Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star

Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang


Terima kasih atas kunjungan anda!




Jumat, 31 Oktober 2008

Mengunjungi Teman

Kurencanakan pagi tadi, seusai shalat Jumat, aku akan mampir ke rumah teman waktu berangkat sekolah dulu. Meski kami beda kelas dan dia di satu tingkat di atasku, aku ingin menjaga agar hubungan kami berjalan baik. Tidak peduli siapa dia atau jadi apapun dia, tiap kali kami ketemu, bertukar pikiran mengenai semua masalah terutama kondisi negara saat ini yang sedang maraknya calon presiden buat pemilu 2009. Kadang juga tentang info terbaru yang terjadi di masyarakat. Seingatku tiga bulan lalu, waktu lewat depan rumahnya namun kami tidak bisa berbicara banyak. Saat itu waktunya tidak tepat, itu seperti dalam pikiranku saat itu. Aku tak tau apa yang terjadi padanya, sudah sekian lama aku tidak pernah berjumpa dengannya. Sudah sekian lama tidak pernah keluar menemui teman atau pergi ke suatu tempat. Temanku yang satu ini tidak keluar lebih dari 200 meter persegi, kira-kira 8 tahun lamanya. Dia juga tidak pernah meninggalkan desa kami, ke sawahpun juga tidak pernah. Sepertinya dia menikmati kehidupan dia sendiri beserta orang tua, saudara dan keponakannya dan tetangga disamping rumah. Dan yang terjadi adalah komentar miring dari masyarakat, kebanyakan mereka termasuk aku menyebutnya suatu hal yang aneh. Betapa tidak, ketika orang lain pergi kesana kemari dan jenuh tinggal di rumah seharian, sepertinya dia menikmati kesendiriannya. Apalagi beberapa bulan lalu, ayahnya meninggal dunia dan aku sempat berpikir tentang nasib temanku ini kelak. Ketika orang heran dan memandang negatif terhadap apa yang dia lakukan, aku justru sebaliknya aku memandang positif terhadap apa yang dia lakukan. Orang lain banyak yang sibuk dengan urusan keduniaan, menurutku dia justru jauh kehidupan dunia. Ketika temanku yang lain tidak setuju dengan apa yang dia lakukan, aku justru sedikit membelanya. Karena apa yang orang lain katakan belum tentu sesuai dengan apa yang di alami sebenarnya. Sesorang berbeda dengan yang lain, dan belum tentu apa yang orang senang lakukan membuat orang lain senang juga dan kadang justru membuat mereka tersiksa. Seperti kehidupan para pertapa, yang tidak mengejar materi namun hidup menyendiri di hutan dan bertapa. Menurutku itu suatu julukan yang pas untuknya. Suatu hal yang sulit bukan, ketika orang sibuk memikirkan dengan kemewahan, kendaraan, baju bagus dan bersenang-senang, sementara dia merasa cukup dengan dunia di sekitarnya. Waktu kutanya kenapa di rumah saja, sepertinya yang dia perlukan makan, tidur, bermain sama keponakan, lihat tv atau dengar dari radio. Akhir bulan lalu aku bersama teman merencanakan sesuatu padanya, kami ingin membuat sesuatu yang berbeda padanya. Kami ingin menunjukkan bahwa ada sesuatu di luar sana, kami ingin menunjukkan padanya bahwa diluar sana banyak orang melakukan ini dan itu dalam kesehariannya. Kami ingin membantu dia menemukan dirinya kembali, layaknya orang yang hidup bertetangga, bermasyarakat atau bernegara. Kami ingin mengatakan padanya bahwa ada kehidupan di luar sana yang harus dia raih, kami juga ingin mengatakan bahwa orang tua dan kerabat belum cukup. Suatu saat dia memerlukan bersosial dengan masyarakat yang lain, atau mungkin membentuk keluarga sendiri. Kalau masalah ini target kami tidak terlalu tinggi, kami hanya menunjukkan bahwa ada dunia lain di luar sana yang mungkin bisa membuat dia bahagia atau merasa hidup...! Dia tidak sendirian di dunia ini...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Warung Soto Ayam Mulud

Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious

By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas