Seperti biasanya Deddy datang lalu menyapa "mas nomer pira", lalu main internet. Setelah beberapa jam buka internet dan selesai lalu bercerita bahwa selama ini dia telah banyak menghamburkan uangnya sekian puluh juta. Tapi detilnya untuk apa saja, tak bisa ingat lagi. Padahal Deddy berencana beli laptop atau motor baru namun belum terlaksana. Ya benar saja kalau aku lihat tiap kali ke Army beberapa puluh ribu keluar, untuk beli rokok, snack atau minuman atau kadang nasi goreng di depan.
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Pertama kali datang memang seperti bos, banyak komplain. Hari kedua aku debat agak mengendor dan justru hari berikunya berusaha berubah hingga kami seperti teman. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP. Dan akhirnya dia bercerita sendiri setelah beberapa lama aku mengenalnya.
Sepertinya mudah sekali Deddy mengeluarkan uang, sebagaimana dia mudah untuk mendapatkan. Membantu orang tuanya di restoran, lalu ketika pulang ambil uang di laci semaunya. Meski kemarin juga cerita sekarang tak bebas lagi, rupanya sang ibu sudah paham dengan si Deddy. Kini dia tak sebebas sebelumnya, kali ini uang di laci diambil ibunya dulu.
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Deddy dengan kehidupan yang berkelimpahan karena orang tuanya. Lain dengan orang yang dari golongan masyarakat biasa, untuk keluar makan saja harus diperhitungan secara matang sehingga uang tak terlalu banyak keluar, sementara si Deddy tinggal bayar kapan dia mau sesuatu.
Kemarin si Deddy curhat lagi, kali ini chatting dengan cewek yang ternyata presenter di media TV swasta. Cerita bahwa sang cewek ingin ngebet ketemu, sepertinya serius sekali, padahal baru beberapa jam ngobrol di chatroom frenz community dimana dia sering chating. Kalo sebelumnya cewek yang Indo-Jerman juga ngebet ingin ketemu atau ketahap selajutnya menikah. Deddy dibuat pusing dengan ulah si cewek yang menurutku misterius aku gak tahu namanya, saat ingin pindah kuliah gara-gara si Deddy tak mau di ajak menikah. Deddy cerita kalo si cewek sudah cinta setengah mati, meski dia tahu kalo si Deddy juga belum punya kerja tetap. Bahkan kemarin si cewek sempat ngambek mau pindah kuliah dari Yogya ke Jakarta.
Mendengar cerita dan keluh si Deddy, aku tak habis pikir kok bisa serius amat, chatting di dunia maya kok bisa seserius itu, ketemu saja belum. Atau aku sendiri yang ndeso jaman modern gini tak paham dengan dunia maya, meski aku sendiri menyukainya tapi bukan untuk chatting saja. Masih banyak hal lain di dunia maya yang dapat kita ambil, seperti belajar komputer, ngeblok atau buat tulisan semacam ini.
Beberapa hari yang lalu si Deddy pusing dengan Cewek Indo Jermannya, kemarin dengan presenter tv swasta. Besok siapa lagi ya ..? Cewek dunia maya yang kesangkut sama ketampanan dan kekocakan Deddy lewat komunitas chattingnya.
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Pertama kali datang memang seperti bos, banyak komplain. Hari kedua aku debat agak mengendor dan justru hari berikunya berusaha berubah hingga kami seperti teman. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP. Dan akhirnya dia bercerita sendiri setelah beberapa lama aku mengenalnya.
Sepertinya mudah sekali Deddy mengeluarkan uang, sebagaimana dia mudah untuk mendapatkan. Membantu orang tuanya di restoran, lalu ketika pulang ambil uang di laci semaunya. Meski kemarin juga cerita sekarang tak bebas lagi, rupanya sang ibu sudah paham dengan si Deddy. Kini dia tak sebebas sebelumnya, kali ini uang di laci diambil ibunya dulu.
Memang Deddy terlihat layaknya bos, yang ternyata anak orang berpunya. Orang tuanya membuka restoran di dekat jalan utama kota kabupaten yang tentunya rame. Aku mengetahuinya dari seorang tetangga yang dulu pernah satu sekolah waktu SMP.
Mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Deddy dengan kehidupan yang berkelimpahan karena orang tuanya. Lain dengan orang yang dari golongan masyarakat biasa, untuk keluar makan saja harus diperhitungan secara matang sehingga uang tak terlalu banyak keluar, sementara si Deddy tinggal bayar kapan dia mau sesuatu.
Kemarin si Deddy curhat lagi, kali ini chatting dengan cewek yang ternyata presenter di media TV swasta. Cerita bahwa sang cewek ingin ngebet ketemu, sepertinya serius sekali, padahal baru beberapa jam ngobrol di chatroom frenz community dimana dia sering chating. Kalo sebelumnya cewek yang Indo-Jerman juga ngebet ingin ketemu atau ketahap selajutnya menikah. Deddy dibuat pusing dengan ulah si cewek yang menurutku misterius aku gak tahu namanya, saat ingin pindah kuliah gara-gara si Deddy tak mau di ajak menikah. Deddy cerita kalo si cewek sudah cinta setengah mati, meski dia tahu kalo si Deddy juga belum punya kerja tetap. Bahkan kemarin si cewek sempat ngambek mau pindah kuliah dari Yogya ke Jakarta.
Mendengar cerita dan keluh si Deddy, aku tak habis pikir kok bisa serius amat, chatting di dunia maya kok bisa seserius itu, ketemu saja belum. Atau aku sendiri yang ndeso jaman modern gini tak paham dengan dunia maya, meski aku sendiri menyukainya tapi bukan untuk chatting saja. Masih banyak hal lain di dunia maya yang dapat kita ambil, seperti belajar komputer, ngeblok atau buat tulisan semacam ini.
Beberapa hari yang lalu si Deddy pusing dengan Cewek Indo Jermannya, kemarin dengan presenter tv swasta. Besok siapa lagi ya ..? Cewek dunia maya yang kesangkut sama ketampanan dan kekocakan Deddy lewat komunitas chattingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar