We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star
Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang
Terima kasih atas kunjungan anda!
Sabtu, 24 Januari 2009
Info Tanah
Kamis, 22 Januari 2009
Sawang Si Nawang
Wong urip iku mung sawang si nawang. Begitulah kehidupan ini, orang akan saling melihat dan apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataan. Lihat saja banyak oranng yang punya harta yang banyak, rumah mewah, mobil mewah, jabatan yang tinggi atau istri yang cantik. Setelah kita tanyakan pada kehidupan mereka, banyak diantara mereka yang tak menemukan kebahagiaan. Kabahagiaan tidak kita temukan dalam harta, rumah mewah, mobil mewah, jabatan tinggi atau istri yang cantik.
Meski kita tahu kita akan senang ketika kita memiliki semua itu namun tidak mutlak. Kebahagiaan adalah sikap diri, datangnya dari dalam bukan dari luar diri kita, harta, rumah, mobil semua itu berasal dari luar. Apa yang kita lihat pada orang lain belum tentu membuat kita bahagia, banyak orang masih mengeluh dengan rumah mewahnya. Banyak pula orang mengeluh dengan mobil yang mereka miliku, mengeluh dengan pekerjaan pada jabatan sekarang, mengeluh karena istrinya. Sifat kurang/mengeluh ini membuat kita lupa bahwa hidup kita ditentukan dengan barang-barang itu semua. Kita secara tak sadar dikendalikan oleh rumah, mobil, dan jabatan. Bukan kita mengendalikan mereka.
Kita tahu masih ada orang yang bahagia ketika hanya punya rumah sederhana. Banyak orang bahagia meski hanya memiliki mobil tua, jabatan rendahan atau istri yang tak cantik. Jadi mengapa ketika kita telah memiki sebagian dari itu tak bahagia, masihkah kita perlu mencari alasan lain untuk bahagia?
I Can Do Nothing
Ketika seorang ibu tetangga sebelah ditahan polisi karena sebuah permasalahan yang ringan, banyak komentar miring yang beredar di masyarakat. Semua mulai menyalahkan, menghujat dan memaki, berbagai masalah yang dulu pernah adapun diungkit kembali. Meski banyak diluar sana banyak para pejabat yang korup pada uang negara dengan bebas bisa berkeliaran. Meski pun banyak para aparat hukum yang melanggar hukum, namun mereka tidak terlihat langsung oleh mata. Masyarakat tidak tahu langsung apa yang para pejabat lakukan dengan uang negara/rakyat. Sedangkan apa yang dilakukan seorang ibu ini hanyalah permasalahan yang kecil dibandingkan apa yang dilakukan pejabat/aparat negara. Seorang anak harus menangis ketika ejekan mulai datang dari para teman sekolah. Seorang anak lagi harus pingsan saat mendengar sang ibu yang dulu pernah mengandung dan merawatnya harus masuk penjara.
Sebuah dilema, seorang ibu dengan anak kecil yang masih sekolah dasar kelas v berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sang ibu harus menanggung kebutuhan hidup sendiri, pekerjaan pasti tak ada, sedangkan untuk urusan makan dan biaya sekolah adalah pasti ada. Aku tidak tahu bagaimana membayangkan, bagaimana kehidupan mereka. Meskipun begitu aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tak punya sesuatu untuk aku berikan untuk membantu mereka. Aku hanya berharap suatu saat aku bisa melakukan sesuatu yang bernilai bagi mereka.
Adalah wajar ketika seseorang dengan keterbatasan ekonomi, ketika jalan hidupnya menemui kebuntuan, kemudian melakukan hal yang menyimpang dari norma masyarakat. Siapapun yang mengalami akan terlintas pemikiran seperti itu, darimanapun kasta mereka. Yang terjadi pada tetangga sebelah adalah hal biasa bagiku, ketika orang lain menyalahkan aku justru merasa bersalah. Aku tak bisa melakukan apapun untuk mencegah semuanya sebelum terjadi dan masalah terbesar adalah dia tinggal disebelah rumah.
I am so lucky
Rabu, 21 Januari 2009
Permainanku Mengagumkan
Harus Memilih
Minggu, 18 Januari 2009
Pasti
Cintailah siapapun, namun suatu saat akan berpisah. Hiduplah sesukamu, namun suatu saat pasti mati. Setiap perjumpaan adan perpisahan
Jiwa
Jiwa itu seperti anak kecil
Jika kita biarkan, setelah dewasapun akan tetap menyusu
Namun jika kita menyapihnya dia akan berhenti menyusu.
Dua Hal Yang Datang Bersamaan
Dua persoalan datang bersamaan, datang beriringan kepadaku. Seseuatu yang aku tidak menyangka aku terlibat didalamnya. Tapi setelah aku pikir-pikir langsung atau tidak terlibat juga didalamnya. Yang kami perlukan saat ini adalah persoalan, meski akupun juga tahu menyelesaikan keduanya dengan hasil yang bagus adalah sesuatu yang diluar jangkauan. Aku telah melakukan sesuatu yang belum pernah ku lakukan, menghilangkan sedikit rasa malu dan perasaan. Yang kubutuhkan adalah saat ini aku bisa membantu seseorang yang aku cintai lepas dari persoalan.
Sebelumnya aku belum pernah memainkan kartu ini, dan tak ada pilihan lain, lima kartu telah aku mainkan. Kedua kartu berhasil, namun kartu utama yang aku harapkan sekali belum bisa dimainkan saat ini, kartu keempat masih ragu untuk dimainkan, kartu kelima belum ada kepastian. Aku berusaha menyelesaikan keduanya, menghadapinya tanpa lari dari masalah.
Aku telah melakukan beberapa hal, sampai tahap ini masih belum selesai. Dan aku juga tidak tahu apakah bisa selesai secepatnya. Aku telah menempuh beberapa jalan, sesuatu jalan yang aku harapkan sekali menemui kendala. Dan aku memainkan kartu yang lain meski hasilnya masih jauh, tapi aku sudah maksimal. Tak ada pilihan lain untuk saat ini adalah menunggu hari esok, biarlah bola berputar, kemudian aku bisa tentukan kira-kira kemana arahku menendang.
Rabu, 14 Januari 2009
Menentukan Pilihan
Tangga PertamaKetika kita sudah mempunyai jawaban atas sebuah pertanyaan, maka kita tidak lagi memikirkan segala sesuatu yang berada diluar. Sering terjadi ketika kita ingin memutuskan tentang sesuatu, berbagai godaan dan gangguan datang yang membuat kita menjadi ragu. Pilih keputusan dan kita jalani keputusan itu, meski dengan sedikit resiko, daripada kita dalam keadaan yang tak jelas /abu-abu. Ketika kita sudah mengambil sebuah keputusan, benar atau salah kita telah melewati anak tangga pertama, berikutnya kita langkahkan kaki ke tangga kedua, ketiga... sampai ke puncak.
Menentukan Untuk MenikahSeseorang ingin menikah, namun karena menurutnya keadaan belum memungkinkan akhirnya ditunda. Berbagai alasanpun muncul saat itu, alasan belum punya pekerjaan tetap, belum punya rumah, belum punya mobil atau belum cukup tabungan. Kita tahu bahwa kondisi real dimana kita menentukan waktu yang pas untuk menikah tidak seperti yang kita rencanakan. Apa saja datang dan terjadi sehingga apa yang kita rencanakan tidak sesuai. Akan berulang seperti itu, dan waktu demi waktupun berlalu. Atau ketika kondisi real itu tercapai kita akan cenderung memberi batasan lagi tingkat yang lebih tinggi untuk kemudian menikah. Hingga di saat ulang terkejut ketika mengetahui sudah sekian tahun masih sendiri. Jika kita berkutat pada alasan seperti itu kita tak akan pernah tahu kapan akan menikah. Ketika Bapak Proklamor dulu berjuang untuk segera memproklamirkan berdirinya republik Indonesia tercinta ini. Saat berpidato di depan rakyat Indonesia, beliau menganalogikan kemerdekaan bangsa Indonesia ini ibarat pernikahan. Di saat pendudukan Jepang terdapat dua pemikiran merdeka sekarang atau menunggu setelah situasi memungkinkan (semua telah siap, misal Undang Undang ada, dasar negara ada, ekonomi bagus, dsb). Jika kita analisa ketika saat itu tidak ada orang tokoh yang nekat seperti Soekarno dan sahabat beliau yang satu pendapat, barang kali Indonesia belum merdeka di tahun 1945. Sama halnya ketika seseorang akan menikah, ada orang yang menikah ketika sudah punya rumah dan mobil, ada yang baru punya rumah tapi belum punya mobil. Ada orang yang menikah ketika baru memiliki sepeda, ada yang baru memiliki perabot rumah tangga sederhana, atau bahkan baru saja mendapatkan pekerjaan. Bahkan ada orang yang menikah meskipun belum punya pekerjaan! Jadi kenapa banyak alasan untuk menunda sebuah pernikahan...?
Tiap kali makan diwarung aku dulu juga sering bingung, mengenai menu pilihan yang akan kumakan, atau minuman yang akan kupesan. Untuk soal minuman saat ini aku sudah tentukan, kemanapun aku makan di warung aku sudah punya jawaban awal es teh. Bahkan meski waktu hujan, malam yang dingin, atau pagipun aku telah tentukan es teh sebagai minuman. Ketika minuman itu tak tersedia, lalu aku baru pilih minuman yang lain.
Cerita Sahabat
Naik Sepeda Onthel
Sedikit Waktu Istirahat
Kehilangan Motivasi
Pernah suatu kali meminta saran pada seorang teman, apakah mengakhiri kuliahnya dengan konsekuensinya DO atau melanjutkan. Temannya menyarankan untuk menyelesaiakan studinya meski dalam situasi apapun, apalagi tinggal skripsi saja. Mata kuliah penentu yang sering menjadi momok bagi seorang mahasiswa. Akhirnya dengan usaha gigih, meskipun berjalan lambat skripsi dapat ia selesaikan, dan gelar sarjanapun dia peroleh. Meski dengan IPK pas-pasan akhirnya lulus juga dan dapat gelar sarjana.
Kuliah LagiKehidupan masih berlanjut, ketika sudah mengantongi ijazah sarjana belum cukup dilanjutkan mengikuti kulian Akta IV agar bisa resmi mengajar di sekolah. Selama dua semester di UNISRI akhirnya bisa dia selesaikan, kali ini kuliah berjalan normal. Mungkin karena sudah yakin dengan jalan hidupnya yaitu ingin mengajar seperti para guru yang lain. Dan mengajar di Pondok masih dia lakukan saat ini, dan saat ini lain.
Kali Ini Sepeda MotorKetika dulu tiap kali mengajar ke pondok dengan mengayuh sepeda onthel, beberapa tahun ini atas kebaikan saudaranya bisa menggunakan sepeda motor. Sepeda onthelnya dulu dia jual dan berbekal uang tabungan tiap bulan dan tunjangan honorer yang dia dapat dari pemerintah dia mengajukan kredit sepeda motor Kharisma. Sebuah impian yang dia nantikan, namun tak seindah sebelumnya, ternyata sesuatu yang dipaksakan akan membuat kesulitan sendiri. Tiap bulan harus terbebani dengan angsuran yang harus dia setor ke BMT, meski akhirnya dengan bantuan dari dana orang tuanya bisa juga dan tidak dibingungkan dengan angsuran tiap bulan lagi.
Kehidupan Terus Berlanjut
Sabtu, 10 Januari 2009
Mau Rp 8 Juta Cash ?
Aku Berada di Belakangmu
Apapun yang kau pikir dan kerjakan jangan takut, disaat orang lain semua pergi dan meninggalkanmu sendirian masih ada diriku didekatmu. Aku masih di belakangmu, mengawasi, meyetirmu atau bahkan akan menjewermu hingga kau berada di jalur yang benar.
End there is A God with us.......!
Dari perjalanan sejauh ini, ada sesuatu rahasia Allah diantara kita, hanya sang waktu yang akan menjawabnya. Mari kita songsong, kita buktikan pada dunia, mereka dan orang-orang terkasih yang berada diantara kita. Selangkah demi selangkah maju hingga aku dan kau sampai di puncak gemilang .........!
We shake them all...!
Jumat, 09 Januari 2009
I can see more clearly right now. Why...!
Masjid Agung Surakarta
Tadi pagi ke Masjid Agung Surakarta, sampai di sana jam 11.30 lalu aku sms mas Edi memberitahu bahwa aku sudah di sana. Masuk Masjid dan mengikuti shalat Jumat, aku senang sekali dengan masjid itu, tempatnya luas dan indah. Dibanding masjid yang pernah aku kunjungi masjid itu paling berkesan padaku. Ada pendapa, ruang utama dan banyak pintu dari depan dan samping, aku membayangkan pintu-pintu itu sebagai pintu untuk masuk surga. Di ruang utama aku terkesan dengan tiang penyangga yang besar dan tinggi, bagian atas kayu jati yang diberi hiasan dan ukiran. Dalam hati bertanya, bagaimana bangunan itu dibuat pasti mereka perancangnya orang hebat. Biasanya aku ambil shaf paling depan bagian kiri, kali ini aku ambil yang paling kanan dekat jendela.
Selesai shalat Jumat, aku buka hanphone dan dapat pesan mas Edi sudah di Masjid juga bahkan beberapa saat sebelum shalat jumat. Aku cari diruang utama belum aku temukan, lalu pergi ke ruang samping tak ada dan di pintu aku lihat keluar ke pendapa dimana banyak orang disana. Aku tak melihat keberadaannya, lalu aku masuk lagi dan bermaksud kasih pesan lewat sms. Baru mau tulis pesan, aku menoleh ke kanan dan aku lihat mas Edi dan kamipun mencari tempat di Masjid yang nyaman untuk ngobrol. Kami masuk ke ruang utama dan mencari tempat yang agak tenang, dekat tembok.
Kemudian kami membicarakan masalah keluarga sampai beberap jam, lagi di luar hujan sangat deras. Sehingga percakapan kami jadi lebih bermakna, terbawa suasana, kami saling bertukar pikiran, berkeluh kesah dan berusaha mencari jalan keluar bersama. Aku memainkan peranku, memberi dukungan dan nasehat padanya, meski kadang aku juga adu argumen dengannya. Memang kami dulu kecil masih ingat tumbuh bersama, dalam keluarga, satu kamar kos, dan juga satu kampus. Membantu pekerjaan bapak di sawah adalah hal biasa namun saat itu aku belum bisa menikmati, aku melakukannya dengan terpaksa, hingga mas Edi sekolah jauh dari rumah. Tinggal aku dan adik Aku bersama adik Aku dan Mas Edi adalah dua orang yang saling berlawanan, kami adalah ibarat api dan air, Krisna dan Arjuna dalam pewayangan. Kepribadian maupun sifat kami berdua saling bertolak belakang, mas Edi adalah orang yang optimis sedang aku cenderung pesimis. Mas Edi pandai bicara, mudah mengemukakan pendapat, sementara aku cenderung diam dan banyak berpikir dalam hati. Ketika kami kuliah, mas Edi suka organisasi, namun aku tak ikut. Meski aku tahu banyak orang orang hebat lahir dari sana, namun aku saat itu tidak tertarik. Aku melihat banyak sekali biaya untuk itu, sedang kondisi keluarga kami saat itu pas-pasan.
Waktu kecil mas Edi suka sekali memabantu bapak ke sawah padahal baru masuk TK, lalu minta bapak dibuatkan peralatan yang sama untuknya. Banyak sekali para tetangga yang heran melihat kelakuannya, kecil-kecil suka membantu bapak di sawah. Bahkan aku dengar dulu pernah minta sama bapak untuk mengganti namanya yang menurutnya tidak bagus. Namanya sebelumnya Suparno, kemudian merengek minta ditambah Edi di depannya. Aku mengetahuinya baru-baru ini, andai saja saat itu ganti nama itu bisa dilakukan tentu aku juga ingin ganti nama yang lebih bagus, biar terlihat keren. Ya nama sangat membawa dampak psikologis bagi pemilik, meski kadang nama yang bagus belum tentu sebagus orangnya, baik fisik maupun pribadi di dalamnya. Banyak para pelaku tindak kriminal, korupsi memiliki nama yang bagus sehingga banyak orang kemudian mulai berkomentar "perilaku tidak sesuai dengan namanya".
Jadi teringat kisah Parikesit dalam pewayangan, ketika perang baratayudha telah selesai. dan Pandawa memenangkan perang baratayudha, Parikesit cucu Arjuna lahir dan saat itu sang Parikesit kecil menangis terus. Tak ada seorangpun di lingkungan keputren yang tidak mampu membuat tangisnya mereda. Hingga kemudian para pandawa satu persatu berusaha membuat tangisnya mereda. Bahkan sang Kresna juga tak mampu meredakan tangisnya, diantara para tokoh disitu belum bisa meredakan tangis sang Parikesit. Hingga terakhir Puntadewa yang direncanakan naik tahta di Astina berujar, "Cup ngger menenga, yen gelem meneng kwe mbesok tak wenehi keprabon Astina". Bersamaan itu diikuti suara guntur, juga disaksikan para satria pandawa beserta sahabat manca dan Parikesitpun diam. Kelak besar sang Parikesit cucu Arjuna menjadi raja di Astina, dimana semestinya yang berhak naik tahta adalah putera Puntadewa. Janji seorang raja Puntadewa pun ditepati dan jadilah sang Parikesit sebagai raja Astina.
Ketika hujan mereda, kami berkemas untuk pulang, tapi motorku gak mau jalan setelah kehujanan bebrapa jam. Seperti biasa, kalo masuk air di mesin lalu motor ngadat, meski kuperbaiki sebentar tetap tak mau jalan. Aku tahu permasalahan seperti itu biasa di karburasi yang kemasukan air, namun aku juga membongkar busi, untuk memastikan bahwa busi itu masih bagus. Lagi bebrapa orang yang aku temui disitu menyarankan demikian, akhirnya aku menyerah. Aku mengalir dengan suasana, apa yang dikatakan mas Edi aku ikut, meski dalam hati aku mencari sebuah bengkel terdekat. Masalahnya disekitar masjid Agung tak ada bengkel motor, hingga kami haru jalan beberapa kilo meter mencari bengkel. Di tengah perjalanan ke bengkel kami juga masih berusaha stater, namun hasilnya masih nihil. Lalu mas Edi yang berjalan didepan lihat bengkel dan motorpun aku bawa kesana. Kulihat montirnya pake baju PDI membongkar karburasi, aku melihat apa yang dia lakukan untuk memastikan bahwa air benar-benar masuk disana. Memang demikian, saat dipasang balik dan di stater, mesin bisa jalan, aku pikir wah kebetulan. Sudah lama tak servis karburasi, dalam hati pasti nanti tarikan lebih baik lagi. Setelah membayar ongkos lalu aku coba keluar ke jalan, aku menunggu seorang ibu yang sedang mengayuh sepeda. Aku bermaksud menunggu sehingga dia berlalu kemudian aku baru berjalan, namun yang terjadi adalah aku maju sedikit dan sang ibu lurus saja tanpa membelokan sepedanya sedikit ke kana. Dan kresss, sang ibu jatuh ruji sepeda depan sangkut di rem kaki motor hingga sang montir membantu untuk melepaskan. Aku memohon maaf pada sang ibu, kesalahanku saat itu aku kurang sabar menunggu sang ibu melintas. Sedangkan sang ibu tak mampu membelokkan sepedanya sedikit ke kanan, untung saja sepeda melaju pelan. Aku juga memaklumi, ibu itu sudah usia tua sehingga respon untuk menghindarnya jadi lambat atau mungkin juga karena dia seorang wanita. Tabrak saja tak usah belok! Meski ibu sedikit marah aku tahu dia juga baik, jadi urusan kami selesai dan saat mendahului dia yang sudah di depan duluan aku menyapa seraya tersenyum. Dari raut mukanya aku tahu beliau memaafkan kesalahanku tadi.
When I Try to Forget
Kamis, 08 Januari 2009
Ke Solo
Rabu, 07 Januari 2009
Ikut Menuai Meski Tak Menanam
Di Atas Langit Masih Ada Langit
Beberapa hari lalu Pak Warsito minta padaku untuk mencetak sebuah dokumen, dimana sebelumnya telah minta seorang sahabatku namun tidak sesuai dengan yang beliau minta . Sahabat tersebut memang belum paham tentang settingan itu, maklum masih baru belajar. Ketika Pak Warsito meminta padaku lalu kukerjakan sehingga hasilnya sesuai dengan permintaan beliau.
Setelah itu bapak ini mengatakan bahwa 'di atas langit masih ada langit' yang membuatku terkejut. Pernyataan itu selalu terngiang di telingaku memaksaku untuk mengingat dan memahaminya. Peribahasa tersebut benar bahwa mengetahui seseorang pandai ternyata masih ada orang yang lebih pandai lagi. Benar saja aku membandingkan dengan sahabatku, meski aku lebih tau dari pada sahabatku dalam kasus itu, aku merasa masih ada yang lebih mahir lagi dariku.
Keahlianku masih jauh dibawah jika dibandingkan dengan para blogger yang lain. Akupun tahu karena belajar dari tulisan mereka, tanpa mereka aku tak tahu dari mana aku harus mulai belajar. Dimanapun peribahasa ini berlaku, sehingga kita terhindar dari sifat sombong dan congkak. Kita tak boleh merasa paling pandai, paling tampan atau paling kaya, perasaan ini harus kita eliminasi. Peribahasa 'di atas langit masih ada langit' sangat bagus untuk mengingatkan kita ketika dalam kesuksesan untuk selalu waspada dan tidak sombong.
Sabtu, 03 Januari 2009
Doni Kecil dan Jeruk Kecil
My Card
Hidup
Kamis, 01 Januari 2009
Ali Alatas Bermain Kartu
In My Dream
Selamat Tahun Baru 2009
Warung Soto Ayam Mulud
So Delicious
By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas