Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Selasa, 25 November 2008

Bonus Hari Ini

Bonus Hari ini ...!
Aku tidak tahu tadi pagi bisa bangun pagi, ada semangat untuk bangun pagi tapi tidak tau kenapa. Memang beberapa hari ini keadaan bapak sakit demam atau flu, aku kawatir dengan kondisi. Namun aku belum membuat suatu keputusan untuk berusaha merawat atau mengantar dokter.Sepertinya keadaanku sampai saat itu memang lagi tidak mood, maunya tidur terus seperti bayi keponakanku yang baru satu setengah bulan lahir. Beberapa hari ini memang ada rasa kekawatiran tentang kondisi bapak yang belum mambaik.
Aku biarkan simbok yang merawatnya, aku mengandalkannya karena simbok sangat telaten dalam soal merawat keluarga apalagi bapak yang sedang sakit.
Aku bangun pagi dan kudekati bapak yang sedang tidur, rencana sih tidur disampingnya ada bisikan dalam hati untuk memberikan pijatan dengan balsem. Dan aku mulai dari kedua kaki lalu kuteruskan kedua tangan dan terakhir ke daun telinga. Aku merasakan bahwa kondisi bapak saat itu memang lemah. Aku berpikir untuk mengundang seorang dokter saja nanti biar ke rumah. Aku dengan namanya Pak Suripto, tugas dinas di Puskesmas Balak. Aku coba menghubungi beliau lewat handphone yang kudapatkan nomernya dari manantu Pakde Manto. Kami mengetahui beliau sering mengobati Pakde saat sakit. Aku coba hubungi beberapa kali tidak bisa sambung, lalu ku putuskan untuk menjemput di Puskesmas sesuai nasehat Pakde.

Bonus Pertama : Aku bisa menghubungi Pak Suripto (Dokter)

Aku lalu berangkat ke Puskesmas, dan aku temukan tempatnya, sebelumnya aku tidak tau posisi tepatnya dimana. Namun akhirnya ketemu juga, setelah sampai di parkir ketemu penjaga P Ayub, aku tanyakan tentang P Suripto padanya. Dia memberitahuku bahwa dia baru saja pergi, dan memberikan aku sebuah nomor barunya dan segera saja kutelpon. Aku dengar nada tunggu dan beberapa saat diangkat. Aku minta beliau ke rumah di Kalideres dan mau. Saat itu aku senang sekali. Janjiku pada bapak untuk mendatangkan beliau bisa terjadi. Lalu aku pulang dan memberitahukan ke bapak dan simbok sekalian aku bilang mau ke Solo main ke tempat mas Edi. Dalam hati aku minta dia untuk pulang, namun aku tidak mengatakan kepada simbok dan bapak. Lalu aku pamitan sekalian meninggalkan uang untuk biaya nanti. Waktu sampai di Solo, aku harus nunggu mas Edi beberapa saat karena baru ada urusan. Aku bilang padanya pulang ke Kalideres sebentar, namun aku tidak mengatakan situasi sebenarnya. Aku cuma bilang padanya harus pulang meski sebentar, tak diduga dia mau saat itu juga dan aku diminta nunggu sebentar.

Bonus Kedua : Mas Edi bisa pulang hari ini

Akhirnya kami pulang bersama dan sampai rumah, aku biarkan mas Edi menemui Bapak sendiri. Targetku hanya minta dia pulang sebentar malam ini atau besok, ternyata dia putuskan saat ini juga. Aku dengar dia menangis, mungkin merasa iba dengan kondisi bapak yang masih sakit.

Bonus Ketiga : Janjiku Meminta Pak Suripto datang ke rumah terpenuhi

Simbok cerita kalau Pak Suripto sudah datang, bapak disuntik dua kali dan dikasih obat. Lalu memberi resep obat dan mengatakan kalo obat habis agar periksa lagi. Lalu aku telepon lagi Pak Suripto untuk ucapkan terima kasih telah datang. Aku juga tanyakan diagnosa yang ternyata 'flu tulang'.

Bonus ke Empat: Dapat Surat Panggilan CPNS Salatiga

Beberapa saat handphone berdering dan kuperhatikan nomor baru flexi, kukira bos Army.Net yang nelpon. Ternyata dari Kantor Pos, undangan ujian PNS dari Salatiga yang selama ini kutunggu. Lalu aku ke Kantor Pos sampai di depannya ternyata ramai anak sekolah SMP yang mau wisata naik bis persiapan berangkat. Disitu juga banyak orang tua yang mengantar keberangkatan anak-anaknya. Aku sampai di Kantor Pos melewati kerumunan orang-orang dan mengambil surat undangan. Sampai rumah aku buka dan kasih tau ke bapak dan mas Edi. Aku minta dukungan dan doa restunya.

Bonus ke Lima : Status temanku dan gadis tetangga

Beberapa saat kemudian handphone berdering lagi dan aku angkat seorang teman SMA yang selama ini sedang mendekati gadis tetanggaku. Selama ini aku memberi dia hanya sebatas dukungan, karena aku tidak bisa membantu lebih dari itu, aku bilang tidak punya kartu as untuk dimainkan. Tapi dia bisa menerima karena sudah pasrah juga. Aku mengatakan kalau sekarang sudah jelas statusnya 'tidak', dimana sebelumnya mengambang antara ya dan tidak, terus maju atau mundur. Aku juga mengatakan kejadiannya seperti klip lagu nya Yovie Nuno 'Dia Milikku'. Gadis yang diperebutkan dua sahabat namun terakhir yang mendapatkan sang gadis adalah orang lain. Temanku juga mengatakan kalau bapaknya juga di opname di RSI Cawas, dia baru saja pulang sebentar lalu menghubungiku, ibunya yang menunggu di RSI.

Setelah itu kami berdebat dengan mas Edi, setiap kami bertemu kami memang sering melakukannya. Tujuan kami adalah saling menasehati, memperbaiki dan berharap Tuhan akan memberikan kami yang lebih baik. Kami melakukannya di depan Bapak, saling adu argumen dan saling mengoreksi satu sama lain. Dan kadang intonasi/nada tinggi juga terjadi di antara kami.

Kami memang saling menguji diri, kami berlainan bakat mas Edi orangnya cenderung banyak ide, bicara, aktif dan percaya diri sedangkan aku kebalikannya. Aku cenderung diam, pasif, dan kurang pede. Tapi menurutku aku lebih bijaksana, aku menganggap diriku adalah seorang wisnu, ahli strategi, bijaksana. Meski kadang aku juga menjelma jadi patih sengkuni menghasut. Namun sifat sengkuniku tidak terlalu nampak, aku mengetahui sifat sengkuniku ketika ingat waktu SD kelas enam. Aku jadi informan dari dua kawanku yang bertikai. Namun karena ada salah satu kawanku yang menurutku berkianat aku terkena batunya. Aku jadi terisih dari mereka saat keduanya telah berdamai. Sejak saat itu aku menyesalinya, begitulah rasanya mendua.

Kalau mas Edi adalah seorang Soekarno maka aku adalah seorang Soeharto. Banyak orang yang percaya, terhipnotis ketika mas Edi berbicara. Apa yang dia katakan seolah-olah terjadi dan benar, memang dia banyak sekali temannya yang orang hebat. Dia sering bertemu dengan tokoh tokoh hebat karena dia masuk organisasi. Aku melihat dia memang berbakat dalam hal itu.

Jalan pikiran kami memang sejalan, tiap kali berbicara selalu sambung, meski kadang aku harus menurut pendapat mas Edi. Kadang aku lakukan bukan karena punya tidak punya pendapat sendiri, tapi karena aku merasa sebagai adik. Dalam kamusku, orang yang lebih tua didahulukan, sebagai panutan, patuh, sebagai orang yang dihormati. Ini juga yang kadang membuatku menjadi lemah, dalam keadan tertentu aku berat mengambil keputusan yang melibatkan garis usia. Sering kali aku bilang ya, meski dalam hati aku bilang tidak.

Bonus ke Enam : Temanku Deddy Menghubungiku

Waktu di warnet ada panggilan masuk, kuperhatikan nomor baru masuk. Seorang teman dulu di Batam ( Deddy)menelpon dan mau ke Yogya minggu depan. Kami merencanakan untuk ketemu di Yogya reuni hari Minggu, dia punya waktu tiga hari di Yogya. Padahal beberapa hari lalu aku baru saja tahu nama seseorang yang kebetulanan namanya Dedy aku jadi teringat temanku di Batam dulu. Nah baru saja dia menghubungiku.

Bonus ke tujuh : Temanku SMA mampir ke warnet

Bonus ke delapan : Pak Wasimin menelpon tentang file di USB-nya

Bonus ke sembilan : Dapat uang Rp.2000,-

Bonus ke sepuluh : Aku memberi seseorang tua Rp.1000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas