Seorang sahabat bercerita sewaktu masih kuliah, harus bekerja ekstra keras. Mencari biaya untuk kuliah dan untuk hidup sehari-hari dengan mengandalkan diri sendiri. Lepas dari orang tua sejak tahun pertama masuk kuliah, karena memang kondisi orang tua yang pas-pasan. Selain kuliah di universitas negeri di kota Surakarta mengambil jurusan Matematika FMIPA. Dia juga mengajar di sebuah pondok pesantren Banyuanyar Banjarsari Surakarta dan juga memberikan les privat pada anak sekolah untuk tambahan penghasilan.
Naik Sepeda Onthel
Untuk menuju ke pondok tempat mengajar dia menggunakan sepeda onthelnya, satu-satunya transportasi yang baru dia miliki. Tidak seperti kawan sekampusnya yang lain yang tiap kuliah naik sepeda motor. Tiap kali ngajar di Pondok dia harus menempuh setengah jam perjalanan (sekitar 7 km) dengan mengayuh sepeda onthel, di jaman itu sebuah perjuangan yang berat. Belum lagi kalo musim hujan tiba, atau banjir melanda, basah kuyub dan kelelahan sering melanda, rasanya berat sekali hidup saat itu. Ketika melihat orang lain menggunakan sepeda motor/ mobil sedangkan dia harus bersusah-susah mengayuh sepeda rasa nyali menjadi ciut.
Tinggal di Masjid di daerah Pucang Sawit bersama beberapa orang yang sudah berkeluarga untuk mengurangi biaya pengeluaran, suatu pilihan yang bagus menurutnya saat itu. Konsekuensinya bersama teman yang lain tersebut bersama-sama memelihara kesejahteraan masjid tiap hari.
Sedikit Waktu Istirahat
Menyapu, mengepel serta mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pengajian adalah pekerjaan rutin yang dia harus jalani. Tiap hari Jumat kerjaan jadi tambah banyak, apalagi di saat bulan puasa. Kegiatan di bulan puasa intensitas sangat tinggi pengajian dari sore hari sampai malam hari bahkan sampai pagi sehingga banyak sekali waktu kuliah yang tersita, sedikit sekali waktu untuk istirahat. Selain itu juga banyak tenaga terporsir di bulan itu, tak bisa tidur cukup. Tambahan lagi dia juga harus membagi waktunya untuk mengajar dan kuliah, sedangkan waktu untuk rekreasi sepertinya tak ada lagi.
Kehilangan Motivasi
Karena banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan untuk memenuhi biaya kuliah dan hidup sehari-hari, kuliahnya menjadi berantakan. IPK dibawah Standar, hampir tiap semester menghantui dirinya. Di akhir-akhir semester sahabat ini hampir putus asa, depresi dan lebih tertekan. Di saat itu rasanya menyelesaikan studi atau mengikuti kuliah adalah prioritas yang terakhir. Sahabat ini merasa tertekan dengan kehidupannya, kehilangan semangat dan motivasi. Apalagi di lingkungan masjid keadaan tidak mendukung agar dia berkembang. Merasakan bahwa dunia ini terlalu sempit untuk dirinya, padahal disaat-saat seperti ini yang dia perlukan adalah suasana dan pemikiran baru.
Pernah suatu kali meminta saran pada seorang teman, apakah mengakhiri kuliahnya dengan konsekuensinya DO atau melanjutkan. Temannya menyarankan untuk menyelesaiakan studinya meski dalam situasi apapun, apalagi tinggal skripsi saja. Mata kuliah penentu yang sering menjadi momok bagi seorang mahasiswa. Akhirnya dengan usaha gigih, meskipun berjalan lambat skripsi dapat ia selesaikan, dan gelar sarjanapun dia peroleh. Meski dengan IPK pas-pasan akhirnya lulus juga dan dapat gelar sarjana.
Kuliah LagiKehidupan masih berlanjut, ketika sudah mengantongi ijazah sarjana belum cukup dilanjutkan mengikuti kulian Akta IV agar bisa resmi mengajar di sekolah. Selama dua semester di UNISRI akhirnya bisa dia selesaikan, kali ini kuliah berjalan normal. Mungkin karena sudah yakin dengan jalan hidupnya yaitu ingin mengajar seperti para guru yang lain. Dan mengajar di Pondok masih dia lakukan saat ini, dan saat ini lain.
Kali Ini Sepeda MotorKetika dulu tiap kali mengajar ke pondok dengan mengayuh sepeda onthel, beberapa tahun ini atas kebaikan saudaranya bisa menggunakan sepeda motor. Sepeda onthelnya dulu dia jual dan berbekal uang tabungan tiap bulan dan tunjangan honorer yang dia dapat dari pemerintah dia mengajukan kredit sepeda motor Kharisma. Sebuah impian yang dia nantikan, namun tak seindah sebelumnya, ternyata sesuatu yang dipaksakan akan membuat kesulitan sendiri. Tiap bulan harus terbebani dengan angsuran yang harus dia setor ke BMT, meski akhirnya dengan bantuan dari dana orang tuanya bisa juga dan tidak dibingungkan dengan angsuran tiap bulan lagi.
Kehidupan Terus Berlanjut
Kawanku saat ini masih mengajar di Pondok masih seperti dulu. Kali ini tinggalnya tak di Masjid yang dulu, pulang di rumah orang tuanya, mencoba sesuatu yang baru.
Berusaha untuk mencari kehidupan di luar yang lebih baik.
Dan kehidupan kawanku masih terus berlanjut.............!
L.P.S,S.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar