We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star
Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang
Terima kasih atas kunjungan anda!
Sabtu, 28 Februari 2009
Buruh Tani Kalah Sama Mesin
Ya di daerah kami kota Kecamatan Cawas sedang musim panen padi. Panen kali ini lain sekali dibandingkan dulu. Selain berlangsung cepat, juga penggunaan mesin perontok diesel. Tak sampai seminggu sudah banyak area persawahan yang selesai dipanen, padahal beberapa tahun lalu biasanya perlu waktu dua minggu. Mesin perontok padi dulu masih menggunakan tuas pedal (bahasa jawa erek) dan untuk menggerakkan diperlukan dua orang yang mengayuh di sebelah kanan dan kiri. Kedua tangan mereka memegang dan memasukkan batang padi yang telah disiapkan penyaji. Dua orang penyaji ini menyajikan tanaman padi dari tumpukan padi di sekitar erek. Dua orang di depan erek yang bertugas memilahkan antara padi dan kotoran jerami kemudian dimasukkan ke dalam karung dan dijahit. Selain mereka beberapa orang masih diperlukan untuk mengumpulkan tanaman padi yang telah dipotong ke dalam satu tempat dimana erek berada. Dan beberapa orang lain yang bertugas memotong tanaman padi sampai selesai. Sebelum kegiatan mengerek dimulai semua pekerja memotong padi secara bersama-sama, setelah mendapatkan separoh area kegiatan mengerek dimulai. Agar bisa bekerja maksimal diperlukan 8-15 orang, masing-masing bertugas sesuai dengan keahliannya. Untuk areal 1200 meter persegi harus berusaha selesai dalam satu hari, biasa sampai jam 4 sore.
Tahun ini panen di daerah kami lain sekali. Banyak sekali mesin perontok padi yang datang dari luar daerah menawarkan jasa, jumlahnya mencapai puluhan. Hampir tiap area di persawahan kita temukan mesin ini. Mereka teridri dari 3 orang yang bekerja di mesin dan 5-8 orang lagi yang bertugas memotong padi dan mengumpulkan di pinggir jalan terdekat. Dalam satu hari mereka bisa mengerjakan beberapa petak sawah. Setiap petak lahan hanya membayar sejumlah 250-300 ribu tergantung luas area yang dipanen. Kehadiran mesin-mesin perontok padi ini juga mempersingkat pekerjaan, untuk satu areal bisa dilakukan hanya dalam hitungan 2-3 jam. Jauh lebih cepat jika dibandingkan menggunakan perontok padi tenaga manusia erek.
Kehadiran mesin ini di satu sisi sangat cepat dan memudahkan bagi para petani. Namun disisi lain mengurangi tenaga kerja buruh tani yang biasa berasal dari daerah lain. Beberapa tahun lalu kita masih banyak menemui banyak buruh tani yang menawarkan jasa tenaga bagi para petani. Dan jasa mereka semua hampir tiap musim panen bisa digunakan oleh para petani. Namun kali ini mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di musim panen. Beberapa tahun lalu mereka para buruh tani berangakat pagi hari (setelah subuh) dan di sore hari mereka bisa pulang membawa padi beberapa puluh kilo (10-25Kg)sebagai upah. Upah laki-laki biasanya 2 kali lebih banyak dari perempuan, karena banyak tenaga yang dikeluarkan bagi kaum laki-laki (bapak-bapak). Selain itu juga mereka sudah mendapatkan makan pagi dan siang, bahkan kalo beruntung di sore hari mendapatkan makanan ringan. Padi yang mereka dapatkan dari buruh mereka dapat digunakan untuk persediaan hidup mereka. Paling tidak mereka masih punya beras untuk bisa makan, di luar musim panen mereka bekerja di luar kota jualan es atau bakso. Mereka para buruh tani tak ada pilihan selain itu, karena rata-rata mereka tidak punya lahan atau sawah. Lahan di sekitar rumah mereka tidak cocok untuk tanaman padi, sebagian besar ditanam ketela pohon atau pepohonan. Sepertinya musim panen adalah berkah juga bagi mereka.
Namun musim panen kali ini mereka para buruh tani, meski berangkat pagi pulang tak membawa hasil. Terlihat dari mereka masih belum mendapatkan area sawah meski sinar matahari sudah menyengat. Biasanya mereka terus pulang tanpa membawa sesuatu yang mereka harapkan, upah padi. Bagi mereka yang memiliki ternak di rumah, biasanya sambil membawa jerami untuk barang bawaan, kali ini tanpa padi.
Sebuah delima, perkembangan teknologi menggeser tenaga manusia, kecepatan dan kemudahannya membuat sebagian orang menjadi tak mendapatkan pekerjaan. Meski demikian di kalangan para petani mereka juga disibukkan dengan permasalahan pupuk, biaya produksi pertanian yang cenderung meningkat. Mereka bebas memilih mau menggunakan teknologi perontok bermesin atau masih dengan perontok tenaga manusia.
Lagiman Yunior
ha..h...h
Jumat, 27 Februari 2009
In My Dream
Then I wake up...!
In the morning of following day i read message from a girl. She ask me for praying to God for her, she will get examination in two hours later. I am shaking, its was too late for praying! I think the examination had just finish in a minute ago. I didn't send a message back, i want to call her in the night.
I call her in the night and saying, "Please forgive, I miss the message from you...!"
Aku Kesetrum...!
Meski begitu permainan ini sangat menyenangkan dan kami dulu sering melakukannya di malam minggu, bahkan waktu 15 menit istirahat sekolah kami sering juga bermain. Biasanya sabtu tiba biasa kami bersama teman sebaya janjian untuk bermain ndaskil dan malamnya kami bertemu dan bermain. Kadang sampai jam 12 malam, biasanya terus lapar haus dan banyak peluh keringat di tubuh.
Seperti biasa kami janjian dulu sama teman sebaya malam minggu bermain ndaskil. Di sore hari aku harus memperbaiki lampu listrik penghangat untuk ayam-ayam tercintaku, lampu tidak mau menyala. Waktu itu memang aku suka sekali beternak ayam, anak ayam yang baru menetas kami pisahkan dari induknya jumlahnya sepuluh ekor. Kemudian aku buatkan tempat dan aku kasih lampu penghangat 15 watt. Sebagian berhasil dan ayamnya bisa sampai besar besar, namun kali kedua gagal, anak ayam banyak yang mati.
Nah sore itu lampu penghangat tak mau nyala, aku langsung perbaiki dengan memutar sedikit mungkin lampu masih longgar sehingga aliran listrik tak jalan. Waktu itu di ruangan masih gelap, lampu penerangan utama belum dinyalakan. Coba pegang lampu dan memutarnya sedikit, lampu memang menyala. Namun bersamaan dengan itu aku langsung terbanting, kiri dan kanan. Hentakan kaki menendang apa saja termasuk kurungan ayam di sekitarku. Aku berteriak sebisaku, suara yang keluar dari mulutku memang tak jelas, aku tak ingat mungkin seperti menangis dan meronta. Yang aku pikirkan saat itu aku kesetrum dan aku mendekati kematian dan hidupku kan berakhir, "Aku kesetrum...! " , sementara kabel listrik dan kurungan masih aku pegang erat.
Setelah berteriak dan meronta-ronta beberapa puluh detik, mas Edi datang mengambil paksa kabel listrik yang masih aku pegang. Allah masih memberiku kesempatan untuk hidup, dengan perantara mas Edi. Malam itu aku masih shock, setelah minum banyak air putih hangat aku agak baikan, tak bermain sama teman-teman seperti yang telah kami janjikan, di luar rumah mereka menunggu dan memanggil namaku dengan kode, namun aku hiraukan. Pagi hari aku minta maaf pada mereka karena semalam tak bermain di luar. Masih teringat dengan peristiwa yang aku alami, berpikir tentang kematian dan setelahnya,surga dan neraka.
Sengatan itu membuat telapak tangan kiriku terluka, dan membekas sampai sekarang. Di usia remaja aku suka dengan elektronika, dan kesetrum adalah hal biasa, namun tak seperti di saat itu. Karena sudah paham sedikit ilmu kelistrikan, bahkan waktu kerja di perusahaan di Batam juga pernah. Memegang kabel diamater kawat setengah cm pernah aku lakukan, pernah sekali aku memegang kabel yang salah hingga timbul bunga api di samping, untung ada pengaman ciruit breaker yang langsung bekerja. Menakutkan kalo masuk di panel utama power supply berderet bar RST-380V 400 A, membuat merinding ketika memasuki ruangan, takut kalo saja terjadi konsleting.
Kamis, 19 Februari 2009
Tambah Gula dan Sedikit Garam
Rabu, 18 Februari 2009
Dorong Mobil Mogok
Kasihan melihat kami berdua dah kehabisan tenaga, Mas Marzuki datang membantu setelah memulangkan sepeda mininya kini bertiga. Namun karena jalan terlalu sempit, pintu harus tertutup sehingga sopirnya harus masuk. Kini yang dorong cuman berdua saja, di persimpangan arah berlawanan sepeda Mio baru uji coba muncul dikira mobil bisa jalan sendiri. Kok orang ini gak paham ya, lha wong kita dah ngos-ngosan malah di depan mobil carry nggak mau minggir. Baru tahu kalo mobil mogok setelah melihat kami berdua di belakang yang mencoba mendorong. Bantuan datang lagi kini jadi tiga orang yang dorong, meski tinggal beberapa meter lagi sudah sampai. Selesai kerja ekstra, napas ngos-ngosan dan keringat mulai keluar sedikit, akhirnya kami pulang ke rumah. Sampai rumah istirahat sebentar dan minum air....!
Selasa, 17 Februari 2009
Hari Ini Hujan
Hari ini yang jualan mie ayam (Daryono nggak nongol, ini berarti nggak jualan. Kalo mie ayam nggak jualan berarti Doni kecil tak kesini hari ini, mungkin sudah tidur ya dari tadi. Lagi besok pagi Doni kecil harus sekolah, beberapa hari ini Doni kecil aku minta sepeda yang ada di parkiran. Aku sengaja untuk membuatnya berlatih berhitung dari 1 sampai 10 namun belum berhasil, hitunganya sering lompat lompat. Dulu pernah aku kasih pulpen sama kertas kemudian buat bis, tapi rodanya tak imbang. Yang depan besar sekali namun di belakang kecil sekali, kali lain kebalik, ditunjukin kepadaku.
"Lho Don kok ban e ra podho......! Hua....h.....h.....h"
Doni Kecil "Yoben mas......"
Wak wak wak wak wak wak...
Jleg ... Dapat Rp 100.000,00
Sayang disitu tinggal nasi bungkus saja tersisa, gorengan macam bakwan dan mendoan dah habis terjual. Tak ada pilihan lain seadanya, ketika buka nasi bungkus ternyata tak ada lauk, didalam hanya sambel. Beruntung mas Edi dapat irisan tempe kecil kecil, kok punyaku tak ada "Mana tempenya?" aku bilang pada mas Edi. Waktu kubuka bungkusan berikutnya sama juga nasi sambal, wah tak ada pilihan lain makan saja. Untuns saja masih ada banyak kerupuk dan peyek kacang disitu.
Setelah selesai makan dan minum lalu bayar, ternyata lumayan murah juga cuma 9rbu, uang 10rbu dapat kembalian seribu rupiah. Namanya juga angkringan, jadi murah wajar! Coba tadi kalo mampir di sebuah resto dekat keraton wah tentu 10rbu tak cukup berdua, apalagi tadi sempat ada orang yang melambaikan tangan semacam mengundang kami agar masuk ke resto itu. Dalam hati kami berkata, "Tidak lah hari ini, mungkin lain kali saja"
Dalam perjalanan pulang mampir ke rumah mas Suraji di Tangkisan Pos, namun sampai disana ternyata rumah masik kosong. Aku tahu biasanya jam segitu belum pulang sekolah (Mas Suraji seorang guru). Perhatianku tertuju pada deretan tanaman lombok yang ditanam dalam pot plastik kecil, pemandangan yang lain. Terakhir aku kesana tanaman itu belum berbuah, kali ini sudah berbuah bahkan sebagian sudah memerah. Saat itu mas Suraji juga memberikan kepada kami satu tanaman lombok untuk dibawa pulang, namun sampai sekarang belum berbuah bahkan sudah layu. Makanya saat melihat lombok yang sudah memerah jadi terkesan. Mas Suraji bilang lombok tersebut dari Jepang, dan lucunya buahnya mencuat semua dari tunas yang paling atas. Tanamannya tergolong pendek dan daunya jarang tapi lomboknya lebih besar dari lombok jawa /rawit.
Sesaat kami berdua putuskan menuju ke sekolah tempat mas Suraji mengajar, karena kami yakin masih disana jam segitu. Memang kami akhirnya bisa bertemu disana, ngobrol di ruang tamu sekolah lalu kami juga ditawari makan di kantin. Kami berdua menghiyakan dan kami memasan mie godhok, sambil menunggu mie pesanan, kami berbincang. Mengenai keluarga dan juga sedikit menyangkut masalah pendidikan nasional di negeri ini. Selama masih terjadi penentuan jabatan Kep Sekolah dengan uang pelicin, pendidikan di Indonesia tak akan maju, kira kira semacam itulah komentar mas Suraji. Lalu aku juga menambahkan mutasi jabatan di daerah bisa dilakukan asal mau membayar sejumlah uang kepada pejabat atas. Suatu rahasia umum yang masyarakat sudah percaya meski mereka tidak di beri tahu. Menurutku saat ini memang benar demikian, beberapa orang bersedia menyediakan sejumlah uang agar bisa bekerja di pemerintahan.
Selesai percakapan kemudian shalat ashar di mushala masjid, padahal di depan mushala anak-anak sedang berlatih musik. Wah bisa bayangin kira-kira kejadian seperti apa....? Yang pasti rame dan terganggu bagi orang yang sedamg shalat. Dalam hati "Kok sepertinya telah terjadi kesalahan penempatan ruang, atau mungkin karena tak ada pilihan lain selain ruang itu".
Dirasa cukup pertemuan kami bertiga lalu kami berpamitan, lagipula keponakan kecilku belum juga menampakkan diri. Biasanya sekitar jam 3 sore sekolah usai dan diantar ke sekolah tempat mas Suraji mengajar dengan mobil langganan. Setiap bulan membayar 150 rbu untuk transport Nazhim, belum lagi biaya spp dan lainnya.
Ketika memohon diri aku lihat mas Suraji keluarkan 50rbuan dua, mungkin maksudnya aku satu mas edi satu. Saat itu aku langsung jleg, dapat Rp 100.000,-, aku tak bisa berkata, mau menolak kasihan mas Suraji, akhirnya terima saja. Mas Edi tak mau jadi 2x50rbu dikasihkan aku, Mas Suraji juga berpesan bantu mas Edi, saat itu rasanya aku ingin menangis. Kedatangan kami hanya ingin melepas rindu, karena lama kami tak berjumpa, apalagi mas Edi sudah beberapa bulan. Rupanya mas Suraji juga memikirkan kondisi kami, memang jika dibandingkan kehidupan mas Suraji saat ini lebih mapan. Sudah punya pekerjaan tetap, rumah, dan keluarga yang menjadi idaman setiap orang. Sepertinya Mas Suraji sudah bisa menikmati pekerjaannya, saat aku melihat namanya tertulis sebagai Wakasek Kurikulum aku turut senang dan bangga. Mas Suraji orangnya cenderung pendiam namun kemampuan agama dan sembahyangnya hebat paling tidak diantara keluarga kami. Mas Suraji juga sering mengisi ceramah shalat Jumat atau kultum di bulan ramadhan meski hanya di lingkungan sekitar dan sekolah.
Masjid Agung Mataram Kotagede
Bangunan masih orisinil dengan tiang penyangga dan sebagian besar atap terbuat dari kayu jati. Bagian utama dan bagian tambahan semacam pendopo yang mungkin merupakan perluasan dari masjid ke bagian depan. Disamping pendopo dan bagian depan terdapat kolam yang berisi air yang bersambung. Kira-kira selain untuk memelihara ikan untuk apa lagi ya? Karena kolam tersebut begitu dalam jika untuk membasuh kaki para pengunjung. Disitu terdapat beberapa ikan semacam mujair dan emas, sempat hitung jumlah ikan semua ada sebelas ekor. Setiap kali aku mengunjungi masjid ini tak lupa melihat dan menghitung jumlah ikan, tanpa itu terasa belum lengkap.
Hari ini aku beruntung aku bisa memasuki ruang masjid karena bersamaan dengan waktu shalat lalu ikut shalat berjamaah. Beberapa kunjungan sebelumnya aku belum sempat masuk ke dalam masjid karena biasanya sudah larut malam. Ketika memasuki bagian utama terasa tenteram sebagaimana ketika memasuki Masjid Agung Surakarta. Masjid Agung Kotagede memang tak semegah dan seluas Masjid Agung Surakarta, namun keduanya membuatku sangat terkesan, aku biasa membayangkan bagaimana teknik pembuatannya dulu. Kayu jati penyangga utama yang besar, dan ukiran yang rumit, belum lagi bagian pintu yang terbuat dari ukiran kayu jati. Sepertinya ada aura tersendiri ketika memasuki halaman masjid-masjid tua semacam masjid Mataram ini. Tidak seperti masjid-masjid baru yang aku sering kunjungi, meski dengan design yang kokoh dan wah namun ketika masuk di dalamnya aku merasakan gersang. Meski aku juga tidak tahu apakah ini hanya aku sendiri yang rasakan ataukah para pengunjung yang lain juga. Yang jelas selain aku masih ada kakakku yang merasakan hal yang sama dan komentar yang sama.
Di halaman masjid ada beberapa pohon rindang sehingga terkesan teduh, membuat orang yang singgah terasa nyaman. Bagian pagar mengelilingi masjid terbuat susunan batu bata yang menandakan bahwa bangunan tersebut sudah berumur lama. Dibagian depan atas pendopo tertulis kalau tidak salah angka tahun 1928, mungkin tahun masjid tersebut direnovasi. Masjid ini memang termasuk peninggalan bersejarah sehingga keberadaannya perlu dilestarikan, meski untuk menjangkau ke masjid mungkin pendatang dari luar agak kesulitan karena jalan yang harus dilalui terlalu sempit untuk kendaraan roda empat. Jadi ditempat parkir sebagian besar adalah sepeda motor dan beberapa sepeda onthel.
Di halaman masjid ada dua tempat untuk pengunjung yang istirahat, dan kalau mau zarah di sebelah selatan adalah makam para pendiri kerajaan Mataram kalo tak salah makam dari Panembahan Senopati. Aku sempat masuk kompleks makam melihat beberapa foto orang-orang hebat jaman dulu /raja Yogya.
Senin, 16 Februari 2009
Si Deddy Pusing Lagi
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Pertama kali datang memang seperti bos, banyak komplain. Hari kedua aku debat agak mengendor dan justru hari berikunya berusaha berubah hingga kami seperti teman. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP. Dan akhirnya dia bercerita sendiri setelah beberapa lama aku mengenalnya.
Sepertinya mudah sekali Deddy mengeluarkan uang, sebagaimana dia mudah untuk mendapatkan. Membantu orang tuanya di restoran, lalu ketika pulang ambil uang di laci semaunya. Meski kemarin juga cerita sekarang tak bebas lagi, rupanya sang ibu sudah paham dengan si Deddy. Kini dia tak sebebas sebelumnya, kali ini uang di laci diambil ibunya dulu.
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Deddy dengan kehidupan yang berkelimpahan karena orang tuanya. Lain dengan orang yang dari golongan masyarakat biasa, untuk keluar makan saja harus diperhitungan secara matang sehingga uang tak terlalu banyak keluar, sementara si Deddy tinggal bayar kapan dia mau sesuatu.
Kemarin si Deddy curhat lagi, kali ini chatting dengan cewek yang ternyata presenter di media TV swasta. Cerita bahwa sang cewek ingin ngebet ketemu, sepertinya serius sekali, padahal baru beberapa jam ngobrol di chatroom frenz community dimana dia sering chating. Kalo sebelumnya cewek yang Indo-Jerman juga ngebet ingin ketemu atau ketahap selajutnya menikah. Deddy dibuat pusing dengan ulah si cewek yang menurutku misterius aku gak tahu namanya, saat ingin pindah kuliah gara-gara si Deddy tak mau di ajak menikah. Deddy cerita kalo si cewek sudah cinta setengah mati, meski dia tahu kalo si Deddy juga belum punya kerja tetap. Bahkan kemarin si cewek sempat ngambek mau pindah kuliah dari Yogya ke Jakarta.
Mendengar cerita dan keluh si Deddy, aku tak habis pikir kok bisa serius amat, chatting di dunia maya kok bisa seserius itu, ketemu saja belum. Atau aku sendiri yang ndeso jaman modern gini tak paham dengan dunia maya, meski aku sendiri menyukainya tapi bukan untuk chatting saja. Masih banyak hal lain di dunia maya yang dapat kita ambil, seperti belajar komputer, ngeblok atau buat tulisan semacam ini.
Beberapa hari yang lalu si Deddy pusing dengan Cewek Indo Jermannya, kemarin dengan presenter tv swasta. Besok siapa lagi ya ..? Cewek dunia maya yang kesangkut sama ketampanan dan kekocakan Deddy lewat komunitas chattingnya.
Sebatas Mana Kita Membantu
Mungkin kita dianggap tidak setia kawan lagi, sebuah dilema. Jika kita paksakan untuk membantu, justru yang menjadi bumerang bagi kita, meski dalam hati kita ingin membantu.
Untuk hal ini kita harus punya grade sebatas mana kita memutuskan untuk membantu seseorang yang mengalami persoalan. Apakah kita ikut atau tidak dalam mengatasi persoalan mereka.
Minggu, 15 Februari 2009
Doni Kecil Kini Berulah
Kalo sudah lihat komputer maunya pegang mouse terus diklik terus, kadang matiin/hidupin printer berulang-ulang sambil membua cover, melihat catridge yang berpindah home position. Kadang juga matiin dan nyalakan monitor, dan sering nyalakan CPU yang semula sudah aku matikan. Waktu lihat PC hidup lagi jadi teringat wah ini pasti ulah si Doni kecil.
Beberapa hari lalu Doni tertidur di kursi panjang, tidak seperti biasanya. Waktu itu aku tidak memperhatikannya, karena aku lagi sibuk dengan internet, jadi aku mengabaikan Doni. Aku hanya ingat waktu pertama kali masuk dan duduk kursi sebelah, lalu kutanya "Kowe mumet ya Don?" dan "Ora...Mas!jawaban doni. Habis itu Doni ke kursi panjang dan setelahnya aku tak perhatikan, aku hanya lihat ibunya pernah kulihat sepintas lewat di depanku. Saat itu aku tak tau apa yang sedang terjadi, aku baru tahu di hari berikutnya.
Sehari sebelumnya aku bercanda sama Doni kecil "Don sesuk nek mrene nggawa bantal nggo turu neng kene!" sambil menunjuk kursi panjang di dekat kami. E.. lha kok hari berikutnya Doni tidur beneran tapi tanpa bantal....! Aku jadi heran dengan diriku, wong kemarin cuma bercanda kok malah tidur beneran.....!
Setelah itu tiap kali ketemu Doni aku bilang padanya "Wis nggowo bantal drung Don..?" lalu doni kecil tersenyum. "Durung nggawa bantal mas!"
Seseorang Marah Padaku
seseorang marah karena aku langsung saja pergi aku katakan ada urusan
seseorang marah padaku karena tak mau makan bakso, padahal dia sudah beliin di warung sebelah
meski alasan sebenarnya aku pergi karena hari itu hujan turun dan aku tak ingin bersama dalam keadaan hujan
alasan yang lain :
seseorang marah padaku karena aku terlambat membalas smsnya
seseorang marah padaku karena aku mendiamkannya beberapa kali
seseorang marah padaku karena dia pikir aku tak menghiraukannya
seseorang marah padaku karena aku tak bisa membantunya saat itu
seseorang marah padaku karena dikira aku telah melupakannya
aku heran :
akhir-akhir ini seseorang marah padaku dan aku masih belum tahu kenapa?
Senin, 09 Februari 2009
Selamat Ulang Tahun ke 29
Detik ini aku mengucapkan selamat ulang tahun ke 29 untuk diriku sendiri.
- Selamat ulang tahun kami ucapkan
- Selamat panjang umur kita kan doakan
- Selamat sejahtera sehat sentosa
- Selamat panjang umur dan bahagia...
Semoga Allah memudahkah pekerjaan, rezeki, dan jodoh untukku, juga kemudahan dalam menjalankan ibadah.
Amin...
Minggu, 08 Februari 2009
Menjelang 29 Tahun
Beberapa puluh menit lagi umurku bertambah, tak terasa sudah sekian tahun (28 thn) aku hidup di dunia. Dalam perjalanan hidupku banyak sekali suka/duka, sedih/gembira, menangis/tertawa, menjadi bagian dari irama sinyal lagu kehidupan. Tak terasa sudah sekian lama, namun masih banyak PR yang belum selesai kukerjakan, masih ada harapan yang belum tercapai, masih ada permasalahan yang menunggu untuk diselesaikan.
Berharap dengan bertambahnya usia ku yang ke 29, kehidupan ku menjadi lebih baik dalam segala hal, pekerjaan, rezeki, keluarga dan ibadah. Meninggalkan usiaku yang ke 28, meninggalkan beberapa kenangan, kesuksesan dan kegagalan, menatap hari esok lebih indah lagi.
Have nice all day for today and tomorrow......!
Kamis, 05 Februari 2009
Adik Belum Pulang Semalaman
Kemarin malam HP berdering, nomor baru di layar namun waktu kuangkat langsung putus. Beberapa saat sms masuk, seseorang minta telpon bali dan kulakukan juga menelpon balik. Suara seberang ternyata simbok, yang kawatir dengan dhik Ragil yang belum kunjung pulang. Padahal waktu sudah jam delapan malam, tanpa kabar dan berita lagipula esok hari tak ada peristiwa yang janggal.
Aku dengar simbok menangis. Le ................. kenapa kamu?
Aku sarankan menemui seseorang yang menurutku bersamanya, seperti biasa aku lihat dulu sering bersama, mungkin mereka tahu keberadaannya. Langsung kuhubungi beberapa nomor namun tak nyambung, aku mencoba untuk tenang. Aku pikir nanti juga pulang sebelum jam sembilan, tapi aku tak bisa lakukan apapun selain berdoa. Aku hanya bisa menunggu esok pagi untuk mencari dan berharap segera pulang. Akhirnya esok pagi datang juga, saat sampai dirumah aku tak melihat keberadan adik satu-satunya ini. Aku mulai bingung, berarti masalahnya serius nich. Aku pergi ke rumah budhe dan om, namun sampai di sana belum ada titik terang. Aku coba menyusur jalanan dan persawahan namun tak aku temukan. Lalu aku pulang sebentar, tubuh ini merasa kedinginan dengan sejuknya pagi, lalu ke rumah tetangga dan teman. Ke beberapa areal persawahan yang lain, tak kutemukan titik terang juga.
Aku lelah, lemas dan ngantuk, kuputuskan pulang dan tidur sebentar. Aku dapat informasi bapak berusaha cari orang pintar dan mendapatkan sedikit titik terang. Aku yakin bahwa hari ini adik akan segera pulang. Lagi aku mencari ke beberapa tempat yang aku berharap bisa ketemu adik, menyusur sungai, persawahan. Meski aku sendiri tak tahu kira-kira ke arah mana dia adik pergi, beberapa kali kulakukan namun hasilnya nihil.
Sesuatu yang membuatku terkejut melintas di depan motor, dalam hati ini pertanda bagus untukku. Aku berputar sebentar di beberapa daerah dan akhirnya kuputuskan untuk pulang. Yang bisa aku lakukan hanya menunggu adik pulang pikirku, lainnya aku belum tahu. Aku mulai merencanakan plan A dan plan B, jika ....maka....
Tak disangka, orang-orang di depan rumah memanggil namanya, "Anakmu mulih mbah...!" Aku turut senang, aku menyambut adik di depan rumah, aku tanya dari mana saja semalaman. Kemana saja, tidur dimana, makan apa, siapa yang nolong.?
Pergi ke Klaten, Bayat, Pedan katanya, ketemu dengan teman tapi lupa namanya. Masuk rumah orang, dikasih makan tapi tak mau, lalu dikasih uang Rp.10.000,- Bertanya sama P Polisi karena kebingungan arah jalan pulang, hingga akhirnya sampai di rumah.
Para tetangga kaum ibu menangis, terharu dan juga turut senang. Salah satu dari mereka semalam tak bisa tidur memikirkan adik. Adik terlihat berantakan, tubuhnya panas, mungkin karena belum makan seharian, naik sepeda onthel. Entah sudah berapa kilometer yang telah dia tempuh, sehari penuh tanpa keterangan. Aku turut bersyukur adikku bisa pulang, masih bisa ketemu dalam suasana haru. Aku bilang, remote tv sudah aku belikan baterai, nanti tak usah main lihat tv saja. Besok jangan lakukan lagi hal yang sama, kasihan bapak simbok. Dia bilang Ya....!
Solusi Bukan Kebetulan
Meski kita tahu bahwa penyelesaian bukan datang dari apa yang sedang kita kerjakan saat ini, namun kadang kita perlu terus melakukannya sementara waktu sebelum penyelesaian yang sebenarnya muncul. Karena kita tidak tahu kapan datangnya penyelesaian itu, entah beberapa menit, jam, hari, bulan, tahun lagi. Saat menantikan penyelesaian itu kita tidak bisa diam saja menunggu, kemunculannya bukan karena kebetulan semata. Tapi karena hasil kerja otak tak sadar kita yang terus bekerja. Sesuai dengan hukum Newton, bahwa segala sesuatu akan mempunyai kecenderungan yang sama. Benda yang diam akan cenderung untuk tetap diam, dan benda yang bergerak cenderung akan terus bergerak. Demikian juga dengan kerja otak kita, jika kita membiasakan untuk berpikir, tak perlu diperintahkan otak akan cenderung terus berpikir.
Disaat persoalan datang dan kita bingung untuk solusi sebenarnya, kita perlu melakukan suatu hal yang pertama kali kita pikir sebagai jalan keluar. Hal ini sebagai langkah awal bahwa kita sudah memulai mengatasi persoalan. Disaat berikutnya kita mencari alternatif solusi alternatif, hingga kemudian kita menemukan solusi sesungguhnya. Dan kadang kita tidak mengira bahwa solusi sesungguhnya ternyata terlalu mudah dari yang kita kira, atau justru sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan untuk mencoba. Namun kita begitu ragu untuk mencobanya, dan disaat pilihan terakhir kita coba hasilnya sungguh sangat luar biasa. Membuat kita heran, terkesima dan menyesal kenapa tidak mencobanya sejak awal. Memang kita kadang perlu suatu alasan yang kuat untuk menentukan keputusan pada solusi yang pernah ada. Salah satunya ketika semua cara sudah dicoba dan belum membawa hasil. Kemudian membuat kita menggunakan cara yang terakhir yang ternyata solusi sesungguhnya. Hanya saja ketika ide itu muncul, dalam hati kita kurang yakin.
Mungkin begitulah cara kerja dari otak, kita harus mengarahkannya pelan, tak bisa spontan. Otak kita tak bisa dipaksa untuk mencari solusi sesungguhnya di saat pertama kali persoalan datang. Namun kita bisa memulai dengan ide sederhana yang dalam otak kita untuk pertama kalinya meski mungkin janggal, untuk kemudian solusi sebenarnya benar-benar muncul di dalam otak kita.
Meski kita tahu bahwa solusi sesungguhnya di sebelah Utara, kadang kita perlu mencoba dulu bergerak ke arah Selatan, ke Timur atau ke Barat, sebelum akhirnya kita benar-benar yakin bahwa kita harus ke Utara.
Senin, 02 Februari 2009
Memilih
Ketika menghadapi satu permasalahan yang menunggu untuk diselesaikan, kita fokus pada solusi untuk itu. Kemudian secara tak terduga muncul masalah kedua yang sebelumnya tak disangka. Meski bukan persoalan utama namun minta untuk diselesaikan saat itu juga. Padahal energi dan apa yang kita miliki sangatlah terbatas, sehingga untuk menyelesaikan keduanya adalah tak mungkin dalam waktu bersamaan.
Untuk masalah utama saja, kadang saat itu kita belum tentu tahu solusinya, sementara permasalahan kedua meminta bagian dari permasalah utama. Kemudian kita mencoba untuk memilih salah satu, kita mengeliminasi dulu permasalahan yang kedua. Menganggap bahwa masalah kedua yang datang belakang adalah bukan bagian kita secara langsung. Meski kadang membuat kita bingung juga, tapi kita harus membuat pilihan. Pilih salah satu untuk 'menyederhanakan permasalahan' karena kita tahu konsekuensinya.
Lain Dunia
Ketika seorang memasuki daerah yang belum dikenal biasanya akan terasa asing, aneh dan janggal. Paling tidak itulah reaksi pertama kali yang kita rasakan, bahwa ada sesuatu yang kita belum tahu. Padahal di lingkungan baru tersebut adalah hal biasa paling tidak untuk orang yang tinggal atau sering mengunjungi tempat itu. Seakan merasakan sesuatu di lain dunia /lain kebiasaan /lain pemikiran, kemudian muncul semacam keheranan, terkejut, kok bisa ya....!
Seperti ketika aku memasuki suatu resto di Solo pertama kalinya. Waktu itu sedang mengantar barang ke pelanggannya salah satu resto di jalan Slamet Riyadi. Pertama kali lihat dan masuk, aku merasakan kejanggalan, keanehan atau keheranan. Ternyata ada juga resto macam ini, kemudian berpikir tentang "Lain Dunia". Ya memang baru pertama kali bagiku memasuki resto semacam itu yang mengadopsi konsep luar negeri. Itu baru diluar saja, kemudian aku mulai masuk ke dalam resto, suasana dan penataan memang asing bagiku. Kulihat daftar menu minuman yang ditawarkan dipasang dipapan, semua jenis minuman terasa asing bagiku. Daftar minuman lokal macam es teh, es jeruk, atau es teler tidak tertera disitu. Saat melihat daftar harga, jangan ditanya semua tergolong mahal bagiku. Bagaimana tidak untuk segelas minuman saja seharga Rp. 40.000,-. Untuk duit seukuran itu mending buat beli Mie Ayam, Bakso sekalian es teh saja untuk delapan orang atau satu keluarga.
Saat masuk resto tersebut, aku mencoba untuk mengingat beberapa minuman yang terdaftar di resto itu. Namun setelah keluar dari resto itu, tak satupun jenis minuman yang bisa aku ingat. Dan hari ini karena suatu hal, aku harus masuk lagi ke resto itu dan mencoba mengingat beberapa nama minuman. Namun yang aku masih ingat, adalah minuman tertulis Whisky, lainnya aku tak bisa mengingatnya.
Warung Soto Ayam Mulud
So Delicious
By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas