Ketika aku sering ke Solo seorang kawan menghubungiku, Haryanto teman waktu SMA. Kami sangat akrab sehingga aku menggunakan sebutan dalam keluarga ya Pakdhe, aku rasa nama panggilan itu sebutan paling akrab dibanding yang lain. Aku tak menyangka dari peristiwa itu menjadi awal aku mengenal orang, blog, internet. Aku juga bertemu dengan orang-orang istimewa, Pak/Ibu Wisnu Wijaya, Adik Ferbian, adik Nova, Mr Sunarto, Mbak Puji, Mas Daryono Mie Ayam Mekar Sari, atau mas Lagiman yang jual Mie/Nasi Goreng di seberang jalan. Disebelah ada yang jual Soto Ayam Bu Harto bersama kedua anaknya dibantu Pak Mulud (bapak dari kawanku). Kalo yang jual Soto Daging disebelah utara tetanggau, Mas Joko dan Mas Trimo kadang anaknya yang masih SMP dan SD main ke sini. AKhir-akhhir ini saja tak kesini karena sudah musim sekolah.
Ada lagi master saya P Sabariyanto yang banyak sibuknya, kalo ke warnet cuma chatting saja. Selain mengajar bahasa inggris di SMA beliau juga ngajar di STAIN dan punya perguruan intifadhoh lagi punya warnet di Yogya. Kemudian P Wasono seorang guru bahasa jawa pernah tampil mendalang di Jepara waktu masih tugas disana beberapa prestasi tingkat propinsi pernah diraihnya, P Warsito seorang guru sekolah dasar yang sedang melanjutkan S2, P Wasimin seorang karyawan, dan masih banyak lagi Pak yang lain yang memberikan banyak inspirasi pada diriku. Semuanya berawal dari tanpa hal khusus, semua peristiwa yang terjadi diluar dugaan, waktu mengenal beliau aku melihat kelebihan mereka masing-masing. Ada sesuatu yang aku ingat dari mereka, karisma, kepandaian atau kebaikan nya yang sangat berkesan padaku.
Pertama kali bertemu adalah biasa seseorang belum ada respek pada masing-masing pribadi, hingga salah satu darinya menemukan sesuatu yang lebih/aneh yang menyita sedikit perhatian. Dari situ pada pertemuan selanjutnya bisa dilanjutkan dan akhirnya akan terjadi suatu ikatan batin. Di pertemuan berikutnya mereka akan saling mengenal dari semua sisi baik positif dan negatifnya.
Khusus untuk cewek ada Anggita sebagai teman yang aku anggap sebagai adik sendiri, Enkana yang juga masih sekolah SMA sering main ke warnet. Mereka memanggilku pakdhe, mungkin mereka mendengar ketika aku memanggil pakdhe pada kawan yang pernah datang kemari. Aku tidak keberatan dengan sebutan itu, kesannya lebih akrab. Banyak lagi adik-adik cewek yang kukenal, mereka masih sekolah SMP atau SMA ada beberapa yang sudah kulian di Solo atau di Yogya. Aku belajar dari mereka, berbagai macam sifat mereka aku jadi sedikit paham dengan mereka wanita. Bahkan ada yang tiap kali kesini bersama menurutku pacarnya selalu bertengkar, meski mereka kadang terlihat bercanda. Kadang salah satu diantara mereka meminta pendapatku untuk memihaknya, kalau sudah begini aku biasanya bingung mau bela yang mana.
Ada lagi Ryan keponakan dari kawanku tiap kali ke warnet selalu mencari musik midi dan lagu barat. Sekolah kejuruan jurusan teknologi informasi, kelas dua di sekolah kejuruan negeri ngawen gunungkidul. Meski kadang kusindir kenapa sekolah komputer belum bisa komputer dasar. Aku ingin coba bangkitkan rasa ingin tahunya yang masih kurang, namun sampai saat ini belum bisa. Aku di warnet bertemu banyak teman baru dan ketemu dunia baru, di sini aku punya kesempatan untuk melihat dunia dari balik layar. Banyak hal kutemukan disini, informasi yang aku perlukan aku bisa dapatkan dalam sekejap.
Guruku DatangBaru saja aku mengedit tulisan ini (29 Desember 2008) sore hari dikejutkan dengan kedatangan dua orang bapak. Waktu kuperhatikan, aku tak asing lagi melihat beliau, meski sudah puluhan tahun tak pernah ketemu aku masih ingat wajah mereka. Mereka adalah guru ketika aku SMP di Pangudiluhur, segera aku salami beliau berdua sambil menyebut namanya satu persatu. Kali ini tak bertemu di sekolah namun di warnet, beliau berdua ingin melihat pengumuman hasil sertifikasi guru yang dilaksanakan di FKIP UNS. Padahal tadi malam waktu melihat Kirab Pusaka di Solo, aku coba mangkal di jalan Slamet Riyadi dan melihat di seberang jalan ada nama sekolah SMP PangudiLuhur. Aku jadi teringat almamater sekolahku dulu, teringat sama Bapak/Ibu Guru, yang paling istimewa Pak Stepanus Widodo. Teringat waktu masuk pertama kali menanyakan siapa diantara satu kelas yang masuk sekolah di situ dengan terpaksa. Saat itu aku mengacungkan jari, dengan jujur dan bersemangat aku jawab pertanyaan itu, ada satu teman ku tapi lupa siapa. Aku terpaksa masuk sekolah disitu karena tak bisa masuk SMP 1 Cawas. Waktu itu beliau menasehati kami jangan sampai melakukan suatu hal dengan perasaan terpaksa. Aku memang tidak mengatakan sebenarnya, waktu masih kelas enam aku memang ingin masuk sekolah di situ. Tapi karena kehendak orang tua dan kakak, aku diminta mencoba daftar dulu di Negeri. Saat itu memang nilai ku tak masuk kualifikasi di sekolah negeri. Jadi meski aku daftar ya tak diterima, dalam bayanganku saat itu aku harus nunggu tahun depan lagi. Beruntung kakakku yang tertua pulang waktu itu masih kuliah di IKIP Semarang, dan dia alumni SMP Pangudiluhur juga. Jadi dengan mudah bisa melobi pihak sekolah di SMP Pangudiluhur untuk menerima aku. Saat itu ada beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Yang paling aku ingat namanya Sumino, orang tuanya tidak mampu menyekolahkan sehingga rencana dia tak sekolah. Oleh tetangganya yang juga seorang guru di SMP Pangudiluhur Pak Marwoto namanya, dia didatarkan. Aku dengar dia mendapatkan keringanan membayar SPP dari pihak sekolah.
Dan yang datang sore tadi adalah beliau Pak Stepanus Widodo yang mengajar kami Fisika dan Matematika beserta Pak Fx Sugeng Siswanto yang mengajar Matematika kelas lain. Aku tak tahu ini sebuah kebetulan atau apa, aku hanya berpiir bahwa kita sering diberi petunjuk namun kadang kita mengabaikan. Semua kebenaran milik Allah, meski aku menganggap bahwa setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita adalah petunjuk bagi kita.
Wah senang sekali, aku dulu juga pernah ketemu juga dengan guru di SMA di warnet, Pak Triyono yang mengajar bahasa inggris dan pak Sajiyono guru sejarah. Aku juga menyapa mereka dan menanyakan tentang kabar terbaru di sekolah tempat aku dulu belajar. Mereka sangat baik menanggapi pembicaraanku, mungkin mereka tak ingat lagi padaku. Tapi aku masih mengingat mereka semua, setiap para guru yang memberikan kesan padaku akan selalu kuingat sampai kapankun. Aku belajar dari mereka, jadi sudah sepantasnya aku berterimakasih pada mereka semua.