Kemarin malam HP berdering, nomor baru di layar namun waktu kuangkat langsung putus. Beberapa saat sms masuk, seseorang minta telpon bali dan kulakukan juga menelpon balik. Suara seberang ternyata simbok, yang kawatir dengan dhik Ragil yang belum kunjung pulang. Padahal waktu sudah jam delapan malam, tanpa kabar dan berita lagipula esok hari tak ada peristiwa yang janggal.
Aku dengar simbok menangis. Le ................. kenapa kamu?
Aku sarankan menemui seseorang yang menurutku bersamanya, seperti biasa aku lihat dulu sering bersama, mungkin mereka tahu keberadaannya. Langsung kuhubungi beberapa nomor namun tak nyambung, aku mencoba untuk tenang. Aku pikir nanti juga pulang sebelum jam sembilan, tapi aku tak bisa lakukan apapun selain berdoa. Aku hanya bisa menunggu esok pagi untuk mencari dan berharap segera pulang. Akhirnya esok pagi datang juga, saat sampai dirumah aku tak melihat keberadan adik satu-satunya ini. Aku mulai bingung, berarti masalahnya serius nich. Aku pergi ke rumah budhe dan om, namun sampai di sana belum ada titik terang. Aku coba menyusur jalanan dan persawahan namun tak aku temukan. Lalu aku pulang sebentar, tubuh ini merasa kedinginan dengan sejuknya pagi, lalu ke rumah tetangga dan teman. Ke beberapa areal persawahan yang lain, tak kutemukan titik terang juga.
Aku lelah, lemas dan ngantuk, kuputuskan pulang dan tidur sebentar. Aku dapat informasi bapak berusaha cari orang pintar dan mendapatkan sedikit titik terang. Aku yakin bahwa hari ini adik akan segera pulang. Lagi aku mencari ke beberapa tempat yang aku berharap bisa ketemu adik, menyusur sungai, persawahan. Meski aku sendiri tak tahu kira-kira ke arah mana dia adik pergi, beberapa kali kulakukan namun hasilnya nihil.
Sesuatu yang membuatku terkejut melintas di depan motor, dalam hati ini pertanda bagus untukku. Aku berputar sebentar di beberapa daerah dan akhirnya kuputuskan untuk pulang. Yang bisa aku lakukan hanya menunggu adik pulang pikirku, lainnya aku belum tahu. Aku mulai merencanakan plan A dan plan B, jika ....maka....
Tak disangka, orang-orang di depan rumah memanggil namanya, "Anakmu mulih mbah...!" Aku turut senang, aku menyambut adik di depan rumah, aku tanya dari mana saja semalaman. Kemana saja, tidur dimana, makan apa, siapa yang nolong.?
Pergi ke Klaten, Bayat, Pedan katanya, ketemu dengan teman tapi lupa namanya. Masuk rumah orang, dikasih makan tapi tak mau, lalu dikasih uang Rp.10.000,- Bertanya sama P Polisi karena kebingungan arah jalan pulang, hingga akhirnya sampai di rumah.
Para tetangga kaum ibu menangis, terharu dan juga turut senang. Salah satu dari mereka semalam tak bisa tidur memikirkan adik. Adik terlihat berantakan, tubuhnya panas, mungkin karena belum makan seharian, naik sepeda onthel. Entah sudah berapa kilometer yang telah dia tempuh, sehari penuh tanpa keterangan. Aku turut bersyukur adikku bisa pulang, masih bisa ketemu dalam suasana haru. Aku bilang, remote tv sudah aku belikan baterai, nanti tak usah main lihat tv saja. Besok jangan lakukan lagi hal yang sama, kasihan bapak simbok. Dia bilang Ya....!
Doa yang terjawab ya mas.
BalasHapusTuhan memang tahu apa yang terbaik untuk kita.
Semoga kita bisa menjadi hamba Allah swt yang pandai bersyukur.
Amin.
Salam
Mas Waskita, terima kasih atas komentarnya mas
BalasHapus