Saat ini di daerah kami sedang musim panen kedelai, saat yang dinanti para petani di tempat kami. Demikian juga keluarga kami, beberapa hari ini sibuk pergi ke sawah, kecuali aku. Meski di bulan ramadhan, mereka tetap semangat untuk berpanas-panas dan bekerja memanen kedelai. Kadang juga mereka tidak betah dan harus membatalkan puasanya sehari-dua hari. Menurutku itu mungkin lebih baik daripada puasa orang lain yang pekerjaannya tidak seberat seperti mereka. Atau juga dibandingkan para kalangan yang baru ahli agama saja, yang belum teruji semisal dalam situasi bekerja di terik panas matahari.
Bagaimana Bekerja di Terik MatahariDalam bayanganku, kepanasan dan penuh dengan tetesan keringat, rasa haus dan lapar meningkat adalah sesuai ketika bekerja di sawah. Aku dulu pernah mengalaminya walaupun tidak serajin orang tuaku atau para petani yang lain. Aku sendiri heran! Dulu aku sangat bangga sekali, tiap kali ditanyakan orang tuaku kerja apa. Dengan bangga kujawab bapakku seorang petani yang sukses, meski dengan lahan sedikit mampu membuat kami bersaudara bisa mengenyam bangku kuliah. Aku baru sadar akhir-akhir ini, setelah berbagai perjalanan hidup kulalui aku ternyata tidak tahu apa2 tentang pertanian. Tanaman Padi/Kedelai yang bagus kaya apa, bagaimana cara merawat yang bagus, cara memupuk dan berbagai hal tentang pertanian, sebenarnya aku tidak tahu. Padahal aku dulu sering membantu bapak di sawah, mengolah, menanam, merawat, dan memanen padi/kedelai di sawah. Bahkan suatu saat aku pernah menyemprot sendirim, bapak bantu bawa air saja. Dosis pemakaian obat dari anjuran bapak, aku lakukan saja. Namun aku tidak tahu bagaimana yang harus aku lakukan ketika tanaman belum sesuai dengan keinginan.
AKu Sadar Pekerjaanku Tidak DisiniAku juga baru sadar ketika aku dulu melakukan itu semua, pikiranku tidak di sawag/tanaman atau petani. Namun pikiranku mengembara entah jauh kemana, mengenai masa depanku, gadis, negara, agama dan Tuhan. Aku tidak bisa menikmati pekerjaan di sawah, seperti itu bukan duniaku, namun saat itu aku lakukan karena dasar kasihan dan tanggung jawab jadi satu. Kasihan pada bapak yang sudah usia senja, juga tanggung jawabkusebagai seorang anak kepada orang tua. Dan ada juga sedikit rasa keterpaksaan, saat itu saudara-saudara kami tinggal di kota dan bapak harus membiayai kuliah kakak dan sekolah saya.
Pelajaran BerhargaBeberapa hal aku bisa dapat memetik pelajaran dari apa yang bapak, saudaraku dan aku lakukan. Namun masih banyak di luar sana yang tidak aku dapatkan, pelajaran tentang ketahanan, organisasi, persahabatan, kemerdekaan berpikir. Tidak seperti yang teman-temanku dapatkan, sepertinya mereka enak sekali menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Main, beli ini dan itu, sepertinya apa yang mereka inginkan di pagi hari , sore sudah di depan mata. Sedangkan kami harus menunggu beberapa waktu lebih lama, berhari-hari, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun. Apa yang kami mainkan hari ini adalah permainan mereka ketika mereka masih muda. Namun kami sadar juga mereka tidak mendapatkan sesuatu yang kami dapatkan, sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Kami pernah, merasakan, kelelahan, kepanasan, keringat mengucur bukan untuk kesenangan tapi untuk tujuan hidup yang lebih baik. Di kehidupan kelak akan bermanfaat, disaat seuatu tidak sesuai dengan harapan, akan muncul suara dari dalam, aku dulu pernah melakukan hal yang lebih berat dan menguras tenaga sebelum ini.
Benar Atau SalahAku tidak tahu apa yang kulakukan benar atau salah. saat ini aku tak membantu orang tua. Mulai beberapa bulan, aku ingin mempunyai pekerjaan sendiri lepas dari ikatan orang tua, aku ingin lebih dari mereka berdua. Apa yang bapak dan simbok impikan dari dulu, bekerja mapan dan jadi orang! Sepertinya mereka akan bangga dan tengang dalam masa tua nanti. Selama ini aku merasa lemah jika mengingat mereka, ada perasaan tak tega dan tak rela, mereka terlalu berharap keberadaanku di dekatnya. Sikap ini justru membuatku lemah dan pikiranku tidak bebas, langkahku terasa dibatasi. Dan beberapa saat lalu kuputuskan, aku tidak membantu lagi pekerjaan bapak, aku dengan sengaja membiarkan bapak, simbok dan adikku mengerjakan sawah. Aku dengan terpaksa melihat saja, meski kadang kasihan juga mereka. Tapi aku tidak tidak punya pilihan lain, sepertinya itu bagus bagiku dan kedua orangtuaku dan adikku. Aku ingin mereka bisa menyelesaikan masalah mereka meski aku tidak di dekatnya. Dan selama ini ternyata bisa, dan mengenai sikapku ini, banyak orang yang bertanya-tanya kenapa berubah. Aku tak perduli, aku melakukan sesuatu karena aku yakin hal itu bagus untuk diriku. Meski dalam hati juga bertanya, benar atau salahkah yang aku lakukan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar