Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Selasa, 17 Februari 2009

Masjid Agung Mataram Kotagede

Pagi sama mas Edi main ke Yogya, kali ini tujuan pertama Masjid Agung Mataram di Kotagede. Menurut sejarah merupakan masjid tertua di Indonesia, merupakan masjid peninggalan kerajaan Mataram. Kotagede terkenal dengan kerajinan peraknya, banyak toko dan home industri di sana yang memproduksi kerajinan dan beragam souvenir yang trerbuat dari perak. Meski begitu kerajinan perak bukanlah yang membuat aku tertarik mengunjungi kota itu, aku terkesan justru dengan keberadaan masjid tersebut.
Bangunan masih orisinil dengan tiang penyangga dan sebagian besar atap terbuat dari kayu jati. Bagian utama dan bagian tambahan semacam pendopo yang mungkin merupakan perluasan dari masjid ke bagian depan. Disamping pendopo dan bagian depan terdapat kolam yang berisi air yang bersambung. Kira-kira selain untuk memelihara ikan untuk apa lagi ya? Karena kolam tersebut begitu dalam jika untuk membasuh kaki para pengunjung. Disitu terdapat beberapa ikan semacam mujair dan emas, sempat hitung jumlah ikan semua ada sebelas ekor. Setiap kali aku mengunjungi masjid ini tak lupa melihat dan menghitung jumlah ikan, tanpa itu terasa belum lengkap.
Hari ini aku beruntung aku bisa memasuki ruang masjid karena bersamaan dengan waktu shalat lalu ikut shalat berjamaah. Beberapa kunjungan sebelumnya aku belum sempat masuk ke dalam masjid karena biasanya sudah larut malam. Ketika memasuki bagian utama terasa tenteram sebagaimana ketika memasuki Masjid Agung Surakarta. Masjid Agung Kotagede memang tak semegah dan seluas Masjid Agung Surakarta, namun keduanya membuatku sangat terkesan, aku biasa membayangkan bagaimana teknik pembuatannya dulu. Kayu jati penyangga utama yang besar, dan ukiran yang rumit, belum lagi bagian pintu yang terbuat dari ukiran kayu jati. Sepertinya ada aura tersendiri ketika memasuki halaman masjid-masjid tua semacam masjid Mataram ini. Tidak seperti masjid-masjid baru yang aku sering kunjungi, meski dengan design yang kokoh dan wah namun ketika masuk di dalamnya aku merasakan gersang. Meski aku juga tidak tahu apakah ini hanya aku sendiri yang rasakan ataukah para pengunjung yang lain juga. Yang jelas selain aku masih ada kakakku yang merasakan hal yang sama dan komentar yang sama.
Di halaman masjid ada beberapa pohon rindang sehingga terkesan teduh, membuat orang yang singgah terasa nyaman. Bagian pagar mengelilingi masjid terbuat susunan batu bata yang menandakan bahwa bangunan tersebut sudah berumur lama. Dibagian depan atas pendopo tertulis kalau tidak salah angka tahun 1928, mungkin tahun masjid tersebut direnovasi. Masjid ini memang termasuk peninggalan bersejarah sehingga keberadaannya perlu dilestarikan, meski untuk menjangkau ke masjid mungkin pendatang dari luar agak kesulitan karena jalan yang harus dilalui terlalu sempit untuk kendaraan roda empat. Jadi ditempat parkir sebagian besar adalah sepeda motor dan beberapa sepeda onthel.
Di halaman masjid ada dua tempat untuk pengunjung yang istirahat, dan kalau mau zarah di sebelah selatan adalah makam para pendiri kerajaan Mataram kalo tak salah makam dari Panembahan Senopati. Aku sempat masuk kompleks makam melihat beberapa foto orang-orang hebat jaman dulu /raja Yogya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas