Dear God,
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star
We Want to Be The Sun or The Moon more than The Star
Ya Tuhan, Jadikanlah kami seperti Matahari, seperti Bulan dan seperti Bintang-Bintang
Terima kasih atas kunjungan anda!
Jumat, 20 Maret 2009
yang salah aku atau pak montir itu ya...?
Posted by
Djaka Lawung
at
1:25:00 AM
Siang itu aku bergegas pergi ke bengkel motor, maklum sudah lama aku rencanakan untuk menservis motor kesayanganku. Dalam perjalanan ke bengkel sempat bingung juga karena ada rencana lain membeli sesuatu tapi masih bingung prioritas. Akhirnya aku putuskan ke bengkel dulu, dalam hati yang muncul motor kesayangan jadi prioritas pertama. Sampai di bengkel bingung lagi dengan suasana, terlihat beberapa antrian sepeda motor yang sedang diperbaiki. Dalam hati harus lapor dulu sama bigbosnya atau sama montirnya, beruntung seorang montir yang menanyakan langsung padakku. "Wonten menapa mas ? " langsung saja aku jawab " Ajeng service, Pak!" lalu jawaban balik datang "Oh nggih...!"
Aku langsung duduk di kursi, kebetulan ada pelanggan yang sedang memperbaiki juga seklaian ganti Accu baru. Aku tertarik karena kelak aku juga berencana beli accu baru namun tidak untuk sekarang, tapi lain waktu. Maklum saat itu dompet masih tipis, Prioritas utama service mesin dan ganti lampu depan dan stop yang sudah beberapa minggu lampu mati jadi malas kalau keluar malam. Sedangkan accu untuk electric stater mungkin lain waktu, apalagi kakiku masih cukup kuat untuk menggunakan kick stater.
Teringat sebelum punya sepeda motor, kemana-mana selalu menggunakan pit onthel/kebo. Gara-gara terpengaruh teknologi, sekarang mau gunakan pit kebo malu maunya yang keren sedikit sepeda federal atau mini. Tapi sayang kami tak punya keduanya, jadi motor satu-satunya saat ini bisa diajak muter-muter Solo-Yogya-Semarang sudah seneng. Apalagi motor kenang-kenangan waktu di luar pulau, "opo tumon motor kok naik pesawat terbang?" mungkin hanya satu-satunya di daerah kami. Atau mungkin karena aku yang bodoh, apa yang aku lakukan membuat aku mengeluarkan banyak biaya, mulai biaya ini dan itu. Ketika seseorang mengkomentari hal ini aku sudah punya jawaban. Ya "puas" meski kita harus membayar sedikit mahal. Di dunia ini bisa kita lihat, banyak orang rela membayar lebih untuk melakukan hal-hal yang simple/sepele. Bersusah payah untuk melakukan sesuatu yang membahayakan diri, mengeluarkan banyak uang dan rela dianggap gila untuk mencapai kepuasan.
Kembali ke bengkel, aku berbincang dengan seseorang yang belum aku kenal mulai dengan basa-basi menanyakan "Njenengan servis nopo mas?", respon nya sangat bagus. Kemudian kami pun melanjutkan pembicaraan dengan menanyakan nama dan asal kami masing-masing. Namanya mas Marwan dari Burikan desa di lereng gunung kidul dimana aku sering lewat di situ untuk sekedar refreshing, ketika melihat pegunungan rasanya kepenatan hilang semua.
Pembicaraan ke beberapa nama yang aku kenal (mas Sutikno- Potong Rambut dan mas Ripto), hingga tak terasa kami berbincang cukup lama. Aku menyebut bahwa mas Tikno dimana aku sering potong rambut ke beliau lumayan dapat bonus pijat di pundak dan wajah. Sedangkan mas Ripto aku mengatakan masih kerabat denga beliau, "memanfaatkan nama orang lain" untuk mendongkrak reputasiku. Sering kita menyebut nama seseorang/sahabat yang membuat reputasi kita menjadi naik, seperti nama pejabat, orang kaya, atau kerabat kita yang elit. Namun kita enggan untuk mengakui ketika ada seseorang yang rendah di mata masyarakat misal kerabat kita yang miskin, dan untuk yang satu ini kita cenderung menutup diri dan mengalihkan pembicaraan.
Kembali lagi ke bengkel, akhirnya selesai juga sepeda mas Marwan di servis dan kemudian mohon diri. Kini tinggal aku sendiri menunggu giliran motorku di service, 10 menit 15 menit aku menunggu dan membuat aku tak sabar. Apalagi beberapa pelanggan lain datang untuk service motornya, namun kok motorku tak disentuh para montir. Aku justru melihat pelanggan yang datang sebelumku mendapatkan layanan service dulu. Aku lalu berniat menanyakan ke montir yang menanyaiku pertama kali aku kesini, bapak ini bagaimana dalam hati. Dan aku tanyakan " Pak menawi ajeng service kudu laporan mrika /kasir" sambil menunjuk ke arah kasir dan jawaban pak montir " Nggih mas...!". Lho........ngono tho.........? mau ketawa, menahan malu, atau menyalahkan pak montir? bingung sendiri.
Akhirnya aku menuju ke kasir dan mengatakan bahwa aku ceritakan kejadian yang aku lamai. Benar apa yang dikatakan pak montir haru melapor dulu pada sang kasir, mbak cantik yang jaga juga heran dan mungkin juga kasihan sama saya. Tapi karena beberapa menit lagi waktu istirahat/makan siang aku harus menunggu setelah istirahat usai. Akhirnya aku putuskan nanti saja aku datang kesini lagi setelah jam istirahat dan aku mohon diri dan sedikit malu.
Dalam perjalanan pulang terbesit "yang salah aku atau pak montir itu...?", bahkan sempat berpikir untuk tidak lagi kembali ke bengkel itu lagi atau mungkin kembali lagi besok. Kemudian terpikir membeli sesuatu yang aku rencanakan sebelumnya sebelum pulang ke rumah makan siang. Aku sampai di rumah dan makan siang, mendadak muncul pakde Tugino bersama anak keduanya yang gendut kayak Boboho, namanya Kevin Cahya Saputera, lahir 19 Januari tahun lalu. Aku songsong waktu memasuki rumah, namun saat itu malah nangis minta keliling naik sepeda mini merahnya. Langsung saja aku tawarkan naik sepeda bersama saya sambil menunjuk tangan. Saat aku julurkan tanganku, Kevin kecil mendekatkan tubuhnya ke arahku yang menandakan dia mau bersamaku. Aku gendong dan ketika aku coba alihkan ke permainan lain Kevin kecil menangis dan akhirnya aku terpaksa menuruti kemauannya. Aku menempatkan Kevin di tempat duduk depan dan aku duduk di bagian belakan lalu perlahan aku kayuh sepeda, muter-muter naik sepeda di dekat rumah, benar saja si Kevin senang sekali meski aku kawatir dengan cuaca yang panas tidak bagus untuk anak kecil. Di perempatan aku berhenti sebentar lalu menanyakan ke mana arah yang haru kutuju pada Kevin kecil. Pembicaraannya tak bisa aku pahami tapi jarinya menunjuk ke suatu arah dan aku menuju ke arah yang Kevin tunjuk. Aku lakukan hal itu beberapa kali dan akhirnya aku putuskan untuk pulang kembali ke rumah. Namun setelah sampai Kevin kecil nangis lagi minta muter-muter lagi naik sepeda. Bapak dan simbok mencoba menenangkan namun tak mampu membuak Kevin kecil berhenti menangis.
Tak ada pilihan lain, pakde Tugino untuk menuruti kemauan Kevin kecil dan mohon diri.
Setelah Kevin dan Pakde Tugino mohon diri lalu aku berencana ke bengkel lagi, dalam hati motor ku harus di service hari ini. Beberapa menit perjalanan sampai di bengkel juga dan aku langsung ke kasir mengatakan maksudku padanya. Kali ini aku menemui kasir yang biasa aku temui bila ke bengkel itu seorang laki-laki. Segera saja laki-laki itu memerintahkan montirnya untuk segera memperbaiki motor kesayanganku. Sekitar setengah jam aku menunggu motorku sudah selesasi di perbaiki dan aku puas dengan kondisinya sekarang tambah enak dikendarai.
Tapi ya itu,.... Mbok ya ngomong dari tadi to pak Montir...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Warung Soto Ayam Mulud
Feel The Taste of Our Soto!
So Delicious
By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas
So Delicious
By Hari
Jalan Pasar Cawas - Pedan
Sentul Cawas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar