Setelah hari Minggu lalu aku dan saudaraku belum berhasil menjenguk Ibu W di LP, hari Senin kami tak bisa dan akhirnya hari ini Selasa 24 Maret 2009 kesampaian juga tujuan kami. Pagi hari aku berangkat ke Solo setelah satu jam perjalanan naik motor sampai di kontrakan dimana saudaraaku tinggal. Saudaraku memulai usaha Qee Laundry di Pajang Surakarta setahun yang lalu, hingga aku sering kali diminta bantuan untuk memajukan usahanya.
Setelah sampai di sana aku diminta menunggu sebentar, saudaraku sendang menikmati koran harian di warung sebelah. Aku coba membaca buku yang terdapat di ruang tamu yang dijadikan sebagai kantor adminstrasi. Ruangannya cukup luas sehingga cocok untuk usaha sesuai dengan harga yang harus dibayar.
Akhirnya saudaraku muncul juga dari warung sebelah dan kamipun berkemas menuju ke LP, setelah 10 menit perjalanan motor akhirnya sampai juga. Aku menuju loket dan memperlihatkan KTP, aku pikir tulisan "Tidak Dipungut Biaya" sesuai dengan kenyataan? Tidak petugas meminta biaya 5 rbu, ketika aku tanyakan ke petugas mengenai tulisan yang tertera. Beliau agak marah, gratis jika membawa surat rekomendasi dari pihak berwajib, wah kalau harus ngurus lagi surat itu ribet juga. Tak mau berdebat aku pun menyerah dan kubayar 5 rbu rupiah tanpa kwintansi seperti yang dilakukan para pengunjung lainnya. Tinggal mengalikan pendapatan LP perhari sudah berapa uang yang masuk ke situ tanpa keterangan. Tak tahu juga untuk apa uang itu masuk kas negara atau salah masuk kantong pejabat?
LP Surakarta
Akhirnya kamipun masuk, dipintu masuk kami mendapatkan kartu bernomor 042 dan 153 untuk saudaraku. Kami harus memakainya selama memasuki LP, setelah melalui beberapa pemeriksaan kami dipersilahkan menunggu di ruangan/aula tempat para pengunjung dan napi bertemu. Di depan aula terdapat mushola yang sedang berlangsung acara pengajian kami pikir mereka para napi mendapatkan siraman rohani. Sebelum memasuki aula kami mengamati lingkungan disekitar LP, banyak terdapat blok kamar dan ruang lainnya. Kami coba membayangkan blok yang manakah Ibu W tinggal, kemudian kami memasuki aula dan dipersilahkan menunggu. Karena baru pertama kali berkunjung aku tanyakan kepada petugas yang sebagian juga para napi sendiri dan beberapa petugas resmi LP, bagaimana kami harus menunggu? Apa yang kami lakukan? Bagaimana kami bertemu Ibu W?Kami diminta menunggu di aula sebentar dan Ibu W akan diminta datang ke aula, dan kamipun bergabung dengan para pengunjung lain sembari mecari tempat yang kosong untuk duduk karena tak ada kursi distu, semua pengunjung menemui kerabat napi-nya dengan lesehan (lebih santai) menurutku.
Tak berapa lama menunggu, kami melihat Ibu W masuk aula, aku perhatikan Ibu W masih bingung mencari! "Siapa yang mengunjunginya hari ini?" mungkin itu yang ada dalam pikirannya. Ketika kupanggil "Yu" dia masih belum menemukan kami, masih mencari keberadaan kami diantara pengunjung. Lalu kami mendekat dan memanggilnya, Ibu W kaget ketika melihat kami dan kemudian kulihat air mata mulai menetes dari kedua matanya, kamipun diam sebentar. Ibu W mengenakan kaos seragam napi warna biru muda memakai kerudung dikepala. Kamipun ikut sedikit larut dalam kesedihan atas apa yang menimpa, lalu kami duduk diantara pengunjung lainnya.
Ibu W tak mengira bahwa kamilah menjenguknya, karena sampai saat ini baru kami yang menjenguk di LP Solo (selain keluarganya). Saat dipanggil petugas tidak memberitahukan siapa yang menjenguk dan Ibu W juga lupa menanyakan hal itu. Segera saja dia berganti pakaian seragam napi sambil menenteng tas kresek yang telah dia persiapkan.
Ibu W menangis sambil mengisahkan nasib yang menimpa dirinya dan kami merasa iba, kami berusaha menghibur bahwa yang sudah terjadi biarlah. Nikmati hidup selama di LP
dan berusaha untuk tabah. Bersama dengan penghuni LP lainnya diberi bekal untuk membuat kerajinan tangan. Sempat menunjukkan buah karyanya kepada kami sebuah accesoris pena terbuat dari untaian butir-butir mutiara tiruan. Ada empat buah accesoris dua warna hitam dan dua putih ditunjukkan kepada kami dan Ibu W berpesan untuk mengantarkannya kepada anaknya. Dan khusus untuk accesoris diperuntukkan anak yang masih sekolah SD, beberapa pakaian bagus pemberian seorang teman Ibu W yang sudah habis masa tahanan beberapa hari lalu. Aku berjanji untuk mengantarkan ke anak nya yang kedua, karena aku tahu tempat tinggalnya.
Kehidupan di LP
Ibu W merasa kesepian hidup di tahanan, apalagi jika teringat anaknya yang masih sekolah dasar. Apalagi dua bulan lalu sempat diperolok teman-temannya sehingga malu dan menangis, oleh kerabat dan para guru akhirnya anak tersebut dipindah sekolah. Ditempat buliknya (adik Ibu W) yang rumahnya agak jauh dari desa kami, agar si anak bisa sekolah dengan tenang.
Ibu W bercerita tentang kehidupan dia selama di LP bersama teman lainnya, di LP saat itu ada sekitar 700 narapidana dimana mayoritas adalah laki-laki. Dan juga beberapa anak remaja yang dititipkan disitu, kami sempat melihat sepintas seorang anak usia sekolah di luar aula. Ibu W mengatakan bahwa anak tersebut adalah temannya di LP karena pencurian lima HP.
Selama di LP dia rajin sembahyang dan shalat tahajud, kami tak bisa membayangkan bagaiana dia shalat malam. Ibu W adalah seorang muslimah yang buta huruf, sehingga kami tak bisa berkomentar banyak tentang hal ini. Aku hanya berpikir setiap manusia mempunyai tingkatan ilmu dan iman sendiri sendiri, tentu Allah sendiri yang bisa menilai. Menurutku hafalan/fasih bukanlah hal yang paling penting untuk kasus Ibu W ini, yang penting doa dalam hati. Bahkan malam tadi setelah shalat malam lalu tidur, dan melihat kami berdua datang mengunjunginya. Apa yang dia lihat dalam mimpi benar-benar nyata dan kami pun datang menjenguknya. Aku tak tahu relevansi antara mimpi dengan kenyataan, aku sendiri sering mengalami hal ini.
Aktivitas pagi hari dimulai dengan senam kemudian membersihkan lingkungan sekitar, di makan pagi sekitar jam 9. Untuk hiburan, mereka bisa menonton tv yang disediakan namun sifatnya terbatas. Untuk soal makanan, Ibu W merasa tak nyaman dengan menu yang ada. Maklum menu yang disajikan untuk mereka tidak lah standar sebagaimana Ibu W makan, apalagi nasinya, mungkin beras kualitas rendah. Jam 4 sore, para napi harus masuk ke sel tahanan sampai hari esok lagi, sehingga banyak diantara mereka yang kesepian. Di saat inilah mereka mengalami kesepian, tertekan, karena sendiri dan ada yang tak tahan sampai kemudian bunuh diri.
Perlakuan Istimewa
Selama ini Ibu W mendapatkan perlakuan agak istimewa dibanding dengan tahanan wanita lainnya. Mungkin karena Ibu W termasuk orang yang penurut, tak berbuat onar, sehingga para sipir wanita banyak yang iba dan memberikan nasehat kepadanya.
Di saat terakhir kami banyak mendengarkan, aku pikir memang terlalu banyak unek-unek yang harus dia keluarkan. Saudaraku memberikan kode kepadaku untuk mengakhiri kunjungan, namun aku tak setuju, menunggu sampai jam besuk selesai. Kami mendengar keluhan Ibu W dan kami tidak menghiraukan para pengunjung yang lain, sepertinya yang ada di ruangan itu hanya kami bertiga.
Menurut informasi Ibu W akan di kenai sanksi hukuman selam tiga bulan sebagaimana kasus yang sama yang pernah terjadi. Tanggal 6 April akan diadakan sidang lagi, mungkin untuk keputusan masa hukuman, dan jika beruntung bisa mendapat keringangan seminggu karena kelakuan baik selama dalam masa tahanan.
Lalu seorang laki-laki berseragam biru muda (napi yang bertugas) memberitahukan kepada kami waktu kunjungan sudah habis, jika ingin perpanjang lagi harus bayar lima ribu rupiah. Akhirnya kami mengakhiri kunjungan dan Ibu W menitipkan tas kresek kepada ku. Setelah kami mohon diri kemudian dia kembali ke sel tahanan dan aku dan saudara meninggalkan aula, mengembalikan nomor pengunjung ke petugas dan pulang.
Seteklah mengantar saudaraku ke Pajang lalu aku sendiri pulang. Dalam perjalanan aku merenung sambil memikirkan bagaimana aku menyampaikan amanat yang Ibu W titipkan kepadaku. Lalu aku putuskan ke rumah anak kedua Ibu W saja, sebelum pulang kerumah, lebih cepat lebih baik.
Menyampaikan Pesan
Satu jam perjalanan sampai juga di rumahnya, aku melihat pintu rumahnya berarti ada orang disana. Di depan rumah kulihat seorang nenek, lalu aku mendekat dan aku bertemu dengan orang yang kucari anak kedua dari Ibu W, usianya duapuluhan tahun. Menikah di usia sangat muda dan saat ini memiliki dua orang anak laki-laki, tinggal di lereng pegunungan yang nyaman. Tak lama kemudian datang seorang anak laki-laki kecil yang menghampiriku juga, aku kenal dia juga. Mungkin dia mendengar suara motor ku kemudian pulang dan mendekat, sempat aku bertanya padanya. Aku dipersilahkan masuk dan kulihat anak kecil tidur di alas tikar.
Rumah mereka sangat sederhana, tembok dari anyaman bambu, penyangga utanmanya kayu jati yang masih muda dan beberapa bagian kayu glugu. Sebuah keluarga sederhana pikirku! Aku kemudian mengatakan maksud kedatanganku, mengantar pesan dari orang tuanya Ibu W dan ku berikan tas kresek titipan dari Ibu W pada wanita itu. Dan aku katakan juga bahwa accesori pena khusus diberikan untuk adik D satu-satunya Wanita itu berterima kasih pada kami karena telah mengunjungi Ibu nya di LP. Aku juga mengatakan bawah, jika ingin mengunjungi Ibu di LP jangan hari Kamis besok karena hari Libur nasional. Wanita itu berencana berkunjung hari Jumat, aku mengingatkan kalau kunjungan bisa dilakukan di hari Senin-Kamis saja, untuk haru Jumat/Sabtu khusus pengunjung kasus narkoba.
Saat itu aku tak melihat suaminya M, lalu kutanyakan pada wanita itu. Suaminya sedang bekerja di tempat tetangga. Segera saja aku mohon diri untuk pulang, jalan yang kutempuh adalah berputar menyusuri jalan dibawah lereng pegunungan. Beberapa saat kemudian sampai rumah, ketemu simbok, lalu aku ceritakan apa yang kami alami.
Akhirnya kesampaian juga menjenguk Ibu W di LP! Masih ada pesan Ibu W yang harus aku sampaikan kepada seorang yang masih kerabat dekatnya, bahwa Ibu W mengharap kedatangannya di LP Solo. Hari ini aku belum bisa menyampaikan pesan beliau, mungkin lain waktu saja. Meski Ibu W terlibat dalam tindak pidana, sampai saat ini aku hanya berpikir karena Ibu W tinggal di sebelah rumahku jadi aku harus menjenguknya.