Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Senin, 22 September 2008

New Red Fish

Aquarium Botol Kaca Buat Ikan
New Red Fish, aku akhirnya beli lagi ikan merah namanya Komet sangar juga namanya. Dulu pernah beli dua untuk ditaruh di aquarium botol, tapi baru tiga hari mati satu. Menurutku bagus botol buat aquarium, banyak yang bikin aquarium khusus yang digunakan untuk pelihara ikan hias. Yang jelas Aquarium mahal dan bagus, kalo aq botol lebih bagus untuk ikan dalam hal keuangan juga sebanding dengan keadaan rumahku yang belum selesai renovasi. Nggak tahu ya kalo ikanku ditanya mengenai tempat tinggal baginya aquarium beneran atau botol. Tapi mereka tetap diam saja kok tidak protes..........! Pilih ikan yang dipelihara saja aku tidak seperti kebanyakan, kalo dulu orang suka pelihara ikan louhan yang nonong, ada ikan yang besar perutnya saja. Kalo aku suka ikan yang seperti ikan mas saja atau nila. Setelah beberapa saat tanya kesana kemari tempat beli ikan nila tidak dapat, akhirnya suatu haru aku putuskan masuk ke toko ikan. Langsung saja aku lihat-lihat ikan yang aku suka dan kutemukan sekelompok ikan yang sesuai dengan kriteriaku. Aku tertarik dan pilihanku yang berwarrna merah muda sedikit orange. Mirip ikan mas atau nila, harganya juga murah hanya Rp 3500,- per ekor. Aku sempat menanyakan nama ikan dan ternyata Komet , wah bagus juga pikirku. Aku beli dua ekor dan tak lupa beli pakan juga. Langsung kubawa pulang dan kutaruh ke dalam botolku. Sering kali tak lihat dan wah senang rasanya juga kalo baru awal pelihara ikan hias. Kalo mau jadi orang kaya kita harus belajar dari cara hidup mereka dan menurutku itu salah satu caranya. he..............
Mau Pelihara Ikan Hias Malah Jernihkan Air Sumur
Sebelumnya aku tahu bahwa kami punya botol kaca bekas tempat permen, sepertinya sudah lama disimpan tak digunakan. Dan aku putuskan untuk kasih air sumur, satu dari sumur depan dan satu lagi dari sumur belakang. Aku lihat kedua botol kok airnya lain, dari sumur belakang agak keruh. Setelah 3 hari kami diamkan ternyata ada endapan warna coklat di botol yang dari air sumur belakang. Dari peristiwa itu aku menemukan permasalahan bahwa memang di sumur belakang tidak sepenuhnya sehat. Aku sering kali merasa gatal tiap malamnya dan aku lihat di bak mandi terlihat endapan warna kecoklatan. Aku tunjukkan ke bapak tentang hal ini dan besok paginya kasih penjernih air. Aku masih punya beberapa ons, sisa dari pemakaian tahun kemarin. Setelah itu aku ambil sampel airnya dan kutaruh di botol lagi. Kudiamkan selama tiga hari. Ada perubahan warna air menjadi jernih meski tidak sejernih air sumur depan. Dan berita bagusnya aku tidak merasakan gatal lagi sehabis mandi. Meski pelihara ikannya tertunda tapi aku mengetahui sebuah permasalahan dan penyelesaiannya. Waktu itu kalo beli ikan masih ragu karena uangku belum banyak jadi mundur nggak tahu sampai kapan.
Maunya pelihara ikan malah tidak jadi,

Reuni Sekolah

Seorang kawan datang memberi tahu ku bahwa lebaran besok mau diadakan reuni tingkat SMA, akan datang Bupati Klaten yang juga alumni sekolah tersebut. Setelah sekian lama jadi alumni , aku sendiri juga ragu hadir atau tidak. Diri ini merasa tidak yakin mengingat sudah banyak teman seangkatan yang menikah dan punya anak. Sedangkan aku masih sendiri, pekerjaan juga belum mapan, ingin rasanya seperti mereka. Menikah dan membina rumah tangga, istri dan anak-anak yang lucu dan menyenangkan hati. Rasa damai, tenang dan tenteram dalam hati dan pikiran.

Ilmu Belum Cukup

Siang hari, seorang kakek datang kerumah. Saat itu aku lagi santai, dan segera kusambut dia kubersihkan temat duduk dan kupersilakan duduk. Pertama kakek tersebut minta tolong untuk benerin jam dindingnya yang bermasalah. Aku sendiri juga heran, kenapa dia selalu mencariku padahal aku sendiri sudah tidak hobi dengan ilmu perbaikan. Memang aku dulu pernah suka elektronika dan sering para tetangga atau kawan minta dibenerin tape atau radio mereka. Saat itu aku memang suka dengan hal-hal berbau elektronika, aku juga pernah merangkai radio/tape dan amplifier dan beberapa teman juga pernah kubuatkan. Mungkin dari perjalananku itu sampai sekarang masih banyak tetangga yang meminta benerin alat elektronik mereka, namun sering ku tolak. Aku tidak lagi menemukan rasa saat memperbaiki elektronika, kalau dulu aku sering sampai lupa segalanya ketika sudah menyentuh elektronika. Dari siang sepulang sekolah sampai jam dua malam berkutat dengan resistor dan transistor. Saat itu aku tidak merasa kelelahan, yang ada adalah rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang begitu tinggi, mungkin hal itu yang membuat aku bisa bertahan beberapa jam. Kembali ke seorang kakek, sebenarnya dia adalah masih kerabat kemenakan bapak namanya Pakdhe Manto, keluargaku memanggil namanya. Mungkin menemuiku hanya salah satu alasan saja, masih ada alasan lain yaitu pembicaraan yang lebih panjang dan menarik. Seperti sudah biasanya ketika bertemu dengan bapak akan dilanjutkan dengan cerita tentang kehidupan dan peristiwa yang dekat dengan kami. Topik tadi siang mengenai bantuan langsung tunai yang diberikan oleh pemerintah telah sampai kepada kami. Dan masalahnya adalah terjadi pertikaian antara seoran warga dan ketua RT. Namun pertikaian dapat diredam berkat usaha Pakdhe, padahal saat itu ada banyak orang yang lebih muda, namun mereka tak berkutik menghadapi situasi tersebut. Mereka semua justru heran kenapa sepak terjang Pakdhe bisa meredam gejolak salah satu mereka. Jika tidak pasti ada yang babak belur diantara mereka. Pakde bercerita dengan bangga sekali dan kamipun senang juga mendengarnya. Kami sudah sering mendengar cerita sepak terbangnya dalam menyelesaikan masalah dari yang sederhana sampai yang menurutku rumit, mungkin kalo orang lain sudah menyerah. Dulu juga pernah saat peristiwa G30S/PKI dia ikut ambil bagian menyelamatkan orang yang dipenjara. Dia harus berhadapan dengan tentara yang dia sebut dengan istilah tentara Bego. Dia menyebutnya demikian karena para tentara dalam operasi pemulihan G30S/PKI tidak bisa bahasa Jawa. Dan pakdhe tidak bisa dengan bahasa Indonesia, sehingga kalo diinterograsi gak pernah nyambung. Saat itu pakdhe harus menempuh berkilometer menuju penjara di tingkat kabupaten. Ada kerabat yang menjadi korban salah tangkap, maklum saat itu memang rawan, siapa saja yang banyak ngomong bisa dimasukkan dalam daftar pemberontak. Bekal yang dia bawa saat itu cuma bekal nekat beserta surat sakti yang dia peroleh dari pak lurah, surat nikah dan surat sakti dari temannya. Sehingga setiap ada pos pemeriksaan, pakdhe bisa terus jalan, dan akhirnya bisa mengenal seorang tentara berpangkat. Dari seorang tentara tersebut pakde berhasil membawa seorang kerabat keluar dari penjara, juga bisa membantu orang lain yang sama-sama dipenjara dalam kasus yang sama di lain hari. Ketika aku mendengar cerita-cerita beliau mengenai kepahlawanannya aku sangat bangga padanya. Dalam situasi yang dia alami, mungkin aku akan menyerah! Padahal pakde Manto tidak pernah mengenal sekolah, juga tidak mengerti tulisan, namun kata-kata dan ide-idenya mampu menyelesaikan banyak persoalan. Logikanya bagus sekali, sedangkan aku meski sudah sekolah selama 18 tahun disekolah formal menurutku masih jauh darinya. Dia juga pernah merantau keluar daerah, untuk mencari penghidupan di Yoyakarta dan Solo adalah tempat yang sering dia kesana. Meski dari beberapa perjuangan dilakukan membantu orang lain, justru pakdhe sering juga mendapat perlakuan tidak semestinya. Pengorbanan yang dia berikan tidak dihargai, padahal nyawa dan harta sudah dia pertaruhkan semuanya. Sepertinya orang-orang yang sudah dia bantu seakan begitu mudah melupakannya, sungguh kasihan juga. Ada beberapa hal dari pemikiran dia yang salah menurutku, namun aku belum mampu menjelaskan. Kadang aku juga bingung jelasin, ilmuku belum cukup untuk memberikan dia sebuah pengertian yang dia terima. Karena aku sendiri juga belum yakin sepenuhnya, apa yang kami perdebatkan adalah abstrak! Bagaimana aku bisa jelaskan lha aku sendiri juga belum bisa memahami sepenuhnya. Kalau sudah begini aku hanya bisa mendengarkan saja apa yang dia katakan, meski dalam hati aku tidak sepaham. Mengenai agama dan masjid yang menurutku telah terjadi bias dalam pemahamannya. Mungkin juga karena apa yang telah dia dengar dari beberapa penceramah yang sering menyinggung hati dan perasaan mereka. Mereka berpikir apa yang telah dia sampaikan adalah salah dan bukan seperti itu yang dikatakan dalam agama (Al Quran). Mereka tidak sengaja menyebarkan benih kebencian diantara sesama masyarakat dan umat agama lain. Aku juga sering mendengar demikian

Jumat, 19 September 2008

Menghindar dari Persaingan

Banyak dari kita menghindar dari persaingan dan berpikir jika hidup ini tidak ada persaingan saja. Apapun yang kita dapat, berharap tidak ada persaingan di dalamnya. Padahal jika kita melihat ke awal kehidupan kita, kita akan segera tahu bahwa kita tercipta dari persaingan. Bayangkan berjuta-juta sperma yang ada, diperlukan hanya satu saja untuk membuahi sel telur sehingga terbentuklah kita manusia. Sperma yang lain mati!
Demikian juga dalam kehidupan kita ini, hukum persaingan akan tetap berlaku. Yang kuat akan mengalahkan yang lemah, yang kaya akan mengalahkan yang miskin, penguasa menindas yang dikuasai. Setiap yang lemah akan terpinggirkan dari yang kuat lambat laun dan akhirnya mati. Mati dalam hal ini dalam makna yang lebih luas.
Apa yang terjadi, yang kualami dan aku lihat dalam kehidupan, seperti penanaman pola pikir pada anak atau remaja. Semua itu secara sengaja atau tidak telah menghilangkan keberadaan persaingan. Para orang tua tidak senang melihat anak-anaknya bersaing dengan teman-teman seusianya. Mereka tidak rela jika anak mereka kalah dalam perlombaan 17 Agustusan misalnya. Kemudian mereka para orang tua turut campur dan bermain dalam perlombaan dan mengendalikan agar anaknya menang. Secara tidak sengaja mengajarkan sang anak menjadi lemah dan kurang berusaha dengan kemampuan sendiri. Mereka jadi terbiasa berharap bantuan dan belas kasih dari orang tua atau kakaknya mungkin. Seperti seorang raja bersabda, " Kamu duduk dan enak-enak disini saja Nak, kalo ingin tahta nanti saya carikan!" Apalagi jika sampai memilih istri saja harus lebih melibatkan usaha orang tuanya.
Dalam pekerjaan banyak juga orang tua yang berperan banyak tentang pekerjaan si anak. Orang tua memberi intervensi pada kenalannya agar anaknya bisa bekerja dalam suatu perusahaan atau dalam instansi pemerintah. Kalau sudah begini tingkat fair lagi, aturan yang telah ada dilanggar dan persaingan tidak sehat lagi. Dalam sekala besar menjadi tidak relevan, bayangkan saja sebuah negara terisi dengan orang-orang yang masukknya saja tidak fair. Tentu suatu saat akan menjadi beban saat terjadi pengambilan keputusan yang genting. Keputusan yang terjadi menjadi tidak murni lagi, guna menghindari kesalahan dari salah satu golongan mereka.

Aku tidak tahu! Apa yang terjadi padaku

Aku tidak tahu! Apa yang terjadi padaku
  • Apakah, hidung ini hanya mencium seperti apa yang biasa orang mencium?
  • Apakah, telinga ini hanya mendengar seperti apa yang biasa orang mendengar?
  • Apakah, kulit ini hanya menerima sentuhan langsung seperti apa yang biasa orang rasakan?
  • Apakah, dada ini sekedar pusat jantung berdetak dan pusat darah?
Ketika aku diam, ada sesuatu yang ingin disampaikan pada ku! Meski kadang aku masih ragu!
  • Ketika aku tercium telur busuk di pagi hari, kemudian aku mendengar seseorang meninggal.
  • Ketika aku tercium bau bangkai, seseorang telah menyakitiku......!
  • Ketika aku tercium bau soto, kerabat teman minta bikin aku sebuah tugas (juragan soto)
  • Ketika aku ium nasi gurih, seseorang membawa sebungkus makanan
  • Ketika dada kiriku berdetak lembut, aku bertemu kekasihku
  • Ketika dada kananku berdetak, aku bertemu teman atau kerabatku
  • Ketika dadaku kiri terasa sesak dan sakit, seseorang datang menyakitiku
  • Ketika dada kiri bedetak lembut dan cepat, ada sesuatu yang menyapaku

Bapakku Petani Hebat

Aku pikir selama ini bapakku adalah petani yang hebat! Mungkin banyak orang yang mengenalnya akan mengatakan hal yang sama. Dengan bekal warisan kakek tidak sampai 2000m persegi, bapakku telah menyekolahkan kami 4 orang anaknya sampai ke tingkat sarjana. Memang bapakku sangat suka sekali di bidang pertanian, bapak sangat rajin ke sawah, seperti menikmati dan tidak kenal rasa lelah. Kadang sampai seharian disawah, berangkat pagi pagi, siang menahan lapar, dan petang baru sampai dirumah.
Kami sekeluarga sangat bangga dengan bapak, meski kami juga melihat ada kekurangan padanya. Namun kekurangan itu tidak seberapa dibanding besarnya perjuangan untuk keluarga kami. Di waktu muda dulu kami bersaudara sering juga membantu pekerjaan di sawah.dan bisa dibayangkan kami keluarga besar. Saudaraku 5 laki-laki semua, sehingga ini membuat kami semua bersaudara mengalami kesulitan jika menjalin hubungan dengan gadis. Meski kudengar bahwa kakakku termasuk anak istimewa ketika masih muda dan beberapa gadis atau teman sekolah berlomba untuk mendapatkannya. Hal itu juga aku alami sampai saat ini, kadang aku takut ketika bertemu gadis. Dalam suasana itu apa yang aku lakukan justru membuat mereka takut untuk mendekatiku lagi.
Tidak seperti orang lain pada umumnya, kami sekeluarga di usia sekolah dididik untuk membantu orang tua sebisanya, baik dalam keadaan terpaksa atau tidak. Sepulang sekolah kami di biasakan untuk membantu pekerjaan bapak di sawah atau pekerjaan di rumah. Kadang kami iri dengan teman yang lain yang bisa main kemanapun mereka suka, bersenang-senang atau bermain bola. Kena marah jika tidak mendengarkan permintaan orang tua adalah biasa, dan kadang bapak menceritakan sewaktu muda dulu kena marah kakek. Membandingkan kehidupan bapak dulu ketika masih muda, pagi-pagi harus membawa kerbau dan bajak ke sawah sebelum sarapan pagi. Lebih berat dibanding dengan yang kami alami, memang benar juga dulu masih susah untuk makan nasi seperti sekarang. Masih bagus bisa sarapan nasi, orang dulu sarapan hanya air putih. Meski demikian orang-orang dulu punya fisik yang cukup kuat, jarang sakit dan kalo sakit paling sakit luar.
Tapi akhirnya kami bersaudara sadar bahwa biaya hidup kami sehari-hari berasal dari pertanian, jadi suka atau tidak kami harus membantu pekerjaan Bapak. Kami juga pernah menggembalakan sapi, sepulang sekolah beberapa tahun. Karena untuk kebutuhan sekolah terpaksa sapi kami jual. Jika kami punya uang akan beli lagi satu atau dua ekor, namun sampai saat ini belum terlaksana. Maklum sepertinya banyak sekali kebutuhan yang harus segera dipenuhi, kami belum bisa mengumpulkan cukup uang untuk membeli seekor sapi. Bapakku sekarang berusia sekitar 65 tahun, dan dulu pernah mengenyam pendidikan Sekolah Teknik di bagian pertukangan kayu, mungkin setingkat SMP kalo sekarang! Karena alergi jika bersentuhan dengan kayu, akhirnya bapak meninggalkan dunia pertukangan. Ada beberapa pintu dan alat rumah tangga yang bapak buat. Meski tidak bagus tapi sekarang masih bisa digunakan, mungkin sebagai kenang-kenangan baginya. Sewaktu masih bapak muda, pertukangan adalah hal yang biasa bagi anak seusianya dan memang beberapa tetangga yang seusia dengan bapak bisa menggunakan alat pertukangan. Baik tukang kayu maupun batu, bapak juga punya sedikit keahlian dalam tukang batu.
Bersama paman dan satu orang lagi pakde pernah membangun rumah kami sendiri tanpa dibantu oleh ahli pertukangan. Meski rumah yang dibangun sederhana, namun memang diperlukan perhitungan dan ide yang baik agar dapat berjalan. Sepertinya mereka reuni, ingat sewaktu muda dulu, silih berganti membangun rumah yang direnovasi akibat bencana gempa beberapa tahun lalu. Saling bertukar ide dan gagasan, saling berkeluh kesah mengenai anak-anak mereka. Jika salah satu dari mereka tidak muncul mungkin akan sepi rasanya!
Bapak juga pernah merantau di kota Solo beberapa waktu aku dengar cerita dari beberapa tentangga yang pernah bersama bapak. Bapak jarang bercerita pengalamannya waktu di Solo, karena bapak tidak pandai dalam hal bercerita. Saat itu perekonomian keluarga kami mulai membaik, bapak bisa membeli pekarangan dan beberapa lahan tanah untuk disewa. Dan jika tidak mendengarkan nasehat kakek dulu yang cenderung kawatir, mungkin pekarangan di depan rumah bisa dimilikinya. Namun karena menuruti kemauan kakek, akhirnya bapak mundur dan tidak jadi membeli tanah tersebut.
Di Solo waktu itu bapak bekerja sebagai penarik becak, yang aku ingat saat masih kecil adalah bapak membelikanku oleh-oleh kacang atom (mungkin sekaran kacang garuda) dan sebuah gunting. Aku pernah dengar ceritanya, kalo ngantar orang ke pasar pagi-pagi kemudian diberi upah beberapa rupiah. Bapak juga pernah cerita dia punya teman yang mempunyai kemampuan supranatural. Bapak dibilangin sama orang itu, kalo bapak bekerja jadi tukang becak bukan karena butuh duit untuk makan (mengalami kesulitan) seperti teman bapak seprofesi saat itu. Memang sebenarnya keluarga kami tidak pernah kekurangan dalam hal makan, meski untuk lauk seadanya. Setelah beberapa lama bapak tidak merantau di kota Solo lagi dan berkonsentrasi dalam pertanian, dan bapak menyewa beberapa lahan pertanian dari para tetangga. Aku juga masih ingat di waktu kecil rumahku penuh dengan padi. Kalo musim panen tiba sampai bingung mau ditaruh dimana, karena harus menuggu kering untuk disimpan. Dan bahkan satu musim gabah belum dijual dan kehabisan karung, terpaksa ruang depan digunakan dan tanpa karung. Bapak terkenal dengan orang kaya di desa kami, Ya Kaya akan Padi..................! Jika hasil panen dimakan sekeluarga sendiri saja mungkin sepuluh tahun belum habis.
Karena sibuk dengan pertanian inilah mungkin bapak sudah enggan narik becak lagi. Kan sudah banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan. Dan mengetahui cerita bapak waktu dulu itu, aku tidak pernah mau untuk naik becak ketika di kota. Aku lebih suka berjalan kaki setelah naik angkutan, meski membawa barang yang lumayan berat. Rasanya jika aku naik becak, ingat kalo sang penarik becaknya adalah bapak.

Membaca Kisah Anak Orang Orang Hebat

Membaca kisah anak dari orang orang hebat, sepertinya mereka dengan mudah mendapatkan apa yang merek inginkan. Namun dari mereka juga terlihat mempunyai keunggulan seperti apa yang ada dalam kehidupan orang tuanya dulu. Segudang prestasi di sekolah atau masyarakat bagi mereka adalah hal biasa, tidak seperti anak mereka orang biasa atau kurang mampu. Mereka sangat terdukung dengan keadaan ekonomi orang tua disamping itu mereka juga mewarisi bakat dari orang tuanya. Mereka adalah bibit unggul yang ditanam di lahan yang subur, dipupuk dan dirawat dengan bagus tentu akan didapatkan tanaman dan buah yang bagus pula.
Sedangkan mereka anak orang biasa, tidak sempat untuk memikirkan prestasi. Mereka jauh dari itu semua, mereka tidak mendapatkan pendidikan hal itu dari orang tua mereka. Juga dari pendidikan mereka sekolah di sekolah pinggiran dengan kualitas pengajar dan fasilitas seadanya. Bisa membaca dan berhitung menurut mereka sudah cukup, padahal untuk bisa hidup tidak hanya diperlukan itu saja. Diperlukan ketrampilan khusus dan kemampuan akademik lain agar bisa bersaing dalam dunia kerja atau usaha.
Jika tidak ada kepedulian dari masyarakat atau pemimpin negeri lambat laun akan menjadi bumerang bagi negeri ini. Generasi muda yang diharapkan mampu mewarisi dan memajukan negeri ini adalah dari goloongan mereka yang tidak terakomodir dengan baik. Punya potensi atau bakat, namun terkendala dengan biaya dan dukungan finansial. Sepertinya mereka telah kehilangan semangat untuk melangkah lebih maju. Pasrah dan menerima nasib yang terjadi pada mereka!

Fate

Apapun yang telah terjadi pagi hari, satu hari lalu, dua hari lalu, seminggu lalu, sebulan lalu, setahun lalu dan seterusnya merupakan takdir bagi kita. Meskipun kita hanya bisa mengatakan seandainya kemarin tidak begitu mungkin tidak akan terjadi seperti ini. Apapun yang kita katakan dan lakukan tidak akan mengubah takdir kita. Sedangkan saat ini, besok, lusa, seminggu lagi, sebulan lagi, setahun lagi dan seterusnya, apa yang akan terjadi sebenarnya sudah ditulis dalam buku besar. Kita tinggal melaksanakannya, kita seperti pemeran dalam film yang diarahkan sang sutradara, kita seperti wayang yang digerakkan oleh sang dalang. Apapun yang terjadi pada pemeran atau wayang tergantung pada sutradara atau dalang. Suka atau tidak suka yang kita alami adalah kehendak sang dalang. Meski apapun yang kita usahakan, kita datang pada peramal yang katanya bisa merubah nasib, itupun termasuk takdir kita. Tak ada satu peristiwa pun yang kita alami luput dari buku besar, kita hanya bisa menerima dengan senang hati atau tidak.

I see You In My Dream

In My Dream.........!

I see you arround.........!

I know you want to meet me.....................!

Its seem you want to catch me and say something to me .........!

But when we were close each others.........!

And I want to kiss you........!

You said, Don't do it now..........!

You are still............

(

......it's not clear what you said

)

Then you gone........!

And I woke up........!

A few month later you were calling me, that I was so surprised

Rabu, 17 September 2008

Kehidupanku

Andai saja aku bebas memilih, aku bisa menjadi apa saja yang kusuka, tanpa beban, rasa malu dan juga rasa takut. Namun seiring dengan perjalanan waktu dan kehidupanku di masa lalu seakan membatasi diriku.

Jawaban Atas Doaku

Semalam aku memanjatkan sebuah doa........... Aku meminta petunjuk/pertanda tentang sesuatu ................

Suatu hal yang tak biasa ku lakukan.......... Yang kurasakan saat itu adalah lain...........
Apa yang telah terjadi pada hari ini......... Apakah sebuah jawaban dari doa ku.............
Jika itu sebuah jawaban........... Aku tidak tahu bagaimana bagaimana langkahku selanjutnya........
Jika itu bukan sebuah jawaban............. Aku juga tidak tahu.................
Ya, Allah semuanya kuserahkan padaMu............ Hanya Engkau yang tahu semua itu..................

Potong Rambut

Siang hari kumandi, lalu kuputuskan untuk memendekkan rambutku. Aku merencanakannya sudah lama sekali, bahkan dari berbagai masukkan yang aku peroleh aku tak pantas dengan gaya tersebut. Meskipun benar menurut mereka, aku tidak mengikuti kata mereka, aku potong rambut hanya karena keinginanku. Itu terjadi dalam pikiranku, aku hanya ingin memastikan apa yang kulakukan adalah karena murni keinginanku bukan keinginan orang lain.
Segera ku berangkat, meski saat itu cuaca lagi panas sekali, gerah juga namun aku tidak hiraukan. Beberapa waktu lalu aku sudah menemukan tempat pangkas rambut yang menurutku sesuai untukku. Meski tempatnya tidak layak, namun aku berpikir lain! Ada sesuatu yang lain dari tempat itu, suasana yang nyaman karena seringnya angin berhembus. Bayanganku pasti enak dalam suasana begitu, kebetulan sekitarnya adalah persawahan, tempat agak terbuka, dekat pegunungan.
Setelah bersepeda ria beberapa saat, sambil lihat pemandangan pegunungan terbawa suasana nyaman dan menenteramkan. Beberapa menit pernjalanan akhirnya sampai tujuanku. Pangkas rambut! Kulihat disana ada 3 orang disana termasuk tukang cukur dan waktu aku baru memarkirkan sepedaku, aku tersentak! Salah seorang mengenaliku dan mengenaliku, dan setelah aku perhatikan ternyata masih kerabat dengan keluargaku. Aku agak malu juga ketika ditanya kenapa kok sampai disitu padahal di tempatku banyak tukang cukur. Aku bilang dari main ketempat teman, kilahku berbohong!
Saat itu di tempat pangkas rambut lagi mati lampu, sehingga sang tukang (P Tikno) namanya menggunakan gunting manual. Dan salah satu adalah orang tua yang sedang mengantri, kami berbincang bincang dulu sambil menunggu. Rumahnya Pancuran dan bercerita tentang asal mula kenapa desanya bernama itu. Aku mendengarkan, setelah berapa lama pembicaraan, giliran orang tua itu untuk merapikan rambut juga. Orang tua yang kesana tidak banyak tuntutan, asal pendek dan pantas saja. Lain halnya dengan kaum muda, mereka banyak sekali dan beragam mode, sehingga disitu ditampilkan berbagai model potongan rambut dari bintang bintang keren dan tampan.
Ketika tiba giliran orang tua itu tiba aku bingung, saat yang sebenarnya tak ingin kulalui. Tapi aku tak bisa menghindar, kenapa bisa ketemu dia disitu. Yang aku perkirakan ternyata terjadi juga, pertanyaan datang padaku. Aku tidak bisa menjawab dengan jujur, aku bersembunyi di belakang kakakku Edi. Sebenarnya pertanyaannya sederhana, tapi aku tidak bisa menjawabnya dengan lancar, mengenai diriku kenapa masih di rumah saja. Ku jawab aku harus dekat dengan mas Edi, dia mempunyai impian yang tinggi sehingga aku harus berada didekatnya paling tidak untuk saat ini. Tentang diriku, aku juga bilang masih optimis, dan aku percaya Allah kasih rezeki padaku! Meskipun ada perasaan ragu juga aku menjawabnya, aku tak punya jawaban lain. Aku merasa hubungan dengan Edi tidak sekedar sebagai adik dan kakak tapi kami adalah ibarat Arjuna dan Kresna, Ibarata Nabi Musa dan Harun. Pemikiran kami banyak yang sinkron, apa yang terjadi padanya terjadi padaku, mungkin karena kami dulu pernah satu kos sewaktu kuliah di Surabaya.
Kami saling melengkapi masing-masing, jika kakakku adalah seorang yang ambisius, penuh dengan ide gagasan, semangat, suka organisasi. Ibarat seorang pemimpin dia adalah P. Soekarno kebetulan dia juga suka sekali dengan buku buku tentang beliau. Sedangkan aku cenderung pendiam dan bijaksana, aku tidak suka organisasi, mungkin karena aku telah melihat kebiasaan kakakku dulu. Seorang aktivis dengan berbagai tumpuk buku panduan, fotokopi makalah. Aku menghitung berapa duit yang telah dihabiskan, sedangkan kami dulu kuliah dengan uang saku orang tua yang pas pasan. Itu adalah salah satu alasan kenapa aku tidak masuk organisasi kampus, disamping aku yang cenderung penakut. Dan menurut kesalahanku saat itu aku tidak belajar bagaimana seseorang harus survive, baik dari keluarga atau dari guru ataupun kawan.
Kami merasa bahwa Allah menciptakan kami dalam satu paket dalam satu keluarga, dalam suatu design. Meski kadang kami juga tidak tahu, apakah kami termasuk orang orang istimewa atau tidak. Tapi itu bukan masalah bukan, karena kami juga tidak tahu kelak mau jadi orang atau nggak! Perjalanan hidup kami memang tidak semulus dengan apa yang kami rencanakan. Kami menganggapnya sebagai jalan yang harus kami lalui untuk menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
Di usia remaja kami termasuk murid dengan beberapa prestasi, terutama kakakku yang telah beberapa kali menjuarai kategori lomba. Dalam keluarga dia sangat dominan, sedangkan aku mungkin seorang yang paling tidak lebih bijaksana meski aku juga punya kekurangan. Pernah waktu di sekolah dasar kami diikutkan lomba nyanyi sampai tingkat kabupaten. Kakakku memang suka nyanyi, sedang aku dulu tidak menyukainya, aku merasa aku tidak bisa menyanyi. Mungkin karena kakakku dulu juara, sehingga aku diikutkan juga! Dan sampai sekarang aku juga tidak paham dengan not balok, secara teori tulis menulis mungkin masih bisa, tapi kalo sudah tarik suara, aku tidak tau lagi.

Sabtu, 13 September 2008

Tidak Siap Perbedaan

Sebagian besar dari kita tidak siap menghadapi perbedaan, itu yang sering aku amati dalam berbagai kehidupan di masyarakat. Banyak orang yang lebih suka dalam kondisi sama, misalnya banyak orang memilih teman, pacar, jika mereka mempunyai kesamaan. Baik kesamaan tingkat pendidikan, ekonomi, ras, suku, agama, partai politik. Dalam komunitas yang sama yang terjadi adalah hampir semua yang ada dalam pikiran adalah sama.
Uniknya Perbedaan
Kadang kita lupa bahwa perbedaan itu perlu, sangat diperlukan dalam kehidupan kita. Perbedaan sebagai referensi kita dalam menghadapi setiap persoalan, sebagai referensi untuk mengukur kemampuan dan keberhasilan dari kita. Apalah artinya jika kehidupan ini adalah sama, semua orang kaya semua, pintar semua, laki-laki semua, atau perempuan semua. Akan mennyimpang dari hukum alam, Allah menciptakan setiap makhluk adalah unik. Tiada di dunia ini diciptakan sesuatu yang sama, ada perbedaan diantaranya.
Dalam politik pemerintahan juga demikian, seakan kita ingin tidak senang jika seseorang ikut partai partai lain. Para partisipan partai menganggap partainya sendiri yang benar sementara partai yang lain adalah salah. Sepertinya kesalahan/kebijakan yang terjadi adalah di jadikan bahan untuk saling menyalahkan. Kita seakan lupa kepentingan yang lebih besar, kepentingan bangsa dan negara.
Demikian juga dalam hal agama, setiap agama mengajarkan kebaikan, kerukunan antar umat beragama, namun tidak sedikit diantara mereka justru menghadirkan permusuhan, saling menghina dan melecehkan. Mereka tidak suka jika ada di antara mereka ada umat lain, rasa curiga diantara mereka, memperebutkan pengaruh diantara mereka dengan cara yang tidak fair. Agama tidak datang dalam waktu yang bersamaan, juga tidak datang pada tempat yang sama. Ketika mereka bertemu dan ada perbedaan dalam ajaran mereka, mereka membuat cara-cara hingga terjadi perselisihan. Masing-masing dari kita mencari pembenaran sendiri-sendiri, apakah Allah menghadirkan agama untuk itu? Seolah-olah, kita mengakui apa yang ada dalam agama kita perintahkan tetapi kita juga mengingkari sebagian didalamnya.
Bangsa dan Negara
Ketika kita bicara negara/bangsa, kita harus sedikit merelakan kepentingan pribadi, golongan, partai! Kita harus sedikit mengendalikan keinginan individu, kelompok dan golongan. Kita bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, agama dan individu, setiap dari mereka harus mendapatkan haknya. Demikian juga mereka harus melaksanakan kewajibannya, kita tidak bisa menuntut hak kita sendiri saja, kita tahu masih ada hak orang lain disana yang harus juga dipenuhi................!

Tidak Bisa Dipaksakan

Aku ingin sekali menulis! Tentang apa saja, pengalaman, peristiwa dalam hidupku atau pemikiranku tentang kehidupan ini! Ternyata tidak semudah penulis sungguhan (terkenal) sepertinya mereka tidak mengalami kesulitan ketika menuangkan ide atau pendapat nya ke dalam sebuah tulisan.
Yang ku alami, ketika berbagai ide dan gagasan itu muncul, namun terasa tidak ada waktu untuk menulisnya. Tetapi ketika ada banyak waktu untuk menulis, aku tidak tau ingin menulis apa. Seakan-akan ide atau gagasan itu sirna entah kemana. Aku tidak bisa memaksakan otakku untuk bekerja sesuai dengan keinginanku saat itu juga. Aku harus mulai memancingnya dengan hal yang sederhana yang mungkin jauh berbeda dengan apa yang ingin disampaikan dalam pikiranku, aku tulis. Ketika hal itu terjadi beberapa saat, akan banyak sekali rentetan kata yang ingin kutulis. Aku sadar bahwa aku tidak bisa memaksakan kehendak dalam sekejap, aku harus mengarahkan dan bahkan membelokkan pikiranku ke suatu hal yang kuinginkan.
Aku selalu ingat teori kestabilan dalam ilmu sistem pengaturan, bahwa dalam setiap sistem menuju keadaan stabil (steady state) akan disertai dengan overshoot untuk beberapa saat sebelum akhirnya keadaan itu tercapai. Jika tidak disertai dengan kendali yang baik diperlukan waktu yang lama untuk mencapai keadaan stabil. Seperti orang yang tidur mendadak dibangunkan, yang tidak terbiasa mungkin akan mengalami kaget, stres dan bahkan berujung pada kematian. Namun bagi yang sudah terbiasa, seperti tidurnya tentara dalam medan pertempuran, akan langsung siaga. Untuk itu aku harus mempersiapkan sesuatu sebelum sesuatu yang lain terjadi sehingga ketika waktu itu datang, aku bisa menghadapinya dengan baik

Meski Sebagian Tidak Ingat Lagi

Waktu aku kecil dulu, masa bermain aku masih ingat sesuatu yang menimpa ku, baik karena ketidaktauanku, kecelakaan atau sesuatu yang menyenangkan. Jika aku ingat tentang hal itu aku ingin tertawa sendirim, berterima kasih pada seseorang. Atau heran kenapa aku dulu melakukan itu.
TK Pertiwi TUGU II 1
Pada masa kanak-kanak TK Pertiwi, yang ku ingat, waktu bermain bola bersama kawan-kawan. Juga tiap kali pesta kebun, meski makanan yang disajikan hanya nasi gudang tapi rasanya enak makan bersama kawan. Pernah juga waktu ada olahraga main bola, kami semua bermain di halaman sekolah, waktu itu aku sebagai kiper. Dan pada waktu itu aku pertama kali tau permainan sepak bola. Aku belum tau aturan, dan cara main sepak bola, aku juga belum tau bagaimana tugas seorang kiper. Saat itu yang ada dalam pikiranku adalah seorang kiper adalah menangkap bola, benar saja kemanapun bola itu ditendang, selalu kukejar terus kutangkap. Tangkapan pertama tidak terjadi apa-apa, mungkin sudah sesuai dengan aturan, mulai deh aku mengejar bola kemanapun, aku tinggalkan gawang tak terjaga. Bola berhasil kutangkap dan ku bawa kemanapun aku berlari, saat itu yang ada dalam pikiranku adalah membawa bola kemanapun aku suka. Tak sadar bahwa aku dimarahi seorang kawan, karena aku main tidak sesuai aturan atau kesepakatan. Aku baru sadar ternyata aku berbuat kesalahan, karena memang belum tau. Jika ingat peristiwa itu aku ingin ketawa sendiri, kok bisa.....! Mungkin kawan yang saat itu bermain bersama tidak ingat peristiwa itu namun aku masih mengingat mereka! Ketidaktauan kadang menimbulkan kelucuan
TK Pertiwi TUGU II 2
Di sekolah dulu ada mainan ayunan, dan jongkat-jongkit, permainan standar di sekolah taman kanak-kanak. Yang masih teringat adalah ketika main ayunan, pagi sebelum kelas sekolah dimulai, aku sama seorang teman bermain ayunan. Aku berlomba ayunan kami paling tinggi dan jauh. Baru beberapa saat kami berayun kencang, para siswa yang lain berlari menuju kelas, karena ibu Guru sudah memasuki ruang kelas. Kontan saja, aku menghentikan ayunan, dan apa yang terjadi, aku makan pasir dan kerikil. Ada juga tanah ku sapu dengan dagu, aku baru sadar ternyata aku membuat kesalahan. Yang kurasakan adalah sakit dan beberapa bagian kerikil aku makan. Aku menangis keras dan ibu Guru datang, mengobati lukaku! Aku tahu., Sesuatu yang bergerak cepat lalu diperlukan energi yang sangat besar untuk menghentikannya. Benar sekali, dan yang aku dapatkan adalah rasa sakit dan luka serta tau rasanya pasir dan kerikil tidak enak....!
Belajar Berenang - dan Tenggelam
Ketika kami di usia sekolah dasar, sehabis sekolah kami sering kali bermain di sawah, sungai dan kadang bersama kawan menggembala kerbau. Tidak punya kerbau sih, tapi rasanya asik ketika itu, karena pada saat tersebut ada acara mandi si sungai. Meski air sungai tidak jernih namun kami semua senang, mandi bersama kerbau juga dekat distu. Meski air sungai kecoklatan tapi kami tidak hiraukan, bahkan kadang kami juga harus menghindar dari orang tua. Takut kami ketauan mandi di sungai, kadang dengan berbagai upaya kami menghilangkan jejak. Kami mandi di sumur setelah mandi di sungai, karena setelah beberapa masuk sungai akan terlhat mata kami merah, kulit bersisik. Orang tua kami sudah tau kalau melihat hal itu dalam diri kami, dipastikan kami tadi mandi di sungai. Kadang juga diantara kami kena marah orang tuanya, tidak tau waktu kami bersenang-sengang di sungai, orang tua datang sambil bawa kayu. Dan kami tau apa yang akan terjadi, kena marah dan pukul. Meskipun begitu kami tidak pernah jera, besoknya juga masih mandi! Suatu saat bersama kawan kami mandi di sungai, saat itu keberanianku muncul, saat itu aku belum bisa berenang. Aku memisahkan diri dari kelompok anak-anak, menuju ke kelompok orang dewasa, aku berjalan pelan ke tempat agak dalam. Perlahan aku bergeser di pinggir tembok sungai, dan sampai lah di batas yang memisahkan antara daerah dangkal dan dalam. Langsung saja aku teruskan berjalan dan akhirnya leeeeeep, aku minum banyak air, saat itu aku rasakan tubuhku naik turun (kemampul). Dalam ritme tersebut aku minum air, meski sebenarnya tidak ingin minum. Aku baru sadar, tenggelam, kubayangkan kematian ku sudah dekat. Hingga kurasakan tangan seseorang menggandengku, yang membuatku sadar seseorang. telah menyelamatkanku, Mas Miyono namanya, tetanggaku, rumahnya dekat di belakang rumah, memang dia lebih tua dariku terpaut mungkin sepuluh tahun. Peristiwa itu selalu aku ingat, dan tiap kali aku bertemu, Mas Miyono aku selalu ingat bahwa dia dulu pernah menyelamatkanku. Pernah suatu ketika aku ceritakan kejadian itu padanya namun dia tidak ingat. Mungkin dia tidak menganggap kejadian itu adalah istimewa yang dengan mudah saja bisa dilupakan. Aku akan selalu mengingatnya.... Seseorang pernah menyelamatkan nyawaku..............!

Jumat, 12 September 2008

Keputusan Sekilas

Kadang orang melihat sekilas sudah ambil keputusan, padahal keputusan yang diambil tidak akan akurat. Seperti kasus tadi siang, seusai shalat Jumat aku bicara seorang bapak dan aku diundang masuk kerumahnya. Seorang kawan sepertinya melihatku aku masuk kerumah bapak itu dan setelah sampai rumah kulihat sms dari kawanku itu, isinya mengenai sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kami lakukan di rumah bapak itu. Memang apa yang dia bilang ada bagian yang sesuai peristiwa, tapi makna keseluruhan sangat jauh berbeda. Aku sendiri juga bingung menanggapi sms tersebut, maksud kawanku itu apa. Setelah beberapa kali kasih konfirmasim baru tahu permsalahan sebenarnya. Kawanku mengambil keputusan tentang sesuatu hanya melihat dari sekilas, dan dia juga hanya menggunakan perkiraan dan prasangka saja, bukan realita. Mungkin seperti seseorang melihat temannya berbicara sama seorang cewek yang belum dia kenal dari kejauhan. Pikiran yang kemungkinan muncul dari orang tersebut, kalo cewek tersebut pacar temannya. Masih banyak kemungkinan kalo sang cewek tersebut bukan pacarnya, bisa saja orang yang bertanya karena mencari alamat, atau bisa juga kerabat atau kemungkinan yang lain.

Kamis, 11 September 2008

Musim Panen Telah Tiba

Saat ini di daerah kami sedang musim panen kedelai, saat yang dinanti para petani di tempat kami. Demikian juga keluarga kami, beberapa hari ini sibuk pergi ke sawah, kecuali aku. Meski di bulan ramadhan, mereka tetap semangat untuk berpanas-panas dan bekerja memanen kedelai. Kadang juga mereka tidak betah dan harus membatalkan puasanya sehari-dua hari. Menurutku itu mungkin lebih baik daripada puasa orang lain yang pekerjaannya tidak seberat seperti mereka. Atau juga dibandingkan para kalangan yang baru ahli agama saja, yang belum teruji semisal dalam situasi bekerja di terik panas matahari.
Bagaimana Bekerja di Terik Matahari
Dalam bayanganku, kepanasan dan penuh dengan tetesan keringat, rasa haus dan lapar meningkat adalah sesuai ketika bekerja di sawah. Aku dulu pernah mengalaminya walaupun tidak serajin orang tuaku atau para petani yang lain. Aku sendiri heran! Dulu aku sangat bangga sekali, tiap kali ditanyakan orang tuaku kerja apa. Dengan bangga kujawab bapakku seorang petani yang sukses, meski dengan lahan sedikit mampu membuat kami bersaudara bisa mengenyam bangku kuliah. Aku baru sadar akhir-akhir ini, setelah berbagai perjalanan hidup kulalui aku ternyata tidak tahu apa2 tentang pertanian. Tanaman Padi/Kedelai yang bagus kaya apa, bagaimana cara merawat yang bagus, cara memupuk dan berbagai hal tentang pertanian, sebenarnya aku tidak tahu. Padahal aku dulu sering membantu bapak di sawah, mengolah, menanam, merawat, dan memanen padi/kedelai di sawah. Bahkan suatu saat aku pernah menyemprot sendirim, bapak bantu bawa air saja. Dosis pemakaian obat dari anjuran bapak, aku lakukan saja. Namun aku tidak tahu bagaimana yang harus aku lakukan ketika tanaman belum sesuai dengan keinginan.
AKu Sadar Pekerjaanku Tidak Disini
Aku juga baru sadar ketika aku dulu melakukan itu semua, pikiranku tidak di sawag/tanaman atau petani. Namun pikiranku mengembara entah jauh kemana, mengenai masa depanku, gadis, negara, agama dan Tuhan. Aku tidak bisa menikmati pekerjaan di sawah, seperti itu bukan duniaku, namun saat itu aku lakukan karena dasar kasihan dan tanggung jawab jadi satu. Kasihan pada bapak yang sudah usia senja, juga tanggung jawabkusebagai seorang anak kepada orang tua. Dan ada juga sedikit rasa keterpaksaan, saat itu saudara-saudara kami tinggal di kota dan bapak harus membiayai kuliah kakak dan sekolah saya.
Pelajaran Berharga
Beberapa hal aku bisa dapat memetik pelajaran dari apa yang bapak, saudaraku dan aku lakukan. Namun masih banyak di luar sana yang tidak aku dapatkan, pelajaran tentang ketahanan, organisasi, persahabatan, kemerdekaan berpikir. Tidak seperti yang teman-temanku dapatkan, sepertinya mereka enak sekali menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Main, beli ini dan itu, sepertinya apa yang mereka inginkan di pagi hari , sore sudah di depan mata. Sedangkan kami harus menunggu beberapa waktu lebih lama, berhari-hari, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Apa yang kami mainkan hari ini adalah permainan mereka ketika mereka masih muda. Namun kami sadar juga mereka tidak mendapatkan sesuatu yang kami dapatkan, sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Kami pernah, merasakan, kelelahan, kepanasan, keringat mengucur bukan untuk kesenangan tapi untuk tujuan hidup yang lebih baik. Di kehidupan kelak akan bermanfaat, disaat seuatu tidak sesuai dengan harapan, akan muncul suara dari dalam, aku dulu pernah melakukan hal yang lebih berat dan menguras tenaga sebelum ini.
Benar Atau Salah
Aku tidak tahu apa yang kulakukan benar atau salah. saat ini aku tak membantu orang tua. Mulai beberapa bulan, aku ingin mempunyai pekerjaan sendiri lepas dari ikatan orang tua, aku ingin lebih dari mereka berdua. Apa yang bapak dan simbok impikan dari dulu, bekerja mapan dan jadi orang! Sepertinya mereka akan bangga dan tengang dalam masa tua nanti. Selama ini aku merasa lemah jika mengingat mereka, ada perasaan tak tega dan tak rela, mereka terlalu berharap keberadaanku di dekatnya. Sikap ini justru membuatku lemah dan pikiranku tidak bebas, langkahku terasa dibatasi. Dan beberapa saat lalu kuputuskan, aku tidak membantu lagi pekerjaan bapak, aku dengan sengaja membiarkan bapak, simbok dan adikku mengerjakan sawah. Aku dengan terpaksa melihat saja, meski kadang kasihan juga mereka. Tapi aku tidak tidak punya pilihan lain, sepertinya itu bagus bagiku dan kedua orangtuaku dan adikku. Aku ingin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka meski aku tidak di dekatnya. Dan selama ini ternyata bisa, dan mengenai sikapku ini, banyak orang yang bertanya-tanya kenapa berubah. Aku tak perduli, aku melakukan sesuatu karena aku yakin hal itu bagus untuk diriku. Meski dalam hati juga bertanya, benar atau salahkah yang aku lakukan!

Rabu, 10 September 2008

Life Is Simple

Life is just simple, I think! But we make it complicated sometimes!

Minggu, 07 September 2008

Anak Petani

Kami adalah keluarga petani, bapakku dengan lahan tak seberapa luas. Kehidupan keluarga tercukupi dari hasil pertanian. Kami termasuk keluarga besar untuk ukuran saat ini, enam bersaudara dan saudaraku laki-laki semua

Sebenarnya Aku Mengujimu

Apa yang telah kulakukan kepadamu adalah ujian bagimu untuk menjadi sahabatku. Aku tahu, aku pernah mengalami hal sama itu waktu di kota seberang. Aku rasakan kepahitan, meski sudah berkorban ditambah sedikit penderitaan. Tidak akan terulang lagi saat itu, dan tidak terulang padamu.

The Nine R u l e s O f L i f e

The Nine Rules Of Life :
  1. Whatever that happened to us, please no complain
  2. Because, there is no pain, no misery and no regret in the world
  3. Just do it, whatever we like to
  4. Find someone to love (parents, girl, kids,...)
  5. Don't think something that we don't like, even in a minute
  6. Always remember the good thing not the bad ones
  7. After all No One Perfect
  8. Make good wish to God
  9. If can't, go to rule no. 1

Aku Tidak Tahu

Bukan maksudku untuk memarahimu tadi pagi!
Aku hanya tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu!

Ramadhan

Setelah sekian lama aku mengembara dalam keadaan yang tidak jelas. Di bulan ini aku sedikit menemukan kembali sesuatu yang telah hilang. Sesuatu yang pernah kualami dan membuatku tenang, damai dan nyaman. Damai dalam kesenangan dan juga meski dalam duka. Apa yang terjadi disekitarku tidak mempengaruhiku begitu dalam.
Kembali ke dalam hatiku, sebenarnya hidupku tidak serumit yang kupikirkan. Aku terlalu banyak memakai logika pikiran/umum dalam kehidupanku. Dan aku telah melupakan logika Tuhan, logika Allah sang creator. Apalah aku ini, makhluk yang terlalu banyak menuntut, terlalu banyak membiarkan nafsu mengembara dalam diriku. Segala keinginan dan impian selalu hadir setiap, dan itu yang membuatku tak terkendali. Lepas dari segala yang benar, lupa tentang diriku sebenarnya! Aku terlalu banyak memimpikan sesuatu yang bukan dari diriku, bukan kemampuanku, bukan impianku. Lelah rasanya menuruti itu semua hingga aku lemah dan terkulai, tanpa daya, dan kosong.
Dalam hatiku bertanya, inikah sesuatu yang telah aku cari? Dan aku berusaha keras untuk mengejarnya, namun tiada yang ku dapat. Aku mengejar sesuatu yang kosong! Dan setelah sekian lama aku baru tersadar, aku telah lari dari garis yang dibuat untukku. Aku adalah unik, tidak ada orang lain yang benar-benar diriku, dan aku tidak mungkin menjadi orang lain. Selama ini aku berusaha menjadi orang lain, sepertinya menyenangkan dan membahagiakan. Impianku, tabiatku, cara berpikirku, bakat, hobi adalah milik orang lain, aku ingin seperti mereka. Mempunyai segala sesuatu yang tidak ada padaku dan jauh dari ku. Meski sebenarnya itu juga tidak sesuai untukku, namun aku terlalu memaksa.
Ramadhan ini, semula aku ragu akankah aku bisa menemukan kembali, diriku yang dulu! Aku menyambutnya dengan keraguan! Orang orang yang merindukan bulan ini, menyongsong dengan penuh harap dan semangat. Sementara aku belum siap menyambutnya, aku pikir kenapa datang terlalu cepat? Hingga saatnya tiba, aku tidak merasakan sesuatu yang istimewa terjadi padaku sebagaimana mereka yang dengan antusias, menjalankan ibadah, bersedekah, atapun ikut majelis. Aku jauh dari semua itu, aku berusaha menuju kesana tapi tak tau jalannya. Yang kurasakan adalah berat sekali menuju kesana bersama orang orang yang istimewa. Sedikit demi sedikit aku berusaha menikmati, melakukan sesuatu yang baru. Baru bagiku setelah sekian lama hilang. Paling tidak aku di jalan yang benar, dan tujuanku jelas meski aku berjalan pelan.
Benar menurut mereka yang telah sampai duluan, namun aku belum mengetahui itu adalah kebenaran. Selama ini aku baru mendengar, aku belum bisa merasakan manfaat bagiku, ataukah mungkin karena kebodohanku? Aku tak punya Guru yang membimbingku ke sana, aku berusaha mencari Mereka, dan telah aku dapatkan! Mungkin bukan lah sang Guru yang orang-orang pikirkan mempunyai kesarjanaan /titel. Mereka adalah orang biasa yang sebagaimana sering aku temui, orang yang sering berjumpa dan berbicara kepadaku. Aku belajar dari mereka tentang sesuatu yan g tidak ku dapatkan ketika aku dulu sekolah, kuliah dan bahkan dalam pengajian. Mereka mengajarkanku tentang kehidupan, sesuatu yang harus aku jalani! Melakukan sesuatu yang harus kulakukan, sebelum melihat sesuatu/kesempatan yang lebih baik. Karena kesempatan datang pada waktu yang telah ditentukan, tidak bisa dimajukan atau diundurkan. Adalah takdir Allah! Mimpikan, Lakukan dan temukan takdirNya!

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas