Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Senin, 28 Juli 2008

Apakah Tuhan Itu Ada?

seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ke tanah air. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang, Guru agama, kiai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut. Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?

Kyai: Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda

Pemuda: Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.

Kyai: Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya

Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya

Apakah yang dinamakan takdir

Kalau syetan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan Sebab mereka memiliki unsur yang sama.

Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?

Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras.

Pemuda (sambil menahan sakit): Kenapa anda marah kepada saya?

Kyai: Saya tidak marah…Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya

Pemuda: Saya sungguh-sungguh tidak mengerti

Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit

Kyai: Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?

Pemuda: Ya

Kyai: Tunjukan pada saya wujud sakit itu !

Pemuda: Saya tidak bisa

Kyai: Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.

Kyai: Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?

Pemuda: Tidak

Kyai: Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?

Pemuda: Tidak

Kyai: Itulah yang dinamakan Takdir

Kyai: Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?

Pemuda: kulit

Kyai: Terbuat dari apa pipi anda?

Pemuda: kulit

Kyai: Bagaimana rasanya tamparan saya?

Pemuda: sakit

Kyai: Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, Jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan Menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.

Sumber : Apakah Tuhan Itu Ada?

Jumat, 18 Juli 2008

Setahun Pulang Ke Jawa

Besok adalah setahun semenjak kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman di Klaten Jawa Tengah. Saat itu aku merantau di kota Batam, bekerja di sebuah perusahaan Jepang, Pt Japan Servo Batam. Aku telah dua tahun bekerja saat itu, dan banyak ilmu baru yang tidak kami dapatkan di bangku kuliaah maupun sekolah. Di perusahaan tersebut aku mengenal kawan, lingkungan, kehidupan, semua serba baru. Jauh dari keluarga, berjuang dan beradaptasi dengan lingkungan kerja dan masyarakat yang menrut saya juga baru. Dari situ juga aku dapat makan dan minum dari jerih payah sendiri, rasanya sangat bangga juga saat itu. Dan disitu juga aku mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, tentang pengalaman hidup, pekerjaan, tanggung jawab, prestasi. Kawan, sahabat, atasan yang baik, yang akan selalu aku ingat sepanjang masa, orang-orang yang pernah berjuang, berkarya, berbagi rasa takut, sedih dan gembira bersama.
  • Keputusan Sudah Bulat
Setelah dua tahun di perusahaan tersebut aku pulang ke Jawa, suatu pemikiran yang terus ada semenjak aku menginjakkan kaki di Batam. Aku tidak tahu keputusan itu benar atau salah, karena aku sudah punya alasan sendiri. Dan aku juga sudah minta sama nasihat beberapa orang terdekatku, dan akhirnya aku menentukan pilihan tersebut. Setiap keputusan memang ada resiko, saya telah pertimbangkan dan saya telah memilih. Meskipun masih ada kesempatan terbuka untuk berkarir di perusahaan tersebut. Banyak juga kawan yang bertanya kenapa? Yang saya rasakan saat itu adalah saya hidup dan mati di Jawa. Seperti ada suara hati muncul! Aku harus pulang ke Jawa! Membangun kehidupan baru, berkarya dalam kehidupan masyarkat di sana....!
  • Naik Pesawat Adam Air
Akhirnya kuputuskan pulang, dan untung aku mendapatkan pesawat tiket gratis untuk itu. Aku merasa beruntung, mendapatkan tiket untuk berangkat dan pulang sesuai dengan perjanjian kontrak kerja. Dalam hatiku saat itu, inilah saat yang aku tunggu, berharap perubahan yang lebih baik. Rindu pada keluarga dan para sahabat di Jawa, banyak sekali rencana yang telah aku susun sesampai dirumah nanti.
Aku naik pesawat Adam Air dari Hang Nadim ke Adi Sucipto Yogyakarta, dan transit Jakarta. Saat itu kuingat bersamaan dengan pertandingan sepak bola mungkin antara Jepang-Indonesia, sayang Indonesia mengalami kekalahan. Berangkat dari Bandara Hang Nadim sekitar pukul 1600 WIb, dan sampai di Bandara Yogya pukul 19.00 Wib. Kakakku Mas Suraji, yang tinggal di Klaten sudah aku hubungi sebelumnya untuk menjemputku, telah menunggu kedatanganku. Kami coba untuk mengambil motor yang telah aku kirim dari Batam, namun saat konfirmasi ke petugas, motor tidak lagi di Bandara tetapi sudah dipindah ke agennya dan bisa diambil besok pagi. Akhirnya nginap di tempat masku, dan esok hari aku mengambil motorku, terus pulang.
Sampai di rumah aku lihat suasana di desa sangat lain, terasa ada perubahan bangunan, maklum akibat gempa banyak menyebabkan rumah rusak. Saat itu satu dua sudah ada yang diperbaiki karena bantuan dari pemerintah sudah turun sebagian.
  • 2 Tahun = 12 Hari
Hari hari pertama di rumah, aku masih dalam kondisi sakit demam, aku tidak tahu kenapa. Sebenarnya aku sudah merasakannya di kota Batam seminggu sebelum pulang. Aku kira sakit ringan saja, karena yang kurasakan saat itu pusing dan demam. Satu minggu berlalu dan aku masih merasakan sakit seperti makin berat saja. Dalam hati kenapa tidak sembuh- sembuh ya, bahkan saat itu aku berpikir bahwa aku ajalku sudah dekat. Aku tidak pernah bilang sama siapapun saat itu, aku takut membuat mereka jadi kawatir tentang aku. Menjelang hari ke 8 dirumah aku merasakan badanku terasa mending dan bisa dikatakan bahwa aku telah pulih dan sehat. Namun lain halnya dengan kakakku Rusmanto, seperti kulihat dia sakit, aku kira sakit ringan. Aku baru tahu malamnya dia demam, makan susah sepertinya juga gelisah. Kami dulu pernah mengalami hal yang sama dan hanya beberapa hari kemudian sembuh. Aku coba untuk pijat dan kasih balsem spertinya membantu dan bisa istirahat. Keesokan harinya dia bisa main lagi seperti biasanya, dan aku kira memang sudah sehat, cuma sakit ringan pikirku. Malam kedua kambuh lagi aku rasakan saat itu bahwa dia akan pergi entah kemana, seperti dia melihat sesuatu, ketakutan. Aku jadi tidak tega, terpaksa aku batalkan untuk bertandang ke rumah teman. Aku juga minta maaf sama dia karena ingkar janji, aku bilang ada urusan mendadak. Akhirnya aku menemani kakakku bersama simbok, tidur di dekatnya. Dia bisa tidur nyenyak sampai pagi, sperti biasa, pagi harinya dia main waktu itu aku kasih marah. Di rumah saja biar cepat sembuh, saat itu aku lagi perbaiki motor, servis ringan pikirku. Tapi yang terjadi malah motor rusak, ulir tempat busi aus dan bertanya dalam hati ada apa ini? Beruntung kakakku Edi S pulang, aku minta antar ke bengkel, dan beruntung biayanya tidak mahal cuma 17 rbu. Aku kira harus ganti apa mencapai ratusan ribu. Malam ketiga kakak sakit kambuh lagi, demam, keringat dingin, dan gelisah. Dan saat itu aku rasakan seperti ajalnya sudah dekat, aku berdoa sebisaku. Bersama simbok kami pijat tangan dan kaki, aku rasakan reaksi tangan dan kaki lain, aku pencet tetapi tidak kembali. Sepintas pikiranku ke arah sana saat perpisahan sudah dekat. Waktu itu sekitar jam 11.00 simbok bilang aku untuk tidur saja dulu biar dia yang jaga kakak, nanti gantian. Aku tidur tidak jauh dari mereka, saat itu aku gelisah dan sesekali terbangun tapi aku tak mampu menengoknya. Meski dalam hati aku tahu dan merasakan bahwa sebentar lagi akan ada perpisahan. Sekitar 02.30 simbok memanggil nama kakakku sambil menangis, aku terbangun dan termangu dan ternyata kakakku sudah tiada. Meninggalkan kami, menuju ke surga ya ke surga Allah. Segala sesuatu adalah datang dari Allah, dan akan kembali pada Nya. Saat itu adalah hari ke dua belas aku di rumah, dan aku beruntung bisa menemaninya di hari hari terakhir di dunia. Segera ku hubungi semua kakakku dan keluarga terdekat, dua temanku SMA, serta memberi kabar kepada mereka para tetangga. Keluarga yang didekat bisa berkumpul, hanya satu saja kakakku Warsidi sekeluarga yang tidak bisa pulang. Maklum mereka tinggal di Palangka Raya, dan atas segala pertimbangan tidak bisa pulang saat itu. Aku berpisah selama dua tahun, bersama selama dua belas hari menjelang kepergiannya. Aku merasa beruntung bisa bersama di hari-hari terakhirnya, aku ikut merawatnya saat sakit, turut membawa jenazahnya dan menguburkannya. Sebagai adik aku merasa belum mampu memberikan yang terbaik untuknya. Kakakaku Rusmanto sangat baik pada keluarga, tetangga dan masyarakat sekitar. Tidak suka berbuat jahat, tidak mengambil hak milik orang lain dan suka menolong tetangga tanpa berharap imbalan. Meski dia lain dari kami saudara2 yang lain, tapi kami tahu dia punya kelebihan! Segala sesuatu atas kehendak Allah, jadi kenapa kita harus sombong pada sesama hidup, merasa lebih dari yang lain. Segala yang makhluk bernapas pasti mati, cuma masalah waktu, dekat atau lambat saja.
  • Setahun Kepergian Kakakku
Tanggal 19 Juli 2008 adalah tepat satu tahun kepergian kakakku Almarhum Rusmanto dalam perhitungan jawa, dan satu tahun aku telah pulang kembali di Desa/Jawa. Kami sekeluarga berdoa untuk arwahnya semoga Allah mengampuni dosa-dosanya selama di dunia, meluaskan kuburnya, memberi ketenangan dalam alam kubur, memberi tempat yang lebih baik. Bagi kami sekeluarga semoga Allah memberikan kesabaran, ketenangan baik hati dan pikiran, rezeki, keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah serta kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan semoga kelak Allah menempatkan almarhum dia di dalam SurgaNya bersama kami para keluarga dan para kekasih Allah yang lain. Amin
Aku berharap kita bisa bertemu lagi walau hanya dalam mimpi! Kami akan selalu mengenangmu dan selamat jalan!
In Our Memory : Alm. RM. Rusmanto (Sukoco/Heru)
21 Oktober 1974 - 1 Agustus 2007

Jumat, 11 Juli 2008

Yang Selalu Hadir

Aku ingat sekali di masa kecil ku bersama bapakku, suatu kejadian yang sangat berkesan bagiku terhadap sosok Bapak. Bapak yang mengukir jiwa dan raga kami sekeluarga, merawat, menjaga dan berjuang setiap masa. Dengan rasa sabar dan penuh dedikasi, mengabaikan rasa sakit dan lelah Bapak berusaha mencukupi kebutuhan kami dan harapan hari esok lebih baik.
Pendidikan No Satu, Lainnya No Dua
Bapakku seorang petani yang ulet di desa kami dan sangat konsen dengan pendidikan anak-anaknya. Berharap kelak menjadi orang yang lebih dari sekedar petani, empat dari 6 bersaudara kami dapat menlanjutkan studi yang lebih tinggi. Meskipun disini kuliah bukan jaminan kesejahteraan, hal itu cukup membuktikan perjuangan dan usaha kami sekeluarga. Yang ada dalam pikiran kami adalah bagaimana caranya bisa kuliah lebih tinggi dan untuk mencapai tujuan itu kami harus membatasi keinginan lain, karena keterbasan ekonomi keluarga!
Aku ingat sekali waktu itu aku masih sekolah TK, pagi hari aku menangis! Aku tidak ingat banyak kenapa, yang teringat saat itu aku tidak mau masuk sekolah. Padahal saat itu sudah memakai seragam sekolah, Bapak sangat risau sekali. Beberapa usaha dia lakukan agar aku mau berangkat ke sekolah, mengantar dan memberi uang saku untuk jajan di sekolah. Padahal kami tidak terbiasa dengan uang saku saat pergi ke sekolah. Singkatnya aku jadi berangkat sekolah diantar Bapak pake sepeda, baru sekali aku ke sekolah di antar, biasa berangkat sama kawan dengan berlari. Sekolah TK kami tidak jauh dari rumah, lima menit berjalan sudah sampai.
Namun saat itu uang saku aku belikan apa, ........ Aku tidak ingat lagi..!
Lagi pada saat kelas 6 SD pernah aku bilang sama Bapak, kalo aku lulus SD mau jual es saja tidak usah sekolah lagi. Sepertinya saat itu Bapak tidak rela aku tidak sekolah aku kena marah. Memang aku saat itu tidak tahu mana yang lebih baik, antara sekolah jenjang lebih tinggi dan tamat SD. Aku saat ini merasa beruntung, pada saat itu Bapak marah, jadi aku terus melanjutkan ke sekolah bahkan sampai kuliah. Aku jadi tahu banyak hal dan aku merasa memang otakku mampu, aku menyukai sekolah, aku berprestasi. Aku menyukai IPA, Matematika, Fisika, dan aku menikmati pelajaran itu. Para Guru suka padaku, image keluarga diperhitungkan di masyarakat.
Langkah Kecilku Tak Sejauh Langkah Bapak
Peristiwa lain yang masih teringat di masa kecilku mungkin umurku baru 5 tahun. Pernah suatu waktu kami harus kerja ke sawah, saat itu sedang musim tanam. Pagi kami berangkat ke sawah, aku berjalan dibelakang bapakku. Saat iku aku pake topi namun tidak bawa perbekalan sedang Bapakku membawa cangkul dipundak dan sabit dibelakang. Yang kuingat waktu itu adalah kenapa aku selalu tertinggal dari pada Bapak? Padahal beberapa kali saya mencoba mendahului dengan berlari. Sehingga posisiku beberapa langkah didepan Bapak lalu berjalan biasa. Namun beberapa saat kemudian aku tertinggal lagi, begitu berulang ulang. Terasa sekali langkah Bapak lebih cepat, dan aku seakan tak mampu mengimbanginya. Saat itu aku berharap bisa berjalan bersama disampingnya, sesaat memang bisa tetapi lebih banyak tertinggalnya.
Aku baru sadar bahwa langkahku saat itu tak sejauh langkah Bapak, aku harus banyak berlari!
Sama yang kurasakan saat ini, Aku masih jauh dari impian orang tuaku. Dan sepertinya
aku harus lebih banyak berlari lagi.........!
Aku tidak tahu mengapa aku begitu terkesan dengan peristiwa itu saat bersama Bapak. Dan sepertinya aku tidak akan pernah melupakannya............................

Selaras dan Kebetulan

Kebetulan,
Jika apa yang kita perlukan\butuhkan tiba tiba muncul didepan mata, pasti enak ya...!
Pas lagi lapar, ada orang mau nraktir, lagi ingin ke suatu tempat ada teman yang mengantar. Ada rencana telpon\sms teman tapi tidak punya pulsa, beberapa saat kemudian justru dia yang nelpon ke kita, lumayan kan gratis.
Kita memerlukan sesuatu, sesorang menawarkan sesuatu, sudah klop banget. Rasanya seperti sesuatu yang kita perlukan sudah disediakan dan kita tinggal mengambilnya. Meski semua datang begitu saja tanpa kita duga, kita tidak bisa memprediksi datangnya, cepat atau lambat ataukah hari ini, besok atau kapan saja.
Dalam hal seperti ini saya berpikir semua hal itu datangnya dari Allah, kita yang meminta dan Dia yang memberi. Allah memberikan permintaan kita dengana cara yang tak terduga dan kita tidak tahu Allah memberikannya lewat perantara siapa dan apa dan bagaimana. Menurutku itu sudah kehendak Allah, dan kita manusia tidak dapat memahami logika Allah, dan pasti tidak akan mampu. Kita manusia, banyak menggunakan hanya yang logika manusia bukan logika Allah, banyak berharap dengan logika namun tidak berharap dari yang tak terduga. Logika Allah disini maksudnya adalah bahwa segala seuatu datangnya dari Allah. Banyak hal yang kita rencanakan, tidak sesuai rencana
Selaras
Yang kurasakan akhir-akhir ini adalah seperti ini, seakan semua yang saya perlukan ada dan datang silih berganti. Meski hanya kepentingan sekecil apapun, bagi saya itu adalah nikmat Allah yang diberikan pada saya.
Bagaimana jika hal ini terjadi setiap hari, sepertinya terasa bahagia.! Memang bahagia..... Permintan kita selaras dengan kehendak Allah. Bukan kita yang minta tetapi Allah berkehendak bahwa kita meminta hal itu. Menatap hari esok lebih cerah, optimis, kreatif dan cerdas.

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas