Besok adalah setahun semenjak kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman di Klaten Jawa Tengah. Saat itu aku merantau di kota Batam, bekerja di sebuah perusahaan Jepang, Pt Japan Servo Batam. Aku telah dua tahun bekerja saat itu, dan banyak ilmu baru yang tidak kami dapatkan di bangku kuliaah maupun sekolah. Di perusahaan tersebut aku mengenal kawan, lingkungan, kehidupan, semua serba baru. Jauh dari keluarga, berjuang dan beradaptasi dengan lingkungan kerja dan masyarakat yang menrut saya juga baru. Dari situ juga aku dapat makan dan minum dari jerih payah sendiri, rasanya sangat bangga juga saat itu. Dan disitu juga aku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, tentang pengalaman hidup, pekerjaan, tanggung jawab, prestasi. Kawan, sahabat, atasan yang baik, yang akan selalu aku ingat sepanjang masa, orang-orang yang pernah berjuang, berkarya, berbagi rasa takut, sedih dan gembira bersama.
Setelah dua tahun di perusahaan tersebut aku pulang ke Jawa, suatu pemikiran yang terus ada semenjak aku menginjakkan kaki di Batam. Aku tidak tahu keputusan itu benar atau salah, karena aku sudah punya alasan sendiri. Dan aku juga sudah minta sama nasihat beberapa orang terdekatku, dan akhirnya aku menentukan pilihan tersebut. Setiap keputusan memang ada resiko, saya telah pertimbangkan dan saya telah memilih. Meskipun masih ada kesempatan terbuka untuk berkarir di perusahaan tersebut. Banyak juga kawan yang bertanya kenapa?
Yang saya rasakan saat itu adalah saya hidup dan mati di Jawa.
Seperti ada suara hati muncul!
Aku harus pulang ke Jawa! Membangun kehidupan baru, berkarya dalam kehidupan masyarkat di sana....!
Akhirnya kuputuskan pulang, dan untung aku mendapatkan pesawat tiket gratis untuk itu. Aku merasa beruntung, mendapatkan tiket untuk berangkat dan pulang sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Dalam hatiku saat itu, inilah saat yang aku tunggu, berharap perubahan yang lebih baik. Rindu pada keluarga dan para sahabat di Jawa, banyak sekali rencana yang telah aku susun sesampai dirumah nanti.
Aku naik pesawat Adam Air dari Hang Nadim ke Adi Sucipto Yogyakarta, dan transit Jakarta. Saat itu kuingat bersamaan dengan pertandingan sepak bola mungkin antara Jepang-Indonesia, sayang Indonesia mengalami kekalahan. Berangkat dari Bandara Hang Nadim sekitar pukul 1600 WIb, dan sampai di Bandara Yogya pukul 19.00 Wib. Kakakku Mas Suraji, yang tinggal di Klaten sudah aku hubungi sebelumnya untuk menjemputku, telah menunggu kedatanganku. Kami coba untuk mengambil motor yang telah aku kirim dari Batam, namun saat konfirmasi ke petugas, motor tidak lagi di Bandara tetapi sudah dipindah ke agennya dan bisa diambil besok pagi. Akhirnya nginap di tempat masku, dan esok hari aku mengambil motorku, terus pulang.
Sampai di rumah aku lihat suasana di desa sangat lain, terasa ada perubahan bangunan, maklum akibat gempa banyak menyebabkan rumah rusak. Saat itu satu dua sudah ada yang diperbaiki karena bantuan dari pemerintah sudah turun sebagian.
Hari hari pertama di rumah, aku masih dalam kondisi sakit demam, aku tidak tahu kenapa. Sebenarnya aku sudah merasakannya di kota Batam seminggu sebelum pulang. Aku kira sakit ringan saja, karena yang kurasakan saat itu pusing dan demam. Satu minggu berlalu dan aku masih merasakan sakit seperti makin berat saja. Dalam hati kenapa tidak sembuh- sembuh ya, bahkan saat itu aku berpikir bahwa aku ajalku sudah dekat. Aku tidak pernah bilang sama siapapun saat itu, aku takut membuat mereka jadi kawatir tentang aku. Menjelang hari ke 8 dirumah aku merasakan badanku terasa mending dan bisa dikatakan bahwa aku telah pulih dan sehat.
Namun lain halnya dengan kakakku Rusmanto, seperti kulihat dia sakit, aku kira sakit ringan. Aku baru tahu malamnya dia demam, makan susah sepertinya juga gelisah. Kami dulu pernah mengalami hal yang sama dan hanya beberapa hari kemudian sembuh. Aku coba untuk pijat dan kasih balsem spertinya membantu dan bisa istirahat. Keesokan harinya dia bisa main lagi seperti biasanya, dan aku kira memang sudah sehat, cuma sakit ringan pikirku. Malam kedua kambuh lagi aku rasakan saat itu bahwa dia akan pergi entah kemana, seperti dia melihat sesuatu, ketakutan. Aku jadi tidak tega, terpaksa aku batalkan untuk bertandang ke rumah teman. Aku juga minta maaf sama dia karena ingkar janji, aku bilang ada urusan mendadak. Akhirnya aku menemani kakakku bersama simbok, tidur di dekatnya. Dia bisa tidur nyenyak sampai pagi, sperti biasa, pagi harinya dia main waktu itu aku kasih marah. Di rumah saja biar cepat sembuh, saat itu aku lagi perbaiki motor, servis ringan pikirku. Tapi yang terjadi malah motor rusak, ulir tempat busi aus dan bertanya dalam hati ada apa ini? Beruntung kakakku Edi S pulang, aku minta antar ke bengkel, dan beruntung biayanya tidak mahal cuma 17 rbu. Aku kira harus ganti apa mencapai ratusan ribu.
Malam ketiga kakak sakit kambuh lagi, demam, keringat dingin, dan gelisah. Dan saat itu aku rasakan seperti ajalnya sudah dekat, aku berdoa sebisaku. Bersama simbok kami pijat tangan dan kaki, aku rasakan reaksi tangan dan kaki lain, aku pencet tetapi tidak kembali. Sepintas pikiranku ke arah sana saat perpisahan sudah dekat. Waktu itu sekitar jam 11.00 simbok bilang aku untuk tidur saja dulu biar dia yang jaga kakak, nanti gantian. Aku tidur tidak jauh dari mereka, saat itu aku gelisah dan sesekali terbangun tapi aku tak mampu menengoknya. Meski dalam hati aku tahu dan merasakan bahwa sebentar lagi akan ada perpisahan.
Sekitar 02.30 simbok memanggil nama kakakku sambil menangis, aku terbangun dan termangu dan ternyata kakakku sudah tiada. Meninggalkan kami, menuju ke surga ya ke surga Allah. Segala sesuatu adalah datang dari Allah, dan akan kembali pada Nya.
Saat itu adalah hari ke dua belas aku di rumah, dan aku beruntung bisa menemaninya di hari hari terakhir di dunia. Segera ku hubungi semua kakakku dan keluarga terdekat, dua temanku SMA, serta memberi kabar kepada mereka para tetangga. Keluarga yang didekat bisa berkumpul, hanya satu saja kakakku Warsidi sekeluarga yang tidak bisa pulang. Maklum mereka tinggal di Palangka Raya, dan atas segala pertimbangan tidak bisa pulang saat itu.
Aku berpisah selama dua tahun, bersama selama dua belas hari menjelang kepergiannya.
Aku merasa beruntung bisa bersama di hari-hari terakhirnya, aku ikut merawatnya saat sakit, turut membawa jenazahnya dan menguburkannya. Sebagai adik aku merasa belum mampu memberikan yang terbaik untuknya. Kakakaku Rusmanto sangat baik pada keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar. Tidak suka berbuat jahat, tidak mengambil hak milik orang lain dan suka menolong tetangga tanpa berharap imbalan. Meski dia lain dari kami saudara2 yang lain, tapi kami tahu dia punya kelebihan! Segala sesuatu atas kehendak Allah, jadi kenapa kita harus sombong pada sesama hidup, merasa lebih dari yang lain. Segala yang makhluk bernapas pasti mati, cuma masalah waktu, dekat atau lambat saja.
- Setahun Kepergian Kakakku
Tanggal 19 Juli 2008 adalah tepat satu tahun kepergian kakakku Almarhum Rusmanto dalam perhitungan jawa, dan satu tahun aku telah pulang kembali di Desa/Jawa. Kami sekeluarga berdoa untuk arwahnya semoga Allah mengampuni dosa-dosanya selama di dunia, meluaskan kuburnya, memberi ketenangan dalam alam kubur, memberi tempat yang lebih baik. Bagi kami sekeluarga semoga Allah memberikan kesabaran, ketenangan baik hati dan pikiran, rezeki, keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan semoga kelak Allah menempatkan almarhum dia di dalam SurgaNya bersama kami para keluarga dan para kekasih Allah yang lain. Amin
Aku berharap kita bisa bertemu lagi walau hanya dalam mimpi!
Kami akan selalu mengenangmu dan selamat jalan!
In Our Memory :
Alm. RM. Rusmanto (Sukoco/Heru)
21 Oktober 1974 - 1 Agustus 2007