Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Sabtu, 04 April 2009

Pemilu 2009

Hari ini tak biasa Omku (P) datang ke rumah, meski rumahnya beberapa puluh meter dibelakang rumahku. Sempat kaget juga mendengar pembicaraan dari luar, beliau membawa Surat Undangan untuk pemilu 9 April 2009. Pemilu kali ini Om P sebagai anggota KPPS, terpilih mungkin karena beliau adalah seorang PNS sehingga diperhitungkan dalam masyarakat desa. Kedatangan surat itu memang aku tunggu, karena tingga beberapa hari lagi hari H. Aku ingin sekali segera memilih Caleg Partai yang kira kira aku pilih. Aku sudah menentukan mereka meski untuk DPD aku belum menentukan pilihan, masih melihat lihat siapa kira kira yang aku pilih. Dalam memilih, aku tak memerlukan alasan yang rumit sebagaimana kriteria caleg yang ideal misal harus pandai, amanah, begini dan begitu. Tak ada yang seperti itu dari semua caleg partai yang ada. Lalu aku menentukan kriteria yang pas menurutk aku aku menentukan pilihan pada Caleg S dari Partai X karena namanya sama dengan nama Omku yang aku kagumi. Mengenai kapasitasnya aku yakin bahwa beliau mampu mengemban tugasnya kelak. Menentukan pilihan diperlukan sebuah alasan, dan itulah alasan yang ada padaku.

Aku terdaftar di TPS 2 Tugu Cawas Klaten dengan NO DPT 301 NIK 3310050209800002. Tempat pemungutan suara di Rumah P Budi Purwanto Kalideres pada tanggal 9 April 2009 dari jam 07-00 s/d 12.00 WIB. Ketua KPPS tertanda P Sumadi Spd, orang yang cukup terpandang di desakku, apalagi kemarin baru saja melaksanakan hajatan pernikahan putri pertamanya. Aku dengar acaranya cukup meriah, namun karena kesibukan aku tak bisa membantu berlangsungnya acara.

Aku cukup beruntung karena TPS dekat rumah, soalnya beberapa tetangga dan teman harus memilih di TPS desa lain Burikan yang lebih jauh dari rumah. Faktor jarak menyebabkan orang jadi malas untuk pergi ke TPS.

Jumat, 03 April 2009

Pak Wasono

Hari ini ketemu lagi sama Pak Wasono, seorang guru bahasa Jawa, profesional yang MC, juga dalang. Sebagai seorang Dalang pernah mementaskan wayang 20 kali selama bertugas di Jepara. Setelah pindah tugas di Klaten, P Wasono tak lagi menggeluti wayang, hobi yang satu ini lambat laun ia tinggalkan juga dengan rombongan seprofesi sewaktu di Jepara. Selama tinggal di Klaten beliau sering di undang untuk pengajian di Masjid juga sebagai MC di sebuah pernikahan.

Pertama kali bertemu beliau aku melihat sangat terkesan, apalagi P Wasono sangat baik orangnya. Pak Wasono ini selain karismatik, juga tampan, banyak murid-murid yang segan padanya. Aku pernah berdiskusi sama beliau tentang kebudayaan Jawa yang sekarang sudah makin luntur. Juga mengenai banyaknya para Guru yang tidak melek teknologi komputer/internet, dari pengamatanku hanya beberapa Guru saja yang tertarik dengan teknologi ini.

Kali ini tiap kali datang beliau mengajak jabat tangan padaku, dan hari ini memberikan padaku snack ringan "Qtela Casava Chips"

Terima Kasih Pak...!

Rendra Hananto

Seorang kawan dari Sukoharjo Jawa Tengah, kami bertemu ketika sama sama menempuh perguruan tinggi negeri di Jawa Timur tahun 1998. Yang aku tahu waktu itu orangnya sangat baik pandai sebagaimana rata-rata anak sekolah. Persahabatan kami sangat baik karena kami berasal dari daerah yang sama. Maklum beberapa teman kuliah berasal dari berbagai wilayah di negeri ini. Banyak kesamaan biasanya menjadi alasan seseorang untuk berteman. Begitulah diantara teman yang berasal dari daerah yang sama menjadi faktor dominan dalam menjamin persahabatan. Rendra merupakan salah satu dari beberapa sahabat baikku waktu kuliah satu daerah denganku.

Setelah beberapa tahun kuliah dan Rendra lulus lebih cepat dibandingkan aku, kemudian Rendra bekerja di sebuah perusahaan Korea di Jakarta. Waktu itu aku masih sibuk dengan merampungkan kuliah yang harus aku tempuh. Karena kesibukan masing-masing, kami jarang berkomunikasi, paling komunikasi via email, itupun sangat jarang. Setelah selesai kuliah 2004 dan sempat menganggur beberapa waktu aku lalu mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan Jepang di Batam. Selama bekerja di Batam 2005-2007 aku mendengar informasi bahwa Rendra mendapatkan kesempatan ke Korea tempat perusahaanya berasal. Pernah juga memberikan informasi lowongan di tempat dia bekerja, dan aku mengirimkan lamaran meski akhirnya aku tak bisa bergabung bersama dengannya.

Selama aku di Batam hubungan kami sempat terhenti, informasi terakhir saat itu Rendra sudah kembali ke Indonesia dan bekerja di Perusahaan di Pasuruan Jawa Timur. Tahun 2007 aku meninggalkan kota Batam dan pulang ke Klaten, bulan puasa tahun 2008 kami kontak via email dan komunikasi handphone dan berjanji untuk ketemu di Solo, karena libur Nasional hari raya. Akhirnya kami janjian untuk bertemu di Masjid Agung Surakarta sebuah tempat yang aku ketahui di Kota Solo, lalu aku pergi kesana. Kami sempat pesimis karena jam-jam terakhir Rendra mengatakan kemungkinan tak bisa bertemu, karena motornya dipakai. Konfirmasi lagi akhirnya bisa juga kami bertemu di Masjid Agung dan ngobrol tentang pekerjaan yang dia lakukan di Jakarta, kehidupannya waktu di Korea, pekerjaannya yang sekarang di Pasuruan dan masalah juga tentang menikah dengan kekasihnya dulu sewaktu kuliah. Di saat yang sama seorang tua P Sayuti yang kami kenal di Masjid tersebut pagi hari ikut nimbrung dalam pembicaraan. Pertemuan kami lanjutkan di resto langganannya, aku ikut saja karena tak paham rumah makan di Solo yang bagus. Kamipun menuju kesana, kami memesan makan satu porsi ayam bakar, dua nasi dan dua es jeruk. Perbincangan kami lanjutkan disela-sela kami menikmati hidangan ayam bakar. Karena waktu menjelang sore dan masing-masing kamipun harus pulang dan berpisah.

Beberapa bulan kami tak berhubungan hingga tiga bulan lalu aku mengalami kesulitan keuangan. Aku coba hubungi beberapa sahabat terdekat, namun saat itu mereka belum bisa membantuku. Saat itu mereka memberikan sedikit harapan, namun menjelang menit terakhir mereka konfirmasi tak bisa membantu. Lalu ketika mengunjungi Petilasan Kerajaan Pajang aku teringat untuk menghubungi Rendra. Dalam pembicaraan kami yang singkat via handphone, Rendra memberikan konfirmasi yang positif, namun karena masih di lingkungan kerja (perusahaan). Aku harus menunggu dia pulang kerja dan disaat yang sama aku mengusahakan dari teman yang lain yang ternyata menemui kegagalan. Aku jadi teringat untuk minta bantuan pada Omku di Yogya, aku terinpirasi ketika shalat di Mushola Ar Rahim. Aku menelpon Om dan mengatakan mengenai permasalahanku, responnya bagus, aku tak pernah membayangkan ini terjadi karena kami tak pernah berkomunikasi sebelumnya. Om W memintaku untuk kerumahnya lalu aku menuju kesana, permintaanku memang mendadak dan di waktu malam hari sekitar jam 10. Ketika aku sampai di rumah Om Yogya aku mendapatkan konfirmasi dari Rendra bahwa uang telah di transfer. Kemudian aku menelpon balik dan ucapkan terima kasih, lalu aku masuk ke rumah Om dan mengatakan apa yang kami maksudkan tadi via telepon. Om W menyetujui dan meminjamkan sejumlah uang kepadaku, aku berterima kasih karena Om W dan istri menyetujui permintaanku yang mendadak. Lalu aku mohon diri dan pergi ke ATM untuk mengambil uang, dan akupun coba selesaikan urusan utama. Di luar dugaan apa yang aku usahakan mendapat respon yang menggembirakan. Dalam waktu total tiga hari aku bisa mengusahakan sejumlah uang yang aku sendiri tidak mengira sebelumnya, menurutku itu uang yang sangat banyak, dan untuk sementara aku bisa mengerjakan pekerjaan yang lain. Ini yang pertama kali dalam hidupku, meminta bantuan pada seeorang yang aku kenal/teman. Biasanya aku mengharap pada orang tua dan saudara terdekat, itupun tidak sebanyak itu.

Apa yang kita rencanakan tidak sesuai dengan harapkan, ada hal tak terduga yang datang begitu saja. Hingga dua kali aku meminta penangguhan pada beberapa teman, Rendra juga, dia sangat memahami keadaanku. Apalagi saat sore tadi ketika Rendra menanyaka kabarku, aku sangat bingung kemudian mencoba menjawab apa adanya. Tak seperti yang aku duga, aku mendapatkan jawaban " Alon-alon wae, ra usah dienggo beban". Jawaban itu membuat aku lega, kebaikan temanku itu akan selalu aku ingat. Mungkin karena aku dulu pernah membantu keuangan beberapa teman juga dan waktu itu aku memudahkan mereka dalam pengembalian. Aku tak tahu masih adakah relevansinya, ketika kita membantu seseorang dengan iklhas, suatu saat kita mendapatkan timbal baliknya meski tidak pernah berharap untuk itu. Bukankah sebagai manusia kita harus saling bantu-membantu, menolong sesama, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu mereka yang miskin.

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas