanda yang tidak lebih adalah konstruksi sistem pendidikan yang outcome-nya demi memenuhi jabatan/lowongan birokrasi pemerintah Hindia Belanda. Bersamaan itu, mental yang dikonstruksi penjajah menempatkan kaum pribumi tidak merdeka secara ekonomi. Sebagai buruh, bahkan lebih rendah alias kaum pidak pedarakan, kaum sudra. Bahkan dengan rodi dan romusha mereka tidak dibayar. Padahal di era dulunya masyarakat pribumi memiliki keahlian yang memadai dalam arus ekonomi di wilayah nusantara dan sekitarnya. Sebagai gambaran, ahli-ahli Eropa melukiskan orang Jawa tempo dulu –jauh sebelum era kolonialisme-adalah orang yang tangguh, dalam politik dan perdagangan, bahkan militer. (Baca: kisah Singosaren Kertanegara, dan Sumpah Palapa Gajah Mada).
Periode sejarah kolonialisasi di tanah nusantara (Hindia Belanda) menjadi suatu periode titik nadir tersediri. Peradaban bangsa Jawa dan nusantara umumnya, menjadi terjajah secara ekonomi politik. Bersamaan dengan prahara dan peralihan budaya, budaya Kehinduan/Kebudhaan menuju Islam dan Kolonialisasi. Silih warna budaya dan religi bersamaan dengan perang politik ekonomi dengan bangsa barat yang rakus sebagai buah falsafah renaisans.
Pendidikan nasional kita, dibangun di atas realitas mental ‘birokrasi’ ala Hindia Belanda. Proklamasi 17 Agustus 1945 yang semestinya menjadi ‘jembatan emas’ bagi bangsa Indonesia, sampai hari belum menampakkan kebanggaan kejayaan nasional. Seberang jembatan emas yang dimaksud Bung Karno, hari depan bangsa Indonesia yang adil dan makmur. Tafsir cita-cita kemerdekaan dalam soal hari ini adalah, mustinya tidak kita lihat kefakiran di masyarakat buruh perkotaan, pekerja informal, pun masyarakat pedesaan.
Namun sayangnya, sampai hari ini pendidikan nasional kita tidak sadar telah ikut serta melahirkan kefakiran sistemik pada anak didik kita. Melahirkan limbah pendidikan, yang bak gelombang berjalan dari tahun ke tahun. Jika ini terus-menerus, tanpa reorientasi, dikhawatirkan terlahir generasi terdidik yang tidak lebih sebagai limbah sosial.
Demi seberang jembatan emas bangsa ini, kiranya patut dipikirkan kembali bahwa, penyediaan sumber daya insani untuk hari depan bangsa adalah soal yang krusial. Citra dan masa depan bangsa kita terlukis pada citra pendidikan kita hari ini. Mental kuli, mental inlander; konstruksi kolonial sudah usang untuk kita pertahankan. Secara sistem berarti, tugas di Departemen Pendidikan Nasional untuk mereorientasikan visi-misi pendidikan nasional agar, kita menjadi tuan di negeri sendiri, dalam mengupayakan soal-soal keekonomian, demi hidup sama rasa bahagia. Tidak hanya kemerdekaan (ekonomi) kaum elit, namun juga untuk rakyat seluruhnya, termasuk kaum buruh.
Kampus, dan Jaminan Hari Depan?
Pertanyaan yang sering saya lontarkan kepada orang tua murid/mahasiswa seringkali mendapatkan jawaban yang mirip-mirip, seolah pengulangan dari yang satu ke yang lain. Pernyataan klasik masyarakat kita sampai hari ini, “Anak saya sekolahkan agar kelak dapat pekerjaan (pegawai negeri)�. Di sisi lain, saya menemukan WNI keluarga etnis Tionghoa, dengan pertanyaan serupa tetapi jawabannya juga sama dari satu ke yang lainnya. “Anak saya sekolahkan agar kelak dapat meneruskan bisnis ini, bisnis itu. Buat perusahaan ini perusahaan itu�. Ada stereotip mentalitas yang bercokol di benak masyarakat pribumi yang sebagian besar bercita-cita mental pegawai (maaf: buruh), serta masyarakat etnis Tionghoa yang lebih suka wiraswasta.
Setiap tahun SPMB kampus negeri, menggambarkan antusiasme besar anak didik kita. Perbandingan kompetisi 1:10 adalah biasa. Bahkan ada suatu jurusan tertentu yang perbandingan kompetisinya 1:20. Satu kursi mahasiswa diperebutkan oleh rentang 10-20 mahasiswa. Yang diterima kampus negeri secara umum adalah anak-anak yang pandai (berotak encer), sisianya yang tidak diterima baru ke PTS. Artinya sangat sedikit kampus swasta yang dijadikan pilihan pertama bagi siswa excellent.
Namun, ironisnya, anak-anak yang rata-rata di SLTA di kelasnya rangking 1-3 itu mendapatkan pendidikan tinggi negeri sebagai agen lowongan kerja. Seringkali gambaran yang diberikan di kampus menyesatkan. Di semester-semester awal, demi kebanggaan jurusan/program studi, seringkali mengimajinasikan pada hal-hal yang kurang realistis. “Nanti semua akan bekerja sebagai pegawai di sektor ini sektor itu…dan seterusnya.� Mungkin benar untuk jurusan tertentu, tetapi tidak benar untuk semua jurusan seperti itu.
Anak-anak cerdas di negeri ini, secara sistematik melanjutkan di PTN excellent center. Dan, sebagian besar konstruksi pendidikan tinggi kita masih mentalitas mencetak kuli-kuli pabrik. Sangat sedikit pendidikan tinggi negeri yang secara sistematik mengorientasikan lulusannya menjadi wiraswasta. Kalaupun ada, itu sekedar opini/wacana orang per orang. Namun di lain pihak, ada beberapa kampus swasta tertentu sangat menekankan sistem pendidikan yang entreprenership.
Melihat prospek pemerintahan nasional yang sedang kesulitan -hidup di bawah hutang, serta ketidakstabilan ekonomi politik- rasanya masa masa depan lulusan pendidikan tinggi nasional kita begitu suram. Mengandalkan menjadi PNS rasa-rasanya menambah beban APBN pemerintah. Mengandalkan lapangan kerja di pabrik-pabrik dan perkantoran, rasanya kian tidak kompetitif (rata-rata model kontrak kerja 2 tahun). Bahkan harus ada persaingan antara lulusan perguruan tinggi dengan lulusan SLTA untuk tenaga kantoran, operator dan mandor. Mengandalkan lowongan di BUMN, padahal trennya adalah perampingan dan efisiensi personalia dan sistem kontrak.
Melihat fenomena ini, ada dua hal yang memungkinkan dapat dilakukan dalam pendidikan tinggi nasional kita antara lain: pertama visi mengekspor tenaga kerja ‘terdidik dan terampil’ di pasaran internasional. Konsekuensinya adalah standardisasi jurusan akademik internasional, profesionalisme, dan kemampuan bahasa asing. Dan, ini masalah yang tidak gampang. Melahirkan angkatan kerja kualitas global juga menuntut sumber daya yang besar, sarana prasarana kampus serta tenaga pendidik yang bertaraf ‘internasional’ pula. Nah, ujung-ujungnya adalah duit yang tidak memadai. Sementara kita tahu sendiri, masalah gaji dosen-dosen dan profesor kita masih sangat rendah dibanding dengan pekerjaan profesionalnya.
Cara kedua, adalah menyadarkan dan memotivasi anak didik dalam sistem pendidikan nasional bahwa; kampus bukan agen lowongan kerja. Pendidikan nasional, (kampus negeri) terutama, sebaiknya realistis dalam memberikan gambaran hari depan pasokan tenaga kerja, lowongan kerja, kemungkinan menjadi wiraswasta, serta kemungkinan tidak laku dalam pasaran kerja alias pengangguran.
Pepatah sedia payung sebelum hujan, adalah falsafah kuno yang masih relevan untuk hari ini. Melatih anak-anak didik untuk dapat mandiri, menciptakan keekonomian buat diri sendiri pada skala minimal; adalah cita-cita mulia. Di samping tidak merepotkan pemerintah dan almamater, ini akan melahirkan masa depan masyarakat wiraswasta yang terdidik dan sistematis.
Surabaya, 1 Januari 2006 Penulis : EDI SUPARNO Alumnus ITS, bekerja sebagai wiraswasta dan pernah menjabat sebagai Ketua Badko HMI Jawa Timur.

M y L i f e

Many people fill in their life with hunger, poorness,painful and crime
Some others fill in with joyfull, pleasure, luxury and wealth
And the others fill in with pray, love, peace and wisdom
But I fill nothing before!

Senin, 04 Agustus 2008

Sesuatu

Orang,
Every body has his own life
Kesempatan,
The good thing come to me a million times.
Masa Lalu,
Jangan pernah menyesali pada apa yang telah berlalu, karena kita tidak bisa mengulangi.
Ragu-Ragu,
Hilangkan rasa ragu-ragu, karena Sesuatu yang dilakukan dengan ragu-ragu hasilnya tidak akan bagus!
Rasa takut,
Ternyata ketakutan yang kita alami tidak seperti yang kita pikirkan sebelumnya.
Hukum Newton,
Orang yang cenderung diam, diperlukan banyak energi awal untuk membuatnya bergerak

Kesadaran Diri

Kita banyak melihat padahal sebenarnya buta
Kita banyak mendengar padahal sebenarnya tuli
Kita banyak bicara padahal sebenarnya bisu
Kita banyak berpikir padahal sebenarnya kosong
Banyak hal yang kita kerjakan sia-sia !
Kita banyak menerima daripada memberi
Kita banyak meminta daripada membantu
Kita banyak menuntut hak daripada melaksanakan kewajiban.
Kita banyak berdoa tapi lupa bersyukur
Kita lebih suka menjadi objek daripada pelaku !
Namun kita tidak sadar......!

Minggu, 03 Agustus 2008

Ibu Pertiwi

Jadi ingat gending jawa Ibu Pertiwi karangan Ki Narto Sabdo dalang legendaris, yang karyanya sangat terkenal. Banyak orang yang memuji padanya
  • Coba dengar gending Ibu Pertiwi yang bernuansa syahdu dan menyentuh.

Ibu Pertiwi paring boga lan sandhang kang murakabi Peparing rejeki manungsa kang bekti Ibu Pertiwi Ibu Pertiwi

Sih sutresna ing sasami Ibu Pertiwi kang adhil luhuring budi Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi
  • Bahasa Indonesianya kira-kira :

Ibu Pertiwi memberi pangan dan sandang yang mencukupi Memberi rejeki pada orang yang berbakti Ibu Pretiwi Ibu Pretiwi

Mengasihi sesama Ibu Pretiwi yang adil dan berbudi luhur Mari bersujud kepada Ibu Pertiwi)

Sumber : http://prabu.wordpress.com/2008/04/04/ibu-pertiwi-nartosabdho

Pertama mendengar lagu itu saya sangat bingung, kok Ibu pertiwi yang kasih rezeki sandang/pakaian pangan/makanan. Ibu Pertiwi dalam lagu tersebut aku menterjemahkan sebagai Tanah Kelahiran/Bumi (Ibu Pertiwi). Awalnya saya sangat ragu, yang kasih rezeki dan lainnya kan Allah.
Aku berpikir maksud pengarang (Ki Narto Sabdo) dalam lagu itu apa ya?
Dan kutemukan bahwa kita semua manusia dan makhluk yang tinggal di Planet/Bumi adalah bagian dari Bumi itu sendiri. Kita semua makhluk terbentuk dari unsur-unsur yang ada di Bumi, tubuh kita, apa yang kita makan dan kita pakai adalah bagian dari bumi. Bayangkan dulu manusia di Bumi ini hanya Nabi Adam dan Ibu Hawa, dan sekarang menjadi sekian milyar manusia. Dalam tubuh setiap manusia tersusun atas unsur karbon, kalsium, oksigen, air, dan zat atau partikel lainnya, dan semua itu berasal dari Bumi kita yang satu. Makanan, pakaian, rumah, motor, dan semua benda yang kita gunakan juga berasal dari Bumi.
Jadi sudah sepantasnya kita sungkem pada Bumi, menjaga dan melestarikannya!
Bumi Pertiwi,
Kita bisa lihat dari beberapa masalah pemanasan global, banjir, salah musim saat ini karena ketidakseimbangan ekosistem di Bumi..
Kita telah banyak mengambil sesuatu darinya, namun kita juga lalai untuk menjaganya.
Mungkin itu sebagian pesan yang ingin disampaikan Ki Narto Sabdo kepada kita semua.
Save Our Earth Now

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas